13-twt

142 14 5
                                    

Kali ini Anjani sadar bahwa keputusannya bergabung dengan street hunter hanya akan merugikannya. Arya yang sebenarnya hanya menggunakan Anjani sebagai alat untuk menarik Nayara mendekat padanya, laki-laki itu tidak peduli dengan hal apa yang akan terjadi pada Anjani jika semisal perempuan itu dihajar oleh teman-temannya sendiri karena ketahuan membahayakan sang ketua.

Anjani seolah tidak memiliki tempat di kedua lingkaran itu, street hunter ataupun lilac, keduanya hanya membuat Anjani tampak menyedihkan, yang satu membuat Anjani merasa asing sementara satunya lagi membuat Anjani merasa berguna ..., atau dimanfaatkan.

Saiang ini Anjani terduduk di bawah pohon ketapang dengan sebuah sapu di sisinya, cewe dengan sebatang rokok yang diselipkan diantara belah bibirnya itu menatap kosong pada halaman sekolah yang mulai ramai karena jam istirahat yang baru saja berbunyi.

"Gue nggak ngerti lagi sama lo?"

Anjani mendongak, mendapati sosok Elang yang berdiri menjulang di sebelahnya.

"Bisa-bisanya lo ngelanggar peraturan lagi sementara baru bebrapa menit lalu  hukuman lo selesai."

Anjani mengendikan bahunya acuh, kembali menghisap rokoknya dan mengepulkan asap dari mulutnya. Elang yang sudah muak dengan tingkah Anjani menarik rokok yang masih bertengger pada bibir perumpuan kelahiran Februari itu.

Anjani terkekeh, menarik pergelangan tangan Elang hingga remaja itu terduduk di sampingnya. Anjani memperhatikan wajah Elang yang tampak datar tengah menatapnya, dengan tangan yang menopang wajahnya Anjani tersenyum dengan wajah tengilnya.

"Lo kenapa sih? suka banget gitu kayanya ngurusin hidup gue, naksir lo sama gue?"

Elang mengernyit tidak suka pada tiduhan teman sekelasnya itu.

"Eh ...," menegakkan kepalanya Anjani bertingkah seolah baru saja mengingat suatu hal, "bukannya lo naksir Nayara ya?!" Tuduh Anjani dengan wajah serius.

"Apaan sih lo?!" Elang hendak berdiri dan meninggalkan cewe gila itu namun Anjani dengan cepat memegang lengannya dengan sebuah tawa mengiringi.

"Bercanda gue." Anjani berdiri dari duduk nya.

Anjani menghela nafas, dengan tangannya yang masih memegang lengan Elang, cewe itu kembali berucap, membuat Elang sedikit mengernyit heran.

"Lang, kalau misalnya gue naksir seseoarng tapi orang itu naksir orang lain gimana?"

"Kenapa lo? Dehidrasi karena nyapu halaman sekolah?" Elang berucap dengan nada sinis.

"Enggak sih, gue cuma pengen tau aja sudut pandangn lo sebagai orang bener."

"Ya bagus dong, beerarti orang yang lo suka masih waras buat nggak suka balik sama cewe sebleng kaya lo."

Anjani menjatuhkan rahangnya, merasa tidak percaya dengan kalimat yang dilontarkan sang ketua kelas. Sementara Elang melenggang pergi meninggalkan Anjani yang tampak uring-uringan.

_______________________

"Awas aja si Elang, gue sumpahin cewe yang dia suka, naksir orang lain. Ngatain gue lagi!!"

Alin terus menggerutu sepanjang jalan dia menuju gudang untuk mengembalikan sapu yang dia gunakan untuk membersihkan halaman tadi.

"Kayanya ..., lo udah ada pengganti Jery ...,"

Anjani menoleh cepat mendapati Bayu tengah duduk disalah satu sudut gudang tengah menghisap rokonya dengan tenang.

"Maksud lo?"

"Tadi gue sempet mau nyamperin lo, tapi setelah gue amati, kayanya lo lagi pdkt an sama si mata empat."

"Hemm ...," mengangguk pelan, Anjani menyenderkan tubuhnya pada tembok tak jauh dari tempat Bayu, "kenapa emang kalau gue pdkt sama Elang?"

