bab 6 ; Yoongi tahu?

212 27 0
                                    

gimana kabar kalian? Kabar author gak baik-baik aja karnaaaa............ chap ini ilang ༎ຶ‿༎ຶ jadi aku nulis ulang kesel bngt.

Tapi sudahlah, selamat membaca ;)





.
.
.
.

Pagi ini Jimin tengah sarapan di meja makan dan sedikit was-was karena biasanya setiap dua hari dalam seminggu ibunya akan menelpon pihak sekolah untuk menanyakan perkembangan nilainya selama di sekolah, dan ini adalah hari dimana ibunya itu melakukan kebiasaannya, menelpon pihak sekolah. Jimin tebak pasti gurunya itu akan mengadukan dirinya yang tidak mengumpul tugas kemarin.

Jimin menegakkan badanya ketika melihat ibunya telah selesai dengan kegiatannya. Wanita yang menjadi ibu dari Jimin itu menghela nafas kasar, “guru kamu bilang, kemarin kamu gak ngumpul tugas dan berakhir dapat hukuman, kenapa?” Nadanya memang rendah namun terkesan menusuk sampai Jimin tidak berani mendongak menatap ibunya.

Nah benarkan? Dasar guru ember!

“Bunda kerja tiap hari buat kamu! Dan ini balasan kamu? bikin bunda malu? Kamu itu bodoh atau gimana? kamu gak dapat nilai Park Jimin! Mau jadi apa kamu?!!” Bentak bundanya keras, ibunya itu pasti akan mengamuk jika menyangkut nilai —ah ralat ibunya selalu mengamuk jika ia melakukan kesalahan kecil maupun besar.

Jimin hanya diam, ia sudah terbiasa mendapat bentakan dan kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut ibunya, maka ia biarkan saja dari pada menanggapi dan lelah sendiri toh nanti ia akan segera melupakannya saat sampai di sekolah. ya sekolah adalah tempat pelarian di mana ia bisa berekspresi dengan bebas tanpa takut larangan dari ibunya yang kerap kali membatasi ekspresinya.

“Maaf bun, Jimin gak akan bikin masalah lagi” alih-alih membela diri, Jimin lebih memilih pasrah disalahkan, padahal itu bukan kesalahannya, ia tidak mengumpul tugas akibat kejahilan berandalan bernama Min Yoongi yang sialnya adalah tetangga mereka.

“Inget ya, kalau kamu ulangi lagi bunda bakal hukum kamu lebih berat dari tidur di gudang! paham?!”

“iya bun”

Ibunya beranjak pergi meninggalkan dapur begitu saja setelah meraih tas kerjanya, Jimin juga segera beranjak mengikuti sang ibu. Setibanya di depan tepatnya di garasi rumah mereka, ibunya itu sudah membuka gerbang masuk rumahnya, Jimin yang mengerti ibunya akan segera berangkat pun hendak masuk ke kursi penumpang namun pergerakannya terhenti ketika tangannya di tahan oleh ibunya.

“Kamu berangkat sendiri, itu hukuman sementara buat kamu! Nanti pulang sekolah kerjain tugas kamu yang belum di kumpul, awas kalo bunda pulang tugas kamu masih kosong”

“Tapi bun —”

Brakk!

Bantingan pintu mobil membuat Jimin bungkam, selanjutnya mobil itu melaju meninggalkan rumah dan dirinya yang masih tidak percaya ibunya meninggalkannya tanpa memberikan uang tambahan untuk membayar bus.

Jimin menghela nafas panjang, ia benci dengan perlakuan ibunya yang egois dan tidak mau memikirkannya, namun dibalik itu semua ia tidak bisa benar-benar benci dengan wanita yang melahirkannya dan merawatnya sampai sebesar kini, ia tidak bisa. Di otaknya selalu tertanam bagaimanapun wanita kejam itu adalah ibunya maka ia harus sebisa mungkin menghormati perjuangan ibunya yang telah melahirkannya.

Jimin berkedip sekali untuk membuyarkan lamunannya,“ck! Buang waktu aja”

Jimin berjalan keluar dari pekarangan rumahnya untuk menuju halte bus dekat komplek rumahnya, namun baru setengah perjalanan Jimin dikejutkan dengan suara klakson motor di belakangnya.

“Woy min!” Jimin berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang, ternyata itu Yoongi.

“apaan?” Sahut Jimin malas, demi apapun ia sedang malas menanggapi berandalan macam Yoongi.

MY TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang