05.

929 128 4
                                    

Reyan melirik Marvin yang berada di samping kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyan melirik Marvin yang berada di samping kirinya. Cowok itu hanya diam menatap ke depan tanpa mau membuka sebuah obrolan.

"Kalo sama Mikayla aja ngobrolnya gak udah udah" monolog Reyan dalam hati. Lalu lanjut menghabiskan es krimnya yang tinggal sedikit.

Seperti ucapan Marvin pagi tadi kalau Reyan pulang bersamanya. Reyan benar memilih untuk pulang dengan Marvin tanpa paksaan. Kenza membiarkan karena tak ingin membuat Reyan merasa tak nyaman kalau memang ingin pulang dengan Marvin.

Bukannya langsung pulang ke rumah, Marvin justru mengajak Reyan ke taman bermain. Membelikan si manis es krim strawberry dan duduk tenang menghadap danau.

Reyan membuang wadah es krimnya dengan sembarang.

"Yuk pulang! Es krim ku udah abis." ajaknya. Bahkan ia sudah berdiri.

Marvin bergeming. Tetapi tangannya bergerak menarik pinggang Reyan untuk kembali terduduk. Lalu menatap yang lebih tua beberapa bulan itu dengan intens.

"K-kenapa?" tanya Reyan. Sedikit merasa gugup karena di tatap lamat oleh Marvin.

"Lo bisa gak sih Rey membatasi diri kalo sama Kenza?"

"Hah? Maksudnya?"

"Gue gak suka tiap liat lo deket sama Kenza."

Reyan dibuat melongo. "Loh kenapa? Kenza kan juga temen ku." sahutnya dengan malas-malasan. Karena menurutnya Marvin ini suka bertindak semaunya dan aneh.

Memangnya Reyan siapa harus di kekang seperti itu? Kan hanya teman.

"Rey,"

"Apa?"

Cup

Reyan terbelalak. Terkejut atas tindakan Marvin yang menciumnya tiba-tiba. Bukan di kening atau pipi seperti biasa. Tetapi di bibir meskipun tak sampai dua detik. Ia bisa merasakan bagaimana darahnya berdesir dan jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang. Reyan bahkan merasakan pipinya panas.

"KAMU?!"

Marvin terkekeh melihat raut wajah kesal Reyan yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan. "Sorry. Tadi kelepasan." ujarnya seakan tak ada beban. Benar-benar Marvin yang sanggup membuat Reyan tak habis pikir.

Tanpa Reyan tahu bahwa sebenarnya Marvin juga merasakan hal serupa. Tapi, jangankan Reyan, Marvin sendiri saja masih mengelak dan menerka bahwa itu perasaan biasa.

"Ayo pulang." Marvin menggenggam erat tangan Reyan dan berjalan menuju parkiran.

Marvin bahkan dengan sukarela memasangkan helmet pada Reyan. Bentuk perhatian lain yang selama ini tak pernah Marvin lakukan. Yang sukses membuat Reyan terdiam karena selain merasa bingung ia juga merasa bahagia.

Namun itu hanya sesaat karena setelah motor mulai bergerak, Reyan kembali dibuat jengkel.

Marvin membawa motor dengan kecepatan lumayan tinggi membuat Reyan harus memeluk Marvin erat-erat.

Rebutan [disc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang