Sebelum mereka memulai perjalanan sekolah. Beriringan, mereka berjalan menuju jalan raya, bersiap untuk menahan angkutan umum. Setelah menantikan sekitar sepuluh menit, angkutan umum yang dinanti akhirnya tiba, dan dengan gesit mereka naik ke dalamnya.
Dalam perjalanan, fokus mereka tercurah pada kemacetan jalanan yang dihadapi. Sekitar sepuluh menit kemudian, angkutan itu berhenti di depan SD Cahaya Indah, sekolah tempat Tata menimba ilmu. Dengan penuh sopan, Tata berpamitan kepada kedua kakaknya.
"Hati-hati, adik. Tetap semangat belajar!" ujar Lala, memberikan semangat pada adik bungsunya.
"Iya, Kak, pasti!" balas Tata sambil mencium punggung tangan Lala dengan tulus.
"Jangan lari kemana-mana, nanti ibu yang menjemputmu," ingatkan Haha.
Dengan sikap hormat, Tata memberi salam kepada kedua kakaknya, "Siap, Kak!" Lalu, dengan lincah, ia turun dari angkutan dan berlari masuk ke pelukan sekolahnya, tas kebesarannya berayun mengikuti irama langkahnya.
Lala dan Haha saling bertatapan, menyampaikan gelengan kepala serentak melihat kelakuan ceria adik mereka. Setelah Tata turun, angkutan itu meneruskan perjalanannya, mengantarkan anak-anak lainnya. Beberapa menit berlalu, angkutan berhenti tepat di depan SMA Nusa Bakti. Para penumpang bergegas turun, memberikan bayaran kepada sopir yang ramah. Haha, dengan sikap dermawan, memberikan sepuluh ribu rupiah sambil memberi tahu bahwa mereka bertiga satu keluarga.
Abang sopir menerima uang dengan senang hati, berusaha memberikan kembaliannya. Namun, Haha menolak dengan sopan, "Ambil saja, Bang. Nanti beli gorengan saja."
"Terima kasih, Dek," ucap Abang dengan senyuman, dijawab oleh anggukan dan senyuman Haha.
"Kenapa kamu tidak mengambil kembaliannya?" tanya Lala begitu mereka melangkah masuk ke gerbang sekolah.
Haha tersenyum sambil menjawab, "Cuma seribu rupiah."
"Meskipun hanya seribu, tetap uang, bukan?" seru Lala yang masih sulit menerima kenyataan.
Haha hanya menggelengkan kepala. Kakaknya ini memang selalu cermat dan bijak dalam urusan uang.
Dengan langkah yang santai, Lala dan Haha melanjutkan perjalanan mereka, berpisah karena berada di kelas yang berbeda. Lala, yang duduk di kelas XII IPA, meniti langkahnya di lantai dua, sementara Haha, di kelas X IPA, merambah kelasnya yang berada di lantai bawah. Suasana sekolah memeluk mereka dengan harapan dan impian yang tersebar di setiap lorongnya.
~~~~~
Waktu melambai hingga mencapai istirahat, meredakan jiwa-jiwa yang terasa penuh peluh. Rasa lapar membelit Haha, memotivasi langkahnya untuk mencari keberadaan Lala. Sebuah keinginan untuk mengajak kakaknya menemani perjalanannya ke kantin mengusik perutnya yang kosong.
Langkah Haha mengitari anak tangga, mengarah padamu Lala, mencari tahu keberadaannya. Ketika sampai di depan pintu kelas Lala, Haha menggeleng, memandang kakaknya dengan ekspresi keheranan. Bagaimana mungkin Lala tertidur pulas saat jam istirahat?
"Jangan di depan pintu, ya," teguran seorang siswi terdengar, menggoyangkan Haha dari keterkejutannya.
Haha menyingkir dua langkah, memberi jalan pada siswi itu yang berlalu dengan gaya centilnya. Pakaian ketat dan rok di atas lututnya mengundang tatapan Haha, membayangkan apakah ia hendak ke sekolah atau ke panggung catwalk.
Haha mendekati Lala yang terlelap. "Kak, ke kantin yuk!" ajaknya, mencoba membangunkan kakaknya dengan menggoyangkan tubuh Lala.
"Pergilah sendiri. Aku ngantuk," balas Lala, menyebabkan wajah cemberut Haha.
Dengan langkah malas, Haha akhirnya tiba di kantin. Ia memesan es teh dan semangkok bakso di warung Mang Ujo, mencoba mengusir rasa laparnya.
Bel tidak terasa waktu istirahat berakhir. Haha berjalan dengan santainya, menikmati hiruk pikuk di koridor sekolah yang mulai sepi.
Sampai di kelas, Haha menuju bangkunya untuk melanjutkan ritual tidurnya, mengikuti jejak kakaknya. Tidak lama kemudian, ia terbangun oleh kebisingan di kelas.
"Mekar!" panggilnya pada teman sebangkunya, membuat Mekar terkejut dari dunianya yang sedang menatap layar ponsel. "Ada apa?" tanya Mekar.
"Jamkos biasa," jawabnya singkat, sambil membalas pesan dari pacarnya.
"Buk Kapas ke mana?" tanya Haha lagi.
"Rapat," jawab Mekar tanpa menoleh.
"Dikasih tugas, tidak?" Haha bertanya lagi, membuat Mekar agak kesal.
"Tidak!" jawab Mekar tegas. Haha hanya mengangguk lalu kembali tidur.
Tetapi, seketika kelas Haha hening. Seperti ruangan yang kehilangan suara. Kedatangan kakak kelas membuat kelas X MIPA 2, awalnya riuh namun seketika hening seperti kuburan yang ramai namun sunyi.
Haha merasa terbangun. Saat ia menatap ke depan, jantungnya berdebar-debar seakan tertangkap basah mencuri mangga tetangga. Seorang yang berdiri di depan kelas menarik perhatiannya. Pandangan mereka saling bertemu, namun Haha memilih menghindar, merasa seperti terpergok mencuri buah mangga.
"Selamat siang semua. Kaka mohon maaf telah mengganggu pelajaran kalian," ucap salah satu dari mereka. "Kami di sini ingin mengajak kalian untuk bergabung dengan organisasi Pramuka. Penjelasannya akan diberikan oleh teman kami, ini," lanjutnya sambil menoleh ke samping. Teman-teman sekelas Haha mengangguk mengerti.
"Oh iya, sebelumnya perkenalkan, nama saya Raditya Pertama atau biasa dipanggil Radit," kata Radit dengan senyuman manis.
"Kami tidak sendirian, ini ada kakak-kakak kelas kalian yang juga bergabung. Di sebelah saya Alghiffari dan di sebelah kak Alghi adalah Vivi Irmawati," lanjutnya memperkenalkan teman-temannya. Alghi dan Vivi tersenyum ramah.
"Baiklah, sekarang Alghi akan menjelaskan maksud kami datang ke kelas kalian ini. Saya serahkan kepada Alghi untuk memberikan penjelasan tentang organisasi yang mungkin diminati oleh sebagian besar kelas X MIPA 2 ini," ucapnya, mengakhiri pembicaraan.
Alghi memberikan penjelasan panjang lebar tentang Pramuka dengan senyuman manisnya. Setelah penjelasan, Alghi mempersilakan siswa-siswi yang berminat untuk mendaftar ke Vivi. Namun, hanya satu yang mendaftar, yaitu Haha, dan itu pun karena ada Radit.
"Hanya satu yang mendaftar?" tanya Radit. "Tidak ada yang suka Pramuka di sini?" tambahnya.
"Tidak!" jawab semua siswa serentak.
Mereka bertiga hanya menghela nafas mendengar jawaban adik-adik kelas. "Baiklah, kalau begitu, kami pamit dulu. Maaf jika kami mengganggu kalian selama pelajaran," ucap Radit. Mereka keluar dari kelas.
Seketika, kelas Haha kembali ramai seperti semula. Mekar merasa aneh dengan sahabat kecilnya. Haha selama ini tidak tertarik dengan Pramuka sejak Sekolah Dasar. Mengapa sekarang ia suddenly mendaftar?
"Tumben, kamu ikut Pramuka?" tanya Mekar penasaran.
"Karena ada Mas Radit," jawab Haha dengan senyum sendiri. Mekar hanya memutar bola matanya malas.
-tbc
Salam literasi queen_skyy28, MangoSweet27, MACA_RON142, napriani6, MakPluto

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dino
ПриключенияKELUARGA DINO - sebuah novel kolaborasi empat penulis pemula, Macaron, Mak Pluto, Queeniara, dan Napriani6. ---------------------------------------------------- Selamat datang di dunia Keluarga Dino, di mana kehidupan sehari-hari menjadi petualangan...