"Nggak papa sih, bukan urusan gue juga ..., tapi perlu gue ingetin, kalau alasan utama Arya minta lo gabung street hunter, itu karena kalian punya tujuan yang sama ...,"

Anjani menatap datar Bayu yang kini sudah berdiri satu langkah di depannya.

"Gue kawatir lo bakal berakhir tragis kalau sampe lo berubah pikiran dan ngehianatin street hunter karena tujuan awal lo udah beda."

"Perlu lo tau bay, dari awal gue nggak pernah punya tujuan yang sama kaya ketua lo, Arya cuma jadiin rasa suka gue ke Jery buat dapetin Nayara ..., asal dia udah milikin Nayara, dia nggak peduli gue berakhir dengan siapapun."

______________________________

"Yaaah ..., ini serius anak lilac pada dipisah?" Anajni menaikan sebelah alisnya, seolah bertanya pada ghina yang sibuk mengunyah jajanannya.

Keduanya tengah berdiri di depan mading kelas yang terlihat sepi.

"Hemm ..., kata bu Novia gini "kalian kalau ibu satuin pasti nggak ada yang ngerjain tugas, ibu males kalau harus ngasih kalian tugas tambahan, apalagi kalau ibu kasih hukuman pasti pada kabur, jadi ibu pisah-pisah biar kalian juga ikut kerja ..., buat ketua kelompok, kalau ada yang cuma numpang nama, coret aja, biarin nilainya ibu kosongin" gitu katanya,"jelas Ghea panjang.

"Yaelah ribet banget guru lo," gerutu Anjani, sementara Ghina hanya mengangguk setuju.

"Cafe white night, jam 7 malem."

Anjani dan Ghina kompak menoleh pada Elang yang tengah berdiri disamping Anjani.

"Sama kaya yang dibilang bu Novia tadi, yang numpang nama, coret aja."

"Oooh ..., emang gitu ya, yaudah coret aja, nih ..., lo liat ...," Anjani menunjuk kertas yang bertuliskan seluruh nama teman sekelasnya, "kelompok lo cuma tiga orang, kalau gue sama Ghina lo coret, lo mau ngerjain sendiri, hah?!"

"Ya terus apa bedanya? Sekelompok sama kalian juga gue yang ngerjain sendiri," ucap Elang santai.

"SONGONG YA LO!! MENTANG-MENTANG PUNYA OTAK LO BISA NGOMONG SE'ENAKNYA,HAH?!"

"Udah-udah, Anjani" Ghina menahan Anjani yang tampak sangat ingin menerkam dan mencabik-cabik Elang, "cafe with night jam 7 malem'kan, kita pasti dateng ..., gue duluan." Ghina segera menarik Anjani menuju parkiran agar perumpuan itu tidak semakin gila karena melihat Elang yang tampak meremehkan mereka.

__________________________


"Bukannya lo bilang identitas gue masih di rahasiakan kaya Chris sama Yogi?." Anjani menatap Arya yang baru saja memberinya kabar bahwa malam nanti street hunter melakukan duel dengan geng Demon yang beberapa hari terakhir banyak menjadi perbincangan diantara para anggota street hunter.

"Maksud lo? Karena identitas lo masih dirahasiakan, lo bisa aja nggak ikut turun ke jalanan buat ngebela geng ini gitu?!"

"Menurut lo kalau anak lilac tau gue tauran dengan nama street hunter dibelakang gue, mungkin nggak gue masih bisa bantu lo buat milikin Nayara?"

"Duh jan, gue kira lo itu beda dari temen-temen lo, ternyata sama aja ya begonya."

Anjani mentap tidak suka pada Seno yang berdiri tidak jauh darinya.

"Sory kak, tapi nanti malem gue sama Anjani ada tugas kelompok bareng anak-anak lain." Ghina berucap pelan.

Seno berdecak, "ya kan lo bisa kerjain sendiri, ribet banget ..., atau lo sengaja ngajak Anjani biar dia nggak ikut tauran ...," ucapnya sinis.

"Udah-udah ...," Arya mentap lurus Ghina yang hanya menunduk, " kita turun jam tiga pagi, lo mau nugas jam tiga pagi? ..., selain waktu yang gue tentuin tadi, semua bisa pergi, termasuk kalian," putus Arya.


Love 2 HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang