6. Dirayakan

9 2 0
                                    

Semua luka harus dirayakan.
-Varsha Anandhira

*
NADIN - SEMUA AKU DIRAYAKAN🎶
*
TANDAI TYPO, PLEASE.
*
🍟

KakDaff ;

jgn lupa makan, sha
obtnya jg jgn lupa
mndi pgi
berjmur dlu sblm mndi

Varsha ;
sip gan!

Asha menunggu lama untuk kembali mendapatkan balasan dari Daffa, tapi nyatanya laki-laki itu hanya berniat untuk membaca tanpa mengetikkan sesuatu.

Hati kecilnya menghela napas, yasudahlah.

"Ca, Bubu kerumah Mbok Tem dulu, ya. Kamu di rumah aja, nanti ada orang mau ambil jahitan." Haura memegang gagang pintu dengan setelan khas ibu-ibu pengajian.

"Bubu lama nggak? Caca boleh minta tolong?"

"Pulang sebelum ashar, sayang, mau minta tolong apa?"

Asha tersenyum, "Caca boleh nggak dibeliin batagor di depan toko Merpati? Enak banget tau, Bu, Caca kemarin beli sekarang ketagihan." Asha menunjukkan deretan giginya, berharap ibunya tidak menolak.

"Boleh, sayang, yasudah, Bubu berangkat dulu."

"Makasih, Bubu."

"Jangan lupa mandi, Ca, udah siang begini." Teriak Haura dari pintu rumah.

Sepanjang siang, yang dilakukan Asha hanya berbaring, berguling-guling, berteriak tak jelas, hingga menitikan air mata. Mungkin gadis itu sedang menonton drama kesukaannya. Hingga sore menjemput, suara pintu diketuk menyadarkan Asha dari tidur singkatnya.

Dengan langkah gontai, gadis yang asal memakai hijab itu membukakan pintu untuk seorang wanita muda yang begitu cantik dengan gamis berwarna cokelat.

"Asha, saya mau ambil jahitan." Asha hanya mengangguk dan mengambilkan tas kanvas yang sudah tergeletak di keranjang tumpukan dekat mesin jahit ibunya.

"Yang ini bukan, Mbak?" tanya Asha.

Wanita itu tersenyum ramah dan mengangguk, "bener, Sha, makasih, ya. Ini totalnya berapa?"

Yang ditanya demikian hanya menggaruk tengkuk, mendadak linglung. "Waduh, saya nggak dikasih tahu ibu soal totalnya, Mbak. Nanti kesini lagi bisa? Ibu lagi pengajian di RT sebelah, atau Mbak Dira bisa nunggu ibu, mungkin sebentar lagi pulang."

Wanita yang disapa Dira itu mengangguk, "daripada saya kesini lagi, mending saya tunggiin aja. Soalnya nanti malem saya mau ke rumah mertua, pulang lusa."

"Yasudah, silakan duduk, Mbak, mau saya buatkan teh hangat?" tawar Asha.

"Terima kasih, tapi nggak perlu, Sha. Sini duduk saja, nggak usah kayak sama siapa kamu ini." Asha yang diminta duduk lekas mendaratkan diri di sebelah perempuan cantik itu. Mungkin usianya dua puluh tiga, karena, ya, masih muda.

"Kamu sekarang kelas berapa, Sha?"

"Kelas dua belas, Mbak, bentar lagi lulus."

"Kok udah kelas dua belas? Perasaan kemarin masih kelas dua SMP."

Saya juga nggak ikut akselerasi kelas, Kack.

SEMESTABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang