#3

4.1K 22 0
                                    

Aroma manis pekat dengan nuansa madu tercium semerbak di seluruh ruangan. Suasana di dalam sana seakan seperti sebuah euforia kehidupan wanita yang sedang memanjakan diri. Jalinan suara melodi yang begitu harmonis, begitu tenang, begitu damai pada setiap sekat kamar di 'Traditional Spa'.

'Traditional Spa', itulah nama dari spa yang memang cukup terkenal di pulau ini. Promosi di sosial media yang begitu gencar, dan cukup banyak review positif membuat spa tersebut digemari oleh para turis.

Tempat yang strategis di tepi pantai, desain ruang spa yang minimalis, menjadikan Spa itu sangat aesthetic. Apalagi dengan adanya ruang spa terbuka yang membuat pengunjung dapat menikmati layanan dengan suasana alam terbuka. Kamar-kamar di setiap koridor pun tidak kalah eksklusif. Penerangan yang remang-remang dengan lilin, lampu gantung, perpaduan aksen kayu dan lantai marmer ... semuanya menunjukan keminimalisan yang glamor.

Irene melangkah masuk ke dalam lobi 'Traditional Spa'. Dia mengenakan celana putih ketat berbahan denim dengan tanktop hitam yang membuat belahan dadanya sangat terlihat. Sandal putih di kaki membuat penampilannya semakin memikat. Rambut hitamnya yang panjang dibiarkan terurai di punggung.

"Selamat pagi, dengan saya Dewi, ... ada yang bisa saya bantu?", jawab gadis rambut pendek itu.

Dewi, seorang gadis lokal yang memiliki kulit coklat sawo matang dengan rambut bob pendeknya ditata rapi membingkai wajahnya. Selayaknya seorang penerima tamu, gadis muda itu berdiri dengan tinggi rata-rata, membawa dirinya dengan anggun dan tenang berbalut seragam spa yang sederhana.

"Pagi, ... tadi saya udah booking untuk jam 10.00".

"Baik, ... apa saya boleh tahu booking atas nama siapa?".

"Irene".

"Baik, ... bu Irene, ... tunggu sebentar ya, ... silahkan duduk", ucap Dewi sambil menatap wanita cantik yang berada di hadapannya. Jarang sekali ada wanita secantik ini muncul. Terlebih lagi Dewi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaki Irene dengan sandal putihnya itu. Lekukan telapak kakinya begitu tinggi, sangat cantik, sungguh menggoda.

Gadis itu mengamati Irene dari ujung kepala hingga kaki, mencoba memberikan keramah-tamahan yang lebih dari apa yang sewajarnya.

Irene memilih duduk di kursi sofa tepat di sebelah ornamen air mancur kecil, lalu menggoyang-goyangkan jari kakinya. Memeriksa apakah alas kakinya sudah cukup longgar sebelum dia menaikan kaki di atas meja dengan posisi menyilang.

Ayo, siapa yang ngefans sama kaki gua? Pikir Irene yang sebentar lagi akan melakukan atraksi favoritnya.

Sandalnya bergerak mengikuti gerakan kakinya, mengencang saat Irene merenggangkan kakinya ke atas, lalu seketika menjadi longgar saat telapak kakinya menekuk ke arah bawah. Sandal putih Irene seakan melayang di sepanjang lekukan telapak kaki yang lembut ... dia merenggangkan, mengepalkan, lalu melonggarkan sandalnya secara natural menunjukan sisi telapak kakinya.

Beberapa pengunjung yang sedang menunggu tampaknya ikut memperhatikan Irene.

Berapa banyak orang yang memiliki fetish kaki? Tidak ada yang peduli.

Tetapi yang pasti, hari ini ada seorang wanita cantik dengan kaki yang seksi sedang mengadakan pameran kaki sambil memainkan sandalnya.

Irene menyelipkan tumitnya keluar dari belakang sandal dan membiarkannya menjuntai di dekat jari kakinya saja. Menjuntai, mengernyit dan merenggangkan kaki sebelum akhirnya melepas sandalnya. Seluruhnya. Sandal putih itu pun jatuh ke lantai tanpa menimbulkan suara.

Beberapa dari pengunjung cukup tersentak sambil menggeser posisi kursi, kemudian mencondongkan tubuhnya untuk mendapatkan pemandangan yang lebih baik.

Hmmm, banyak juga ya, ...

Hukuman untuk Sang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang