12.

336 51 15
                                    

Reyan menghela napasnya berkali-kali membuat Bianca menjadi penasaran apa penyebab sahabatnya ini tampak murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Reyan menghela napasnya berkali-kali membuat Bianca menjadi penasaran apa penyebab sahabatnya ini tampak murung.
"Lo kenapa? Coba cerita" gadis itu duduk mendekat kearah Reyan.

Reyan mengangguk. Melirik kearah perpustakaan yang terlihat sepi dan pas untuk dirinya yang memang sebenarnya ingin bercerita pada Bianca.
"Aku bingung deh, Bi" ujarnya

"Bingung kenapa? Ada masalah ya? Atau mikirin kampus mana yang bakal kamu pilih?"

Reyan mendengus begitu Bianca membombardir dirinya dengan banyak pertanyaan. "Iih bukan itu tapi bingung soal Marvin sama Kenza" katanya dengan lesu.

"Mereka kenapa emangnya?"

"Aku kayaknya beneran suka mereka deh. Tapi aku bingung mau pilih siapa"

"Cih! Mentang-mentang disukai dua orang cakep jadi bingung. Udah, lo pilih sambil merem juga gak bakal rugi atau nyesel" sahut Bianca ngawur kemudian setelahnya tertawa. Sedangkan Reyan semakin memasang wajah kesal. Merasa sudah sia-sia bercerita pada Bianca yang tak membuahkan hasil. Tau begini Reyan lebih memilih bercerita pada Haga.

"Serius!"

"Iya-iya maaf. Gini deh coba tanya ke hati, lo lebih nyaman ke Kenza apa Marvin. Lebih cinta sama yang mana karena udah pasti beda gak mungkin sama"

"Nah itu, aku tuh nyamannya lebih sama Kenza. Sayang Kenza tapi masa aku sama berondong?"

Kepala Reyan ditonyor oleh Bianca. "Ye! Emang kenapa sih? Lagian beda setahun doang elah. Lo harus mantepin hati Rey biar gak makin nyakitin pihak lain. Karena sikap lo selama ini tuh adil banget"

"Hah?" Reyan melongo tak paham. Ia lantas menggaruk keningnya yang tak gatal ketika melihat raut wajah Bianca yang berubah menjadi datar. "Ah tolol" kata Bianca semena-mena lalu beranjak untuk keluar dari perpustakaan. Sedangkan Reyan diam di tempat dengan wajah tertekuk sedih.

Ia kembali merenung.

Sejujurnya Reyan menyayangi Marvin dan Kenza sama rata. Tapi untuk rasa nyaman, Reyan lebih nyaman ketika bersama Kenza sebab yang lebih muda selalu memprioritaskan dirinya dan mampu membuatnya selalu merasa bahagia. Kenza juga selalu bersikap lembut, Reyan selalu di nomor satukan. Reyan nyaris tak pernah mendapat perlakuan buruk dari Kenza barang sedikit pun. Sedangkan ketika bersama Marvin, kadang Reyan merasa seperti tengah berduaan dengan tembok. Meskipun akhir-akhir sikap Marvin sedikit berubah lebih baik dari sebelumnya, tapi tetap saja masih kalah oleh semua perhatian dari Kenza baik kecil maupun besar.

Dan yah, Marvin bahkan pernah menyakiti Reyan. Dan superhero saat itu adalah Kenza. Yang membuat Reyan pada Marvin adalah sahabatnya itu terlihat tak meyakinkan sebab Reyan juga tak merasakan ada sebuah perasaan suka dalam diri Marvin.

70% untuk Kenza, 30% untuk Marvin. Itu adalah perbandingan perasaan dari Reyan sendiri.

"Duh ngapain pusing mikirin mereka sih? Mereka aja gak ada yang ngungkapin perasaan ke aku" gerutu Reyan setelahnya membereskan segala buku-buku miliknya dan beranjak pergi dari perpustakaan.

Rebutan [disc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang