Keluarga baru Eko

28 11 9
                                    

Kring ....

Bel Pulang sekolah berbunyi nyaring, seluruh murid berhamburan berlari dari kelas mereka menunggu dijemput oleh orang tuanya di gerbang sekolah.

Ekyong, putri bungsu dari pasangan Eko dan Nyong, berdiri di pinggiran jalan dengan begitu cemas. Sudah 10 menit ia menunggu, namun belum juga menemukan seseorang yang menjemputnya.

"Ayah di mana sih? Lama banget!" kesalnya.

Saat hampir seluruh murid SDN 01 Jakarta telah dijemput oleh orang tua mereka, Ekyong pun semakin kesal dibuatnya, apalagi hanya ia sendiri yang belum dijemput di sekolah ini.

Lalu lalang kendaraan pun telah sepi di jalanan tempat ia menunggu. Bagaimana ia bisa pulang jika tidak ada kendaraan yang berlalu?

Ekyong menghela nafas berat, "Haruskah aku berjalan kaki sekarang?" tanyanya sendiri.

Tidak lama kemudian, mobil milik ayahnya terlihat dari pandangannya. Ketika mobil tersebut berhenti tepat di depannya, Ekyong melirik tajam ke ayahnya. "Lama sekali, ayah!"

"Maaf, tadi ayah ketiduran, maafin ayah, ya!" Eko membuka pintu mobil untuk putri kesayangannya. Ekyong masuk ke dalam mobil. Sebagai hadiah karena Eko lama menjemput Ekyong, Eko mengajak putrinya untuk membeli es krim. Ntah mengapa Ekyong dan Tata memiliki kesukaan yang sama, yaitu es krim. Mungkin, mereka satu ayah.

Sedari tadi saat mobil melaju, tak ada percakapan atau pembicaraan diantara mereka. Keduanya saling membisu diam tanpa sebab.

"Sebagai ganti karena ayah telat menjemputmu, bagaimana jika kita beli es krim? Kamu suka itu kan?" bujuk Eko pada sang putri.

Ekyong hanya terdiam tak menggubris pertanyaan dari sang ayah yang mengajaknya untuk membeli es krim

Ekyong tersenyum sumringah ketika sang ayah mengajaknya untuk membeli es krim, "Sungguh? Yang benar saja jika aku menolak ayah," ujarnya.

"Jadi, apa kamu mau memaafkan ayah dan kita beli es krim bersama?" tanya Eko tersenyum.

"Tentu Ayah," jawab Eko.

Setelah mendapatkan persetujuan dari sang putri, mobil mereka pun berhenti di sebuah toko es krim yang cukup besar dan ramai akan peminat.

Saat Ekyong ingin membuka seat belt yang telah melekat dari tubuhnya, namun Eko langsung menahannya dan membukakan seat belt tersebut untuk putri tercinta. "Tunggu, biar ayah yang buka!" pintanya.

"Apa kamu tidak ingin yang lain selain es krim? Permen kapas mungkin?" bujuk Eko kembali.

"Tidak ayah, aku hanya ingin es krim." jawab Ekyong mantap.

Eko hanya diam saja. Sebab ia mengingat bahwa kemarin Ekyong sempat mengalami demam, dan es krim akan memperparah kondisi Ekyong.

"Bukankah kamu sempat demam kemarin? Ayah tau kamu sangat menginginkan es krim saat ini. Tapi, ingatlah kondisimu kemarin. Jika kamu memakan es krim sekarang mungkin itu akan membuat demamnya kembali,"

Ekyong mengangguk yakin. "Tolong ayah. Kali ini saja, aku mohon," pintanya.

Tak tega melihat sang putri terus memohon, dengan berat hati Eko terpaksa mengizinkannya untuk memakan es krim.

Eko mengangguk pasrah. "Baik, asal tidak lebih dari satu cup es krim,"

"Baik ayah," ucapnya sembari tertawa riang.

Setelah selesai membeli es krim tersebut Ekyong mengangkat muka memandang wajah sang ayah yang tertunduk lesu. "Ada apa ayah, apa ayah baik-baik saja?"

Tentu, Eko baik-baik saja hanya saja, rasa kantuk mulai menguasai dirinya kini. Maklum, habis makan jadi bawaannya pengen tidur.

"Ayah baik nak, hanya saja ayah sedikit mengantuk," jawabnya.

Ekyong yang sedari tadi tengah asik menyantap es krim pun mengernyit heran. Pasalnya, sang ayah sebelum menjemput pulang telah tertidur hingga telat menjemputnya pulang, mengapa saat ini ia mengantuk kembali?

"Bukankah ayah telah tertidur sebelum menjemput ku tadi? Mengapa ayah merasa mengantuk kembali?"

Eko menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hahaha....mungkin ayah kurang tidur," sahutnya.

Satu jawaban yang tak masuk akal itu keluar dari mulutnya. Bagaimana bisa, seorang Eko kekurangan jam tidurnya sementara pekerjaannya hanya makan, tidur, dan menjemput anaknya pulang. Bagaimana bisa ia beralasan bahwa ia kurang tidur?

"Ayah harus banyak istirahat berarti, sampe kurang tidur gitu," ujarnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan itu, akhirnya keduanya pun sampai di rumah yang megah dan mewah bak kerajaan itu.

Tak berselang lama setelah mobil mereka sampai, mobil lain pun masuk ke pekarangan rumah. Mobil serupa dengan yang mereka gunakan itu pun melaju dengan kecepatan sedang terparkir rapi di samping mobil itu.

"Ibu," panggil Ekyong.

"Nyong?" kaget Eko.

Nyong pun keluar dari mobil yang ia gunakan untuk mengecek kondisi perkebunan sawit milik mantan suaminya. "Kalian juga baru sampai?"

"Bukankah Ekyong pulang lebih cepat ya hari ini? Kenapa baru pulang jam segini?" tanya Nyong sembari melihat jam tangannya.

Eko pun tersenyum kikuk. "Emm....itu aku yang jemput Ekyong terlalu lama Nyong, maaf aku ketiduran," jawab nya.

"Oh, yasudah berhubung kita semua sudah pulang, bagaimana kalo kita makan siang terlebih dahulu?" ajak Nyong. "Perutku sudah lapar sedari tadi," jelasnya.

"Ayo ibu, aku juga sudah lapar," balas Ekyong.

Ketiganya pun kini berjalan saling berpegangan tangan menuju meja makan yang telah terisi oleh banyak makanan yang mereka suka.

Tidak sampai disitu saja, keharmonisan keluarga Eko yang baru pun kerap terjadi saat-saat di meja makan saat semua berkumpul dan menikmati hidangan bersama-sama, tanpa menghiraukan cerita lama yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Salam manis MakPlutoMangoSweet27, MACA_RON142, napriani6 & queen_skyy28

Keluarga DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang