BAB 6 : Pembaruan Server

75 8 5
                                    

Ring~~ Ring~~

Pukul 23.01
Semua impostor terbangun dari tidur nya. Rasya membuka matanya bersama dengan Devan.

“Bagus ngajak kita kumpul di koperasi.” Kata Lea, ada Chika didekatnya. Mereka sudah berdiri dan enggan keluar kelas. “Rapat lagi?” Tanya Rasya. Ia berdecik malas. “Ayo wes! Kerja sama nya lah!” Kata Bagas dengan kesal. Mereka semua menuju ke koperasi. Disana sudah ada Bagus, dan Farit yang bangun, sementara Digo dalam keadaan tidur.

Bagus mematikan rokok nya. Farit menghitung jumlah impostor yang datang. Sudah benar ada sepuluh, mereka pun langsung berdiskusi. “Sya, kamu kan yang bunuh Ghea?” Tanya Chika langsung. Rasya menghela nafas. “Jelas Putri lah anjir. Ngerti kan nak de e cegil.”

Chika menatap Lea. Lea menyadari sesuatu. Teman-teman nya tidak ada yang sadar dengan apa yang ditunjukkan Rasya. Tak ada yang bertanya Rasya mendapatkan rekaman itu dari mana, mereka pikir CCTV tidak berfungsi dengan baik dan hanya bisa merekam arwah. Lea tetap diam dan tidak ingin teman-teman nya menyadari hal itu dulu, kerena ini bisa jadi kartu untuk menyerang Rasya nanti nya.

“Oh ya. Tadi Aku, Alim, Devan ketemu Ferdy sama Ojie di ruang CCTV. Awal nya aku sama Devan mau nyari Ferdy, cuman malah ketemu mereka disana. Aku yang curiga ya ngajak Devan sama Alim buat gimana cara nya tau apa yang dilakuin mereka. Devan ngajak mereka keluar, terus aku masuk ke dalem, Alim jaga diluar. CCTV kita gak rusak. Rekaman yang ku tunjukkin tadi dari CCTV. Sengaja langsung ku hapus gara-gara aku langsung curiga sama Alim.” Jelas Rasya panjang lebar. Lea dan Chika mengerutkan keningnya. Mereka jadi bingung siapa yang benar diantara Alim dengan Rasya.

“Iya. Aku ya kaget. Alim, tapi ya emang watak e ngunu seh.” Lanjut Devan.

“Tapi kita tau kalau Alim bukan impostor. Impostor nya itu kita! Ngapain crewmate yang malah bunuh-bunuhan.” omel Cece. “Game ini lama-lama dijadiin alat buat balas dendam ce! Misal, kamu pernah dibully Chika. Nah! Terus disini kamu bunuh Chika. Gitu lah intinya!” Farit kini bicara. Bagas menghela nafas frustasi. “He rek, aku, Cece, Rasya kayak e bakal ketahuan. Gara-gara kartu huruf anjeng iku!” Cece mengangguk setuju.

“Iya~ tolong lah~ Chika, Lea, Winda..” Winda terdiam. Ia pun sangat terkejut saat Cece mengakui jika dirinya yang membunuh Cinta. “Sebener e bukan aku yang bunuh pertama kali. Cece yang bunuh Cinta pertama kali.” Bagas mengungkapkan segala nya untuk membela diri sekarang.

Flashback hari pertama, pukul 22.54
Di hari pertama. Para murid sudah tidur, mereka terlalu lelah dan memilih tidur agar esok bisa siap dengan apapun yang terjadi. Namun, Cece terbangun karena terganggu dengan suara bisikan. Cinta, Rani dan Sheila keluar dari kelas secara diam-diam. Ia awal nya tak begitu peduli. Pikirannya kini jahil, menghampiri Rafi yang tertidur dengan mengendap-endap. Senyuman nya terukir, Cece mendapati sebuah kertas terselip di buku paket yang Rafi jadikan bantal. Kertas itu ia buka. “Dadaa Rafi~, aku seh milih pulang turu di rumah dari pada dapat masalah main game. Moga menang~~ Dari Cinta!”

Cece meremas kertas itu dan membuang nya ke sampah didalam kelas. Handphone nya bergetar dan ia langsung melihat pesan apa yang telah didapat. “Peran mu adalah impostor”

Satu pesan masuk kembali dan Cece kembali membaca nya. “Tugas impostor, membunuh satu orang pemain atau lebih. Jika tidak maka salah satu impostor yang akan di eliminasi.” Tanpa pikir panjang, Cece langsung keluar kelas, itu mampu membangun kan Bagas yang awal nya tertidur. Ia juga membuka pesan dari handphone nya. Melihat semua nya masih tidur, ia tidak mendapati Cece, Cinta, Sheila, dan Rani dikelas. Ia pun langsung keluar dengan hati-hati dan mengikuti seseorang yang baru saja keluar dari kelas.

Karena Bagas juga takut, ia jaga-jaga membawa sebuah cutter. Di lapangan, ia menemukan Cece yang sudah membunuh Cinta. Melihat Sheila dan Rani yang enggan melarikan diri. Bagas langsung ikut menyerang mereka dan tak sengaja membunuh mereka berdua. Bagas juga tak sadar dengan apa yang dilakukan. Namun, bagaimana pun ia tak bisa menyembunyikan semua ini. “Pukul kepala mereka pakai ini. Biar gak ada yang curiga kalau ini ulah orang.” Kata Cece. Cece memberikan batu besar ke Bagas. Dengan mengumpulkan keberanian nya, Bagas memukul wajah kedua teman nya itu dengan Batu sambil memejamkan mata. Ia gemetar hebat. Tangan nya penuh dengan darah. Mereka kembali setelah membersihkan semua darah. “Gas, kita harus gimana? Oh! Pura-pura gak tau aja ya, ya? Plis! Plis gas! Kamu gak bakal ngomong kan!? Gas plis!!”

Among Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang