"Gue benci banget sama Kenza." Kalimat pertama yang Marvin ucapkan ketika membuka pintu rooftop membuat Dion yang tengah bersantai berjengit kaget."Asu!" umpatnya
Kenza duduk tak jauh dari tempat Dion tidur. Menikmati semilir angin yang setidaknya mampu membuat amarah yang ia tahan sejak tadi sedikit berkurang. Menyisahkan rasa kesal hingga rasanya ingin melempar wajah Kenza dengan panci gosong.
"Kenapa lagi sama Kenza?" tanya Dion
"Tadi gue liat dia makan bareng sama Reyan."
"Wah! Salut gue sama usaha Kenza buat dapetin Reyan" Marvin melotot kearah Dion membuat sahabatnya itu tertawa.
"Katanya kalian saingan, harusnya kalo lo liat Kenza deketin Reyan pas disekolah, ya samper lah. Jangan mau kalah bukannya malah pergi terus ngomel-ngomel kalo kayak gitu terus ya jangan sedih kalo Kenza menang. Lagian nih Vin," Dion menjeda ucapannya cukup lama membuat Marvin tak sabar.
"Apa anjing?"
"Emang lo udah yakin seratus persen soal perasaan lo ke Reyan lebih dari adek kakak, lebih dari sahabat? Gue nanya gini bukan karena ragu ke lo tapi dari awal kan lo sendiri yang melabeli kalo perasaan lo itu gak lebih dari perasaan antar sahabat" kalimat panjang yang Dion katakan membuat Marvin diam sebentar. Ia sudah yakin bahwa dirinya mencintai Reyan lebih dari sepasang sahabat. Hanya saja untuk berterus terang pada Dion dia masih gengsi.
"Mending lo sekarang ke kantin samperin Reyan jangan sampe mulut manis Kenza berhasil bikin doi luluh." usir Dion pada Marvin yang masih diam saja.
"Ya, oke" final Marvin. Pemuda itu langsung pergi dari rooftop dan kembali ke kantin untuk menemui Reyan alias mengacaukan acara pdkt Kenza.
Saat sampai di kantin ia masih menemukan Reyan dan Kenza yang kini telah selesai makan. Keduanya terlihat asik mengobrol dan Marvin mendesis tak suka. Ia dengan cepat berjalan menuju Reyan dan duduk di samping si manis dengan tiba-tiba.
"Kok baru ke kantin? Gak makan?" tanya Reyan
"Gak laper" sahut Marvin tapi matanya menatap tajam kearah Kenza yang kini merotasikan bola matanya. "Lo sendiri udah selesai makan kenapa gak ke kelas?"
"Masih mau ngobrol sama Kenza" sahut Reyan
"Em, kak Rey aku boleh minta minumannya gak? Haus banget tapi punya aku udah habis" pinta Kenza membuat Marvin lagi-lagi melotot tak suka.
Reyan tentu saja dengan senang hati memberi lalu mengangguk. Lagi pula sayang juga jika minumannya harus dibuang karena masih sisa setengah.
"Gak bol-"
Terlambat. Belum sempat Marvin menyelesaikan ucapannya, Kenza lebih cepat meraih gelas milik Reyan dan menyedot minuman itu dengan cepat. Sedotan yang sama yang dipakai oleh Reyan tanpa repot-repot ia buang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan [disc]
Short Story𝘔𝘢𝘳𝘷𝘪𝘯 𝘴𝘪 𝘤𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘦𝘯𝘨𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘢𝘳𝘮𝘢𝘵 𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘴𝘶𝘯𝘥𝘦𝘳𝘦, 𝘤𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶𝘢𝘯, 𝘱𝘰𝘴𝘦𝘴𝘪𝘧 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘦𝘬. 𝘒𝘦𝘯𝘻𝘢 𝘤𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘧𝘢𝘵𝘯𝘺...