Naruto mengambil kunci mobil, lalu berkata, "Cepat! Sebelum aku berubah pikiran."
Hinata tak dapat menolak. Gadis itu buru-buru mengekori Naruto.
Di dalam mobil, Naruto sedikit melirik gadis yang berada di sampingnya itu. Lelaki itu cukup terpesona melihat penampilan Hinata pagi ini. Wajahnya yang kecil tampak lebih cerah dan merona. Rambutnya yang lurus pun dibiarkan terurai. Cantik. Padahal baju yang dikenakannya adalah baju yang sama dengan pakaian kemarin.
"Apa kau menggunakan riasan?" tanya Naruto tiba-tiba.
"Tidak. Aku hanya mencuci wajahku karena ingin tampil lebih segar," balas Hinata polos.
Setelah percakapan itu, mereka tak bersuara sampai tiba di kampus Hinata.
"Terima kasih sudah mengantarku," ujar Hinata sambil seketika setelah menutup pintu mobil.
Naruto hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan gadis itu.
Hinata berjalan menuju kelas. Tahu-tahu Fuu, teman sekamarnya di asrama sudah berada di hadapannya.
Fuu menghujaninya pertanyaan bertubi-tubi. "Hinata, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tak membalas pesan dan menjawab panggilanku?"
"Jangan cemas. Aku baik- baik saja. Maafkan aku, Fuu. Ponselku mati." Hinata menjawab sambil menunjukkan ponselnya yang sedang tidak diaktifkan.
"Syukurlah. Lalu di mana kau tidur semalam? Kau tak pernah seperti ini sebelumnya." Fuu masih saja penasaran.
Hinata menanggapi sekenanya. "Ah, aku bermalam di rumah teman."
Pernyataan Hinata justru semakin membuat Fuu ingin tahu lebih dalam. "Teman? Siapa? Kau tak punya banyak teman di kota ini, Hinata."
"Teman lama yang baru kutemui lagi baru-baru ini," kilah Hinata lagi.
"Oh iya, apa kau sudah bertemu dengan Toneri senpai? Dia mencarimu kemarin."
"Belum. Setelah kelas ini aku berjanji menemuinya."
"Baiklah. Aku akan pergi ke kelasku. Jangan lupa, jika kau butuh teman bercerita, aku selalu bersamamu," ujar Fuu sebelum berlalu.
Selepas mengikuti kelas, Hinata menuju aula tempat senior melakukan latihan untuk pementasan. Dia memang sengaja datang lebih awal untuk melihat Toneri persiapan. Hinata mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan ketika sampai di sana. Namun, dia tak berhasil menemukan lelaki itu. Hinata menunggu hingga latihan selesai tapi Toneri tak kunjung muncul. Dia ingin menghubungi Toneri tapi daya ponselnya habis.
Hinata bertanya pada salah satu senior yang berada di sana. "Maaf, apa latihan sudah selesai?"
"Iya, latihan hari ini selesai. Ada perlu apa?"
Hinata bertanya, "Apa Toneri akan ke sini?"
"Ah, mencari lelaki itu lagi. Dia tidak ada di sini."
Senior yang lain juga ikut menimpali. "Kau adalah gadis ke lima yang datang mencarinya hari ini."
Mendengar hal itu, Hinata sedikit kecewa. Padahal dia sudah janji bertemu di sini untuk membahas audisi pemilihan peran untuk festival musim panas.
"Oh, begitu rupanya. Baik. Terima kasih."
Tiba-tiba gadis senior berkacamata memperingatkannya. "Jangan terlalu percaya padanya. Dia tak sebaik yang kau kira."
Hinata hanya tersenyum, kemudian mengangguk dan pergi dari sana.
***
Hinata kini ada di bus menuju ke studio tato Naruto. Kata-kata dari seniornya tadi membuatnya semakin bingung. Apa benar Toneri yang dia kenal hanya suka bermain-main dan sengaja tak menepati janjinya? Selama ini, Toneri selalu baik dan perhatian padanya. Hinata ingat salah satu kebaikan Toneri padanya adalah ketika hari pertama ke kampus. Hinata yang berasal dari desa, merasa tidak terbiasa tinggal di Tokyo. Tonerilah yang membantunya beradaptasi dan mengatasi beberapa masalah saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet (NARUHINA)
FanfictionHinata dan Naruto sama-sama menginginkan kemerdekaan dan kebebasan atas diri mereka sendiri. Hinata yang lari dari desa ke kota dengan berburu beasiswa agar terlepas dari sang ibu tiri, sedangkan Naruto lebih memilih kabur dari kediaman keluarga bil...