BAB 7 : "Sagab"

50 9 2
                                    

Para Impostor kini menatap Bagas. Mereka penasaran akan kah Bagas mengatakan yang sebenarnya. Namun, selain Bagas yang panik. Cece juga merasakan panik, ia tentu takut jika Bagas juga menyeret nama nya. Mereka saat itu bersama, dan Bagas membunuh dua orang agar tak ada saksi mata lain yang melihat Cece membunuh Cinta.

"Iyo! Aku ngerti nak Cinta, Sheila, Rani mati. Aku ngerti sebelum kalian. R-rek, mereka beneran mati gara-gara keluar dari permainan. Aku liat mereka bunuh diri. Aku sengaja meneng ae, soal e sumpah sadis banget bunuh diri e. Ada seng pakai cutter, batu." Bagas sampai enggan muntah saat mengingat nya. Cece menatap Bagas, ia merasa lega hingga bisa menghela nafas panjang.

Lea ingin sekali tertawa mendengar hal itu. Ia ingin membongkar semua nya jika begini. "Tapi gas sorry ae. Sebelum misi nyari kartu huruf, aku dapet pesan dari Cinta. De e nyebut nama mu, Cece, sama Rasya. Awal e aku gak paham. Tapi waktu di gabungin misi pertama tentang Aisar, Alia', Sagap sama misi kartu huruf. Encen nyambung seh ambek ke-tiga nama iku. Mungkin awamu impostor, tapi seng aku rada gak percaya iku apa bener awamu karo arek loro seng bunuh Cinta, Sheila, Rani?"

Bagas menggeleng. "Bukti mu gak kuat Fi. Awamu gak percaya ambek aku!? Aku gak mungkin bunuh arek! Aku gak sekejam iku anjeng! Kalian yo pasti ngerti lah!!"

Cece yang ketakutan kini memilih buka suara. Ia sedikit kaget saat tau Rafi mendapatkan pesan dari Cinta. "Kamu dapat pesan dari Cinta Fi? Kok bisa? Emang nya kamu, peramal?" Rafi tersenyum ke Cece. Livvi kini merasa khawatir dengan lelaki itu. Kadang-kadang Rafi juga ceroboh, jika Rafi mengaku bahwa ia peramal tentu para impostor tidak akan diam saja. Itulah yang Livvi pikirkan sekarang.

"Iya. Sebelum pembagian peran baru aku peramal. Tapi waktu peran nya Putri di ungkap, itu bukan ulah ku. Kalian yo tau aku keluar ke kamar mandi tanpa bawa HP." Jelas Rafi. Cece terdiam, ia tak menyadari hal itu sama sekali. "Tapi bukan berarti peran ku tetap sehabis pembagian peran baru." Lanjut Rafi. Bagas merasa kecewa pada teman nya itu. "Jangan-jangan awamu impostor e!?" Tanya Bagas dengan menaikkan nada bicara nya.

Brak!

Dobrakan meja terdengar. Kali ini ulah Bagus, ia menatap Bagas dengan tatapan amarah namun mampu ditahan. ".... Ojok nuduh arek ae cok!" Kata nya dengan penuh tekanan. Bagas baru ingat dengan perkataan Bagus tadi malam. Ia merasa frustasi sekarang, merasa jika kini posisi nya seperti di kepung. Jika Bagas terus menuduh seseorang, maka Bagus pasti akan membongkar siapa saja impostor nya.

"Rasya. Emang bener yang bunuh Cinta, Sheila, Rani itu aku sama Bagas. Tapi nama nya Rasya juga ada. Pasti dia juga bunuh anak kan?" Batin Cece. Rasya dan Cece saling menatap, senyuman terukir di wajah Rasya.

"Ya. Bener aku impostor." Cece terkejut mendengar hal itu. Ia menggeleng ribut. Kini Bagas menatap Cece, yang ditatap merasa takut semua nya akan terbongkar. Cece menggeleng kan kepala nya pelan, memberi kode agar Bagas tidak membongkar semua nya. Bahkan air matanya sampai keluar sekarang. Bagas juga iku menangis dan langsung membuang muka dari Cece. "Tapi bukan berarti aku yang bunuh mereka." Kata Bagas dengan percaya diri.

"Kamu jadi tersangka waktu Akbar ter-eliminasi di toilet. Kalau dipikir-pikir masuk akal. Hani waktu itu juga satu tim sama kamu. Kamu juga satu ruangan waktu Hani di eliminasi." Perkataan Ferdy membuat semua nya tersadar. Rasya menghela nafas lega sekarang, sebenarnya ia ingin menambahkan argumen. Namun karena perkataan Bagus tadi malam, entah mengapa ia menahan diri sekarang.

Ferdy memang masuk akal. Namun para impostor tak tau mana yang benar sekarang. Bagas dan Cece hanya mengakui hal itu. Sementara kematian Hani dan Akbar, Bagas dan Cece seperti nya tidak tau itu sama sekali. "Bagas juga kelihatan terlalu tenang waktu Hani di eliminasi. Padahal di sebelah nya pas lho." Kini Livvi ikut bicara. Lea berfikir banyak yang setuju dengan apa yang Ferdy katakan. Sejujurnya jika Bagas ter-eliminasi pun, Lea tidak peduli dengan itu. Lagi pun semua setuju jika mereka bukan mencari siapa impostor nya, tapi mencari siapa yang membunuh teman-teman mereka.

Among Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang