BAB 9 : Shapeshifter (pengubah bentuk)

54 6 7
                                    

Para siswi kembali mencari tempat yang aman. Winda merekomendasikan ruang tari, ruangan di lantai dua yang tidak punya banyak jendela. Meski sedikit takut karena ruangan itu dekat dengan aula, namun mereka juga tidak punya pilihan. Zizah dan Chika masuk ke ruang guru bersama untuk mengambil kunci pintu ruang tari.

Rey tau jika para siswi pindah tempat karena Nadya memberi tahu nya. "Lah? Cewek-cewek pada kemana?" Tanya Dzaky. Rey menoleh dan menunjuk ke arah ruang tari "Jare Nanad pindah, ke ruang tari. Uji nyali cok, cedek ambek aula." Jawab nya. Dzaky hanya ber-oh saja. Sementara Otniel yang tak sengaja dengar hanya diam sambil menatap ruang tari. Ia berdecik pelan lalu kembali mengikuti Dzaky dan Rey ke koperasi.

Setelah membawa makanan, Rey melihat Nadya di depan ruang tari. Ia menuju ke tengah lapangan sambil teriak memanggil pacar nya itu. "Nad! Nanad!!" Nadya menoleh ke bawah, ia menahan tawa nya untuk melihat tingkah konyol Rey. "Apa seh!?" Tanya Nadya balik dengan nada geram tapi juga melontarkan senyuman. Namun Rey hanya memberikan senyuman manis hingga mata nya menyipit. "Ini lho! Tak bawain makan. Sinio! Wes tak boking no iki tadi, effort banget kan aku?? Yakan Nad!?" Nadya tertawa "Sek! Iya OTW. Zah melok aku Zah!" Nadya menarik Zizah untuk ikut dengan nya. Sementara Zizah medumal tak karuan.

"Haduh!! Arek loro iki kok sek sempete seh! Weteng wes luwe, ndelok ngene tambah mules aku." Gerutu nya sambil tetap berjalan mengikuti Nadya yang setia menarik tangan nya. Sesampainya di bawah, Zizah langsung meninggalkan Nadya ke koperasi. "Zah! Enten!" Teriak Nadya. "Males! Males!! Zizah lapar!" Balas Zizah. Dari atas, Chika yang melihat itu juga masih sempat tersenyum dan ingin tertawa melihat tingkah teman-teman nya itu.

"Haha.. Zizah lho~ mesti ngelawak. Seng asline berduka poleh gak sido ngene iki." Kata Chika ke Cece. Cece ikut melontarkan senyuman, namun tanpa ada jawaban.

Rey dan Nadya makan berdua didepan lab jurusan manajemen perkantoran. Asik mesra-mesraan, mereka tak sadar jika banyak dari teman mereka yang menyaksikan hal itu. "Aaa~ kapan yo aku kayak ngunu?~" Mendadak Zizah iri dengan keadaan yang dilihat. Lea menatap nya sinis begitu saja. "Kapan-kapan Zah." Jawab Livvi dengan sedikit ketus namun diakhiri dengan senyuman menjahili.

"Sempet-sempet e anjir. Tapi ya gak papa seh. Lagian juga, cuma kita yang tau. Tapi lho~" Chika buka suara sambil membuka bungkus es krim mochi. "Halah~ biarin wes rek. Kalau dipikir-pikir lho, kasian mereka. Bayangin lah, temen e wes gak ada semua, cuma tinggal mereka. Istilah e yawes merasa sendiri. Aku gak bisa bayangin cik, kalau misal salah satu dari mereka nanti jadi.... korban." Dzaky menjawab Chika. Chika setuju dengan hal itu. "Iya ya? Kasian gak se. Ojok sampe lah, tapi yo ya apa yo? Masalah e aku ae ya gak yakin aku bakal bisa selamat apa gak." Mendengar itu dari Chika, Livvi sedikit panik. Tentu mereka berharap semua yang tersisa akan selamat, kecuali jika impostor baru itu berulah.

Livvi berdecik "Sapa seh yang main bunuh sembarangan itu!? Kamu yo Ce!?" Livvi asal nuduh namun itu mampu membuat Cece panik. "Heh! Nggak anjir! Ngawur! Gak rek." Jawab Cece. Livvi tertawa melihat reaksi teman nya itu, sementara Winda, Lea dan Chika saling menatap satu sama lain. "Kayak e laki-laki gak seh rek? Soal e, nak perempuan lho sapa anjir!? Wong ngerti dewe wedian kabeh ngunu. Terus yo bunuh e langsung wakeh. Dipikir bele wedus ngunu be e, gak papa berkah. Lah iki nambah duso." Zizah kembali mengomel.

Mendadak keadaan menjadi sunyi seketika saat Rasya datang, orang yang dari awal permainan sudah di curigai beberapa pemain lainnya. Setelah memastikan Rasya masuk ke dalam koperasi, Zizah kembali buka suara. "Arek iku lho, mencurigakan anjing. Mangkelno sisan dadi arek. Ilat e lemes, ketara mesti melok senam ilat ngunu iku." Winda tertawa mendengar apa yang Zizah katakan. Dzaky dan Otniel juga tertawa mendengar hal itu, mereka memang lebih suka mendengar pembahasan para siswi. Menurut mereka hanya seru saja, terkadang juga para siswa akan berfikir "Anjir kok isok pikiran e sampe runu ya? Gak kepikiran aku anying." kurang lebih begitu. Jika sudah soal ghibah, teori per-ghibahan yang dikatakan para siswi kebanyakan akan terdengar masuk akal semua di telinga para siswa.

Among Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang