Andrew melangkah ke pandangan Irene. Dia menyeringai.
Inilah saat yang dia tunggu-tunggu.
Inilah saat di mana semua rasa sakit yang dia alami sebelumnya akhirnya terlampiaskan.
Kini mimpi itu menjadi kenyataan.
Andrew bisa melihat istrinya diikat di kursi itu, dalam posisi litotomi yang sempurna, sehingga seluruh area sensitifnya terbuka tanpa celah. Andrew ingat saat masih kuliah dulu, ... dia sangat menyukai Irene. Andrew sangat menikmati momen-momen melihat dan bermain dengan kaki Irene saat awal mula pernikahan.
"kira-kira, mulai dari mana dulu, ya? Kamu 'kan gelian banget, sayang", kata Andrew, "di colek sedikit aja udah heboh kaya cacing kepanasan. Gimana pas diikat kaya gini ya?".
Irene tidak bisa berkata-kata. Dia benar-benar terkejut karena suaminya ada di sini dan bersekongkol dengan Rara.
Irene ingat bagaimana dia membuat Andrew, suaminya yang culun itu bertekuk lutut setiap hari seperti pria idiot. Tapi itu dulu, dan sekarang dirinya diikat telanjang, dalam posisi yang sangat terbuka dan ada dua orang yang mencoba membalas dendam padanya.
Irene bisa merasakan sistem sarafnya menjadi liar dan merasa setiap ujung sarafnya dalam keadaan siaga. Ketakutan mencengkeramnya dan dia sudah mulai memohon-mohon.
"Dewi, ... Andrew, sayang, ... please, udahan! Gua janji gak bakalan injek-injek lo lagi. Udahan, please".
Andrew tidak bisa menahan tawa ketika dia mendengar istrinya mengemis-ngemis padanya. Ini bukan Irene yang dia kenal, ini bukan Irene yang sangat percaya diri itu. Hari ini akan menjadi momen yang memuaskan karena dia akan menghancurkan wanita yang sombong dan angkuhnya luar biasa ini.
Akhirnya sang suami akan membuat sang istri terhina, ...
Terhina dalam penderitaan.
"Irene, Irene, ... lo kira gua bakal percaya sama omongan lo?" godanya "istri gak tahu diri kaya lo harus dikasih pelajaran".
Irene mulai gusar! Irene mulai marah! Irene tahu kalau dirinya sedang dalam masalah besar.
Tapi keangkuhan dan kesombongan membuat Irene malah mengintimidasi suaminya itu. "Denger, ya, Drew, ... kalau sekali lagi lo sentuh gua!, gua bakalan cerai sama lo!" dia menuntut, "gua bakal bikin hidup lo menderita, gua bakal bikin lo miskin!"
"Mohon maaf, bu Irene, ... sebaiknya simpan tenaga anda untuk sesi selanjutnya. Marah-marah hanya akan membuat anda lelah" goda Dewi, "atur napas anda dengan baik, stop punya pikiran kalau anda yang mengendalikan situasi di sini".
Respon Dewi dengan suara datar, rendah, profesional, dan kaku. Tapi untuk Irene, itu terdengar mengerikan seperti sebuah ancaman
"Ingat sesi sebelumnya, ... saat napas anda habis, anda pasti kencing lagi, dan ini sudah kelima kalinya. Mau berapa kali lagi anda mengencingi diri anda sendiri?"
Sementara itu mata Andrew melihat ke arah kaki Irene dan melihat jari-jari kakinya bergoyang-goyang. Dia merasa sedikit emosional karena dia akhirnya bisa membalas sakit hatinya.
"Mbak Dewi, dimana pakaian istri saya?", tanya Andrew yang tidak takut dengan ancaman Irene.
"kami menaruhnya di rak pakaian, ... di bagian depan, dekat dengan ruangan VIP ini" dia memberitahunya, "seluruh pakaian bu Irene kami taruh disana dengan rapi, ... begitu juga dengan sandalnya bu Irene".
Mata Irene membelalak saat mendengar jawaban Dewi. Dia tahu resepsionis wanita muda itu sangat menyebalkan semenjak pertemuan pertama mereka hari ini, "balikin baju sama celana gua, ..." Irene membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukuman untuk Sang Istri
RomanceHukuman untuk seorang istri yang dominan kepada suaminya, ... Tapi yang menghukum sang istri bukanlah sang suami, ... Female led relationship! Soft BDSM! Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter, peristiwa, dan tempat di dalamnya adalah hasil...