08.

590 86 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

Ditengah hujan deras yang mengguyur, Marvin duduk termenung di meja belajarnya sembari menatap bingkai foto yang berisikan dirinya dan Reyan.

Menghela nafas dengan kasar, Marvin membanting tubuhnya keatas kasur dengan posisi terlentang. Mendadak sosok Reyan muncul dalam pikirannya. Bagaimana saat Reyan tersenyum, saat Reyan merengek padanya, saat Reyan marah, atau saat Reyan menangis karena jatuh dari sepeda saat mereka kecil dulu.

Sejujurnya Marvin juga sadar bahwa perasaannya pada Reyan bukan lagi sebatas perasaan perduli karena takut sahabatnya terluka, bukan lagi perasaan menjaga sesama sahabat. Namun ini lebih. Tentang perasaan bahwa ia ingin Reyan menjadi miliknya. Tapi disisi lain ia juga membingungkan perihal Mikayla yang ternyata menyukainya padahal Marvin tidak ada perasaan lebih pada gadis itu. Segala bentuk perhatiannya sebatas peduli bukan cinta.

Ia jadi teringat ucapan bundanya tempo hari lalu.
"Bunda tadi ketemu Reyan sama Kenza lagi jalan bareng. Keliatan happy gitu ya bang? Kamu gak cemburu kah? Padahal bunda juga pengen Reyan jadi mantu."

"Cuma jalan doang, bunda"

"Loh? Kamu jangan anggap enteng, bang. Hari ini jalan doang, besoknya bisa aja pelukan doang, besok-besoknya lagi udah pacaran. Kita mana tau kan? Apa lagi Kenza lemah lembut banget kalo sama Reyan mustahil Reyan gak jatuh hati nantinya. Kamu mah ketinggalan jauh."

"Abang mah suka sama Mikayla itu kali" sahut Yanan, adik Marvin yang paling kecil.

Asella menggeleng sambil menyilangkan kedua tangannya mendengar ucapan adiknya itu. "salah dek. Kak Marvin mah kegedean gengsi tau, dia mana suka sama kak Mikayla"

Marvin mendelik pada kedua adiknya yang kini terkikik. "Bocah sok tau"

Bunda menggelengkan kepalanya. "Jaga terlalu besarin gengsi bang nanti nyesel. Selagi masih ada kesempatan coba terus"


Huh!

Lagi-lagi Marvin menghela nafas. Ia sangat ingin mendekati Reyan seperti Kenza tapi tak tau bagaimana caranya. Ia bukan tipe recehan seperti yang di lakukan oleh Kenza. Tidak mungkin kan ia meng-coppy cara Kenza?

Lama ia berpikir sampai akhirnya memutuskan untuk meminta solusi pada Dion.

"Halo napa lol?"

"Lol? Panggilan apaan lagi itu?"

"Lol, tolol hahahh.." suara tawa Dion menggelegar di sebrang sana membuat Marvin mendengkus tak terima.

"Lo tai. Gue mau nanya nih,"

"Sok atuh lol"

"Kalo mau deketin Reyan hal pertama yang harus di lakuin tuh apa?" tanya Marvin serius

Rebutan [disc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang