"Lo kenapa jauhin gue?""Aku enggak"
"Rey,"
"Apa?"
Marvin mendengus. Dirinya menarik tangan Reyan agar bangun dari tidurnya. Hal itu tentu membuat Reyan merasa kesal.
"Lo marah gara-gara kejadian seminggu lalu?"
Reyan mendelik. Bisa-bisanya Marvin masih bertanya. Syukur-syukur Reyan masih mau merespon. Kalau orang lain mungkin sudah di blacklist si Marvin dari hidupnya. Orang yang semacam ini memang biasanya bisa membuat tensi naik.
Memilih mengabaikan Marvin, Reyan turun dari kasurnya dan segera keluar dari kamar diikuti Marvin.
"Rey, jangan diem aja."
"Bacot" sungut Reyan, pelan. Namun sayangnya Marvin mampu mendengar itu dengan jelas. Wajahnya mendadak mengerut tak suka.
"Lo ngomong apa barusan?" Marvin mencekal pundak Reyan yang membuat langkah Reyan terpaksa terhenti.
"Apa?"
"Siapa ngajarin lo ngomong kasar? Ini akibat lo terlalu deket sama Kenza."
"Dih? Sok tau. Awas!" Kedua tangan Marvin yang berada dipundaknya ia tepis. Lalu sedikit berlari menuruni tangga.
"KENZA!" pekik Reyan kesenangan.
Karena sebenarnya Reyan keluar dari kamar karena Kenza sudah sampai dirumahnya setelah ia menitip minta di belikan telur gulung.
"KAK REY!" sahut Kenza lalu keduanya tertawa bersamaan. Mengabaikan Marvin yang sudah memasang wajah jutek.
"Oh? Ada Marvin."
Marvin duduk di samping Reyan yang sudah sibuk memakan telur gulung tanpa memperdulikan tatapan membunuh satu sama lain antara Kenza dan Marvin.
Sebenarnya Kenza sudah tahu kalau ada Marvin dirumah Reyan sebab cowok cantik itu tadi bilang Kenza harus cepat datang kerumahnya karena ada Marvin yang terus merocokinya dari pagi.
"Ini semuanya berapa Ken?" tanya Reyan
"Gak usah kak. Gak pa-pa aku traktir kak Rey."
"Jangan gitu Ken, kamu udah sering banget beliin aku makanan tapi aku gak pernah beliin kamu." Bibir Reyan mengerucut dengan tatapan sedih dibuat-buat kearah Kenza yang semakin membuat Marvin merasa panas bukan main.
Kenza tertawa pelan yang mana hal itu membuat kadar ketampanannya naik.
"Ya udah besok gantian kak Reyan yang beliin aku,"
"Oke!" Seru Reyan.
"Besok lo berangkat sama gue, Rey"
"Gak. Aku berangkat sama koko."
"Rey-"
"Loh? Ada kalian toh, minggir dong. Ada temen-temen bunda nih." Bunda yang tiba-tiba masuk ke rumah mengejutkan tiga orang disana.
"Loh? Kok ada temen bunda?" Tanya Reyan
"Ya kan sekarang jatahnya arisan dirumah kita. Masa adek lupa?" Reyan menepuk jidatnya lalu meringis kearah sang Bunda.
"Sini mbak masuk. Maaf ya rumah ku agak berantakan. Kerjaannya anak bungsu ini," mendengar itu Reyan mendelik tak suka sembari membawa beberapa camilannya serta telur gulung dibantu Kenza. Sedangkan Marvin hanya menatap sekeliling hingga dirinya sadar bahwa ada Mamanya dan Mama Kenza.
"Key, ini anak bungsu mu? Kok cakep banget manis gini"
"Kayaknya cocok sama Jegar anak ku, Key. Bening banget Reyan."
"Ya ampun Key anak cewek ku aja kalah beningnya dari si Reyan."
Dan masih banyak pujian lain yang membuat Reyan merasa tersanjung, dikit. Dia kan jadi makin kepedean. Kenza yang mendengar itu tergelak.
"Maaf tante Kak Reyan next jadi punya Kenza." Ujarnya.
Mama Kenza lantas tertawa atas ucapan anak tunggalnya itu. "Kayak kak Reyan mau sama kamu aja."
"Mau kok" sahut Kenza, sombong.
"Anak kamu cakep gitu Lita, pasti Reyan mau. Eh atau Reyan maunya sama Marvin?" Bunda Keyu menatap kearah Kenza dan Marvin secara bergantian dengan wajah menggoda yang membuat Reyan mendengus.
"Kita cuma temen kok. Reyan kan sukanya sama Sehun Exo"
"Halu" ketus Marvin yang seketika mendapat cubitan maut dari Reyan.
_____
"Menurut lo si Haga itu suka sama Reyan?"
Dion menoleh mengikuti arah pandang Marvin. Di tepi lapangan basket Reyan dan teman-temannya alias Haga, Jeff, dan Bian tengah berkumpul. Bisa dilihat bagaimana Haga yang memperlakukan Reyan dengan baik. Mulai dari tatapannya yang tak luput dari Reyan, membiarkan Reyan menyender di bahunya dan menyuapi Reyan makanan.
Dion mengendikkan bahunya. "Kurang paham. Soalnya denger-denger si Haga ada cowok tapi beda sekolah. Emang kenapa?"
Marvin menggeleng.
"Gue gak suka banyak yang perhatian sama Reyan. Padahal cuma temen."
Merasa ada yang lucu atas ucapan Marvin, Dion tertawa terbahak-bahak nyaris terjatuh dari kursi kantin jika tak pintar menjaga keseimbangan.
Marvin mengernyit. Kenapa Dion tertawa padahal ia tidak tengah melucu."Lo kenapa sih orgil?"
"Omongan lo itu konyol banget, Vin. Lo kan juga temennya si Reyan berarti lo gak boleh juga dong perhatian ke Reyan."
"Itu beda. Gue temen Reyan yang paling deket karena udah lama temenan."
"Terus apa urusannya? Namanya temen mah ya temen aja. Kecuali lo pacarnya baru boleh cemburu. Lagian jadi orang gengsi kok kegedean. Noh makan gengsi lo selalu keduluan sama Kenza."
Marvin menatap Kenza yang turut bergabung pada Reyan dan teman-temannya. Benar, Kenza selalu berhasil menyainginya. Cowok yang lebih muda darinya itu selalu berhasil merebut perhatian Reyan dengan mudah.
"Lagi nih ya Vin. Lo juga brengsek sih. Kadang lo emang suka berlaku semena-mena ke Reyan kayak kejadian waktu itu. Lo harus bisa milih, kalo lo mau sama Mikayla ya lo tau batasan buat deket sama Reyan. Atau kalo lo pilih Reyan, ya jangan gatel deket ke Mikayla. Dua orang itu sama-sama punya perasaan udah lo baperin malah lo sakitin pula. Lo aja bebas deket sama Mikayla ya jangan larang Reyan deket sama cowok lain. Muka lo emang muka kriminal tapi plis jangan jadi bajingan, Vin." Ujar Dion panjang lebar menceramahi si hati batu alias Marvin yang sejak tadi hanya diam menatap Reyan dari kejauhan.
"Gue masih bingung."
"HALAH PANTEK!" pekik Dion kesal.
_____
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan [disc]
Short Story𝘔𝘢𝘳𝘷𝘪𝘯 𝘴𝘪 𝘤𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘦𝘯𝘨𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘳𝘮𝘢𝘵 𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘴𝘶𝘯𝘥𝘦𝘳𝘦, 𝘤𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶𝘢𝘯, 𝘱𝘰𝘴𝘦𝘴𝘪𝘧 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘦𝘬. 𝘒𝘦𝘯𝘻𝘢 𝘤𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘧𝘢𝘵𝘯𝘺...