4 (maaf)

10.9K 506 3
                                    

Happy reading!




.
.

Jam menunjukkan pukul 07:30 Andra terbangun, menatap kekasihnya tertidur lelap di atas kasur tepat disamping nya, bisa dipastikan Ian sangat lelah karna kegiatan kemarin malam.

Andra beranjak dari kasur berjalan kebawah berniat membuat sarapan untuk Ian, pembantu? Tidak Andra tidak mau ada orang selain Ian dan dirinya.

Setelah selesai Andra naik ke atas membawa nampan berisi bubur dan air minum juga ada obat salep untuk pereda rasa nyeri.

Andra membuka pintu kamar Ian "oh? Kamu sudah bangun.. makan dulu" Andra berjalan mendekat ke arah Ian

Ian tak fokus, ia menatap setiap inchi tubuhnya yang dipenuhi tanda, dan yang menjadi pusat perhatian nya hole nya terasa sangat lengket dan perih.

Tak sadar air mata jatuh dari kedua mata indah itu, Ian menutup wajahnya menggunakan kedua tangan nya "hiks hiks huaa"

Andra panik dan menaru nampan dimeja sebelah kasur kemudian mengelus kepala Ian "j jangan menangis, aku minta maaf"

Ian menatap Andra dengan sendu, saat Andra ingin menangkup pipi kiri Ian, tangannya ditepis begitu saja oleh Ian "jangan sentuh, gua benci lu"

Tatapan itu.. sulit sekali diartikan, Andra sama sekali tidak suka kata-kata itu keluar dari bibir Ian, tapi Andra tak bisa memaksa lagi, cukup sampai sini, kalo dilanjutkan yang ditakutkan adalah Ian semakin membencinya.

Andra menghela nafas kasar berjalan menjauh mengacak kasar rambutnya frustasi 'apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Andra

"Gua mau kerumah Buna" ucap Ian disela keheningan

Andra dengan cepat menoleh, cukup lama berkontak mata "baiklah, dengan satu syarat"

"Apa?" Tanya Ian

Andra berjalan mendekat dua langkah "kamu harus makan dulu, dan biarkan aku merawat mu sebentar, nanti sore kita kerumah Buna"

Ian berfikir sejenak, kemudian mengangguk paham, Andra tersenyum melihat anggukan itu, kemudian mengambil nampan berisi bubur menyendokan bubur itu masuk kedalam mulut Ian, Sampai sendok terakhir.

Ian sempat menolak, tapi Andra memaksa, Ian menatap kearah nampan melihat obat Salem pereda nyeri "apa itu?" Tanya Ian

Andra menoleh kearah yang menjadi pusat perhatian Ian "oh! Aku hampir lupa, berbalik lah, aku akan memberi obat pereda nyeri di hole mu"

Mata Ian terbelalak tak percaya, kemudian menggeleng dengan cepat, menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Andra terkekeh "ayolah.. katanya mau kerumah Buna"

"Gua ga mau TITIK" ucap Ian dibalik selimut

Andra mencoba Manarik selimut itu "Ga sakit cuma bentar"

"Ga ya enggak!" Ian tetap menolak

Andra menghela nafas "yauda ga jadi kerumah Buna ya?"

Ian membuka selimutnya sebatas lehernya "gua mau kerumah Buna"

Andra terkekeh "yauda pake obat dulu" Andra menaikan tangan yang memegang obat salep itu.

Ian menatap obat salep yang dipegang oleh Andra, meneguk air liur "y yauda, sini sama gua aja" Ian hendak mengambil obat salep dari tangan Andra

Namun kemudian Andra menaikan tangan nya membuat Ian tak mampu meraih nya "eits sama aku aja, pergerakan kamu terbatas"

Ian berfikir cukup lama membuat Andra gemas sendiri "mau kerumah Buna ga?" Tanya Andra

"MAU!" Jawab Ian antusias

"Yauda cepat berbalik badan" perintah Andra

"T tapi.." Ian ragu

"Ga papa, ga sakit" Andra mencoba meyakinkan, dan itu berhasil

Ian perlahan membalikan tubuhnya sambil tak berhenti mengaduh, Andra yang melihatnya bingung 'sesakit itu?' batin Andra.

Andra mengoles salep itu, setelahnya menyuruh Ian beristirahat sebentar, nanti sore baru berangkat. Ian hanya mengangguk dan tertidur dengan posisi terlentang, percayalah Ian tak nyaman dengan posisi terlentang namun Ian tak bisa berbuat apa-apa karna rasa sakit dibawah.

Ian istirahat sementara Andra pergi kekantor mengurus beberapa keperluan tentang proyek kerjasama.

***

Sore hari tiba, dan disinilah Andra dan Ian berada dirumah Buna, melihat Andra menggendong Ian masuk Buna beratnya-tanya

"Ian kenapa Andra?" Tanya buna

Ian hanya diam malu, sementara Andra menjelaskan bahwa Ian terjatuh dikamar mandi, buna percaya akan hal itu, dan membiarkan Andra masuk kedalam membawa Ian ke kamarnya

Andra berbincang sebentar dengan Ian, mengatakan bahwa waktunya dirumah Buna hanya 1 Minggu, dan Ian lagi-lagi hanya mengangguk

Andra turun kebawah, bertemu Buna "Bun Andra titip Ian dulu sebentar ya, Andra ada urusan selama seminggu, ga mungkin kalo Ian Andra tinggal sendiri dirumah dalam keadaan kayak gitu"

Buna tersenyum "gapapa, Ian ngerepotin ya?"

Andra dengan cepat menggeleng "engga ko Bun"

"Yaudah kalo gitu" ucap Buna

Andra tersenyum "Andra jalan dulunya Bun?"

"Iya, hati-hati ya nak"

"Siap Bun" balas Andra

Buna menemani Andra sampai ke mobil, kemudian hanya menatap kepergian Andra dari halaman rumahnya

Didalam mobil Andra terlihat murung, 'seminggu ini apa yang harus ku lakukan?' batin Andra.

Ini pasti berat untuk Andra, tapi dia juga tidak mau Ian semakin membencinya, jadi sepertinya Andra akan kesepian selama seminggu




.
.

Bersambung...

Jangan lupa dukung clody dengan mem vote cerita ini thanks


•° Perjodohan °• ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang