Double (T)

34 19 24
                                    

Kriing!

Bel istirahat berbunyi dengan penuh semangat, menyuarakan kegembiraan di setiap sudut Sekolah Dasar yang menjadi tempat Tata menuntut ilmu. Suara riuh rendah bocah-bocah SD pun merayap ke udara, memenuhi lingkungan sekolah dengan keceriaan yang menyenangkan. Untuk sementara waktu, guru-guru bijaksana mengadakan istirahat, memberi kesempatan bagi para pelajar cilik untuk melepaskan kepenatan dan menjaga keseimbangan keceriaan mereka.

"Akh! Sakit betul! Dasar batu enggak lihat-lihat orang mau lewat!" keluh Tata yang terhenti di saat buru-buru untuk ke kantin.

Dengan penuh perhatian, Vito alias Toto mendekati Tata, tergerak oleh pemandangan yang menggambarkan kegelisahan di wajahnya. Keberadaannya pun ingin segera memastikan bagaimana kondisi Tata.

Tanpa menambahkan sentuhan dramatis berlebihan, Vito dengan lembut menghampiri Tata, mendeteksi kegundahan yang membayangi keceriaan wajahnya. Seolah ingin meresapi alur situasi, Vito memutuskan untuk memahami lebih dalam tentang apa yang mungkin meresahkan Tata pada saat itu.

"Kenapa?" tanya Toto mengerutkan kening melihat Tata mengeluh sebal.

Tata menoleh ke sumber suara, kaget bercampur senang melihat Toto ada di sampingnya. "Ini, loh! Kaos kaki dari Toto bolong! Karena Tata malas pakai sepatu ke kantin, Tata kepijak batu bara, deh! Kalau enggak bolong pasti enggak bakal sakit, ish!"

Mata sebelah Toto berkedut. Ia salah! Seharusnya tidak perlu menghampiri Tata tadi. Kelakuan Tata semakin hari, semakin meresahkan. "Sejak kapan aku kasih kaos kaki untuk kamu?" tanyanya menghela napas gusar.

"Ish! Masak lupa? Waktu Tata sama Toto kelas dua! Du-a! Ingat, kan?" tegas Tata lagi sambil memegangi kakinya yang sakit sedikit. Namanya juga bocah, sakit dikit bawaannya ngeluh. Seperti Tata.

Toto hanya menggeleng sebagai respons peringatan kepada Tata. Semoga Tata tidak memaksa dirinya untuk mengingat hal itu.

"Butut memang!" jerit Tata mencebikkan bibir kesal terhadap perilaku sok tidak tahu Toto.

"Emang apa yang buat kaos nya bolong?" tanya Toto yang kali ini penasaran perilang bolongnya kaos itu.

Tata mengeluarkan napas tak santai dari lubang hidungnya. "Digigit Kak Haha! Eh, bukan karena digigit doang! Kaos kakinya ga awet!"

Toto terkekeh bingung. Bingung ingin menanggapi apa. Emang iya, ya? Kaos kaki pemberiannya tidak se-awet itu? Bukankah tergantung orangnya?

"Kenapa ngeliat kayak begitu? Sakit, tau!" desah Tata mengkode ingin di bimbing ke kantin. Yang dikode justru pura-pura tak mengerti.

Toto menggaruk kepala. Daripada jam istirahat habis, ia berpikir jika lebih baik mendahului Tata saja ke kantin. Jaraknya dari kelas mereka tidak begitu jauh.

"Aku mau ke kantin, aja," ucap Toto, bergegas ingin meninggalkan Tata yang masih kesal.

"Ish! Toto enggak setia kawan! Pinjemin sepatu kek! Gendong kek! Tata terluka tau!" teriak Tata mengundang bisikan-bisikan sirik dari murid-murid di sekitar.

Toto hanya bisa menampakkan wajah masam. Memalukan dan membahayakan untuk kebaikan nama dirinya. Satu-satunya cara---kabur.

***

Jam kosong. Jam pelajaran paling terfavorit di hati Tata. Guru yang mengajar sedang lahiran di rumah. Jadi, perlu ambil cuti. Itu pula yang mengakibatkan Tata bebas bermain dan berlarian di lapangan sekolah.

"TATA JOIN!!" pekiknya girang menghampiri anak-anak yang dominan cowok. Ingin bermain bola sepak.

"Ayo, Ta! Tata tim kita!"

"Mentang-mentang Tata hebat main, langsung keterima! Ga bisa, dong! Tata cadangan!"

Tata mendengus mendengar pergelutan ketidakadilan yang kini tengah terjadi. Kening nya mengerut. Marah.

"Peka dong! Tata cewek tau! Harus dingertiin!" dumelnya lagi menggunakan kata 'cewek' sebagai persetujuan nanti.

Tim yang tidak terima tadi, akhirnya mengiyakan saja. Lumayan, latihan punya musuh handal.

Ketua masing-masing tim berlawanan. Ah, bukan apa-apa! Hanya adu tangan dengan gunting, batu, kertas. Yang menang? Bisa pilih, ambil bola atau lapangan.

Satu detik, dua detik, tiga detik. Tim Tata menang. Mereka sigap memilih bola.

"OPERASI CEPAT!" perintah Tata salah penyebutan kata sedikit.

"OPER, BOCAH!"

Tata memutar mata ke atas. Iya juga, ya? Namun, hanya salah sedikit, setidaknya yang lain mengerti.

"Ta, ambil!"

Sebuah instruksi membuat semangat Tata memanas. Ia menggiring bola sampai ada seorang bocah cowok yang menghalanginya. Karena kelincahan Tata, cowok itu...

DUKK!!

Terjatuh dengan kondisi kaki yang terlipat.

"Berani, sih! Mau hadang Tata!"

"PELANGGARAN!"

Lengang. Mulut Tata terbuka. Sejak kapan pelanggaran?

"Wey, Ta! Nih Vito kesakitan!!"

Hah? Vito? Toto maksutnya? benak Tata heran. Berarti, yang di tendang Tata karena menghadang jalan Tata tadi Toto?

Tata segera menghampiri para kerumunan cowok itu. Ingin rasanya tertawa! Cewek menjatuhkan cowok, kan estetik?

"Duh! Sakit! Lo pada malah ketawa!!" ringis Toto menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit.

Tata yang sudah melihat jelas wajah masam Vito pun tertawa paling keras. "AKIBAT GA NOLONGIN TATA!!"

***

"Silakan rapikan tasnya. Lalu, baca doa bersama, ya?" ucap seorang guru, yang mengajar di jam terakhir.

"IYAAA, BUU!"

"Ketua kelas, silakan pimpin doa!" ucap nya lagi tersenyum hangat.

Itulah kenapa, Tata sebagai ketua kelas sudah pasti membuat seluruh teman sekelasnya menengadahkan tangan khusyuk. "Sebelum pulang, marilah kita berdo'a, menurut kepercayaan masing-masing! Berdoa dimulai!"

"Weh, Ta? Kita, kan, Islam semua?" protes seorang bocah yang duduk di belakang Tata.

"Serah, Tatalah!!"

"Bismillaahirrahmaanirrahiim ...!" ucap yang lain serempak. Tidak ingin terjadi perdebatan lagi.

***

"Duluan!" dingin Vito memandang Tata sekilas yang menunggu dibalik pohon mangga.

Dingin? Vito masih jengkel karena Tata seenak jidat menendang dirinya, saat bermain bola, tadi.

Tata tersenyum jahat. "Iya, Toto sayang! Hati-hati! Jangan ngambekan! Ntar ga gentel, lagi! Tapi gembel!" Karena Vito sudah terlanjur masuk mobil, seruan Tata tadi tidak terdengar, mungkin.

Satu detik, dua detik, tiga detik. Lenggang, anak-anak lain sudah dijemput, adapun yang berjalan kaki.

Sembari menunggu, Tata memainkan daun pohon mangga di atas kepalanya. Alias mencabut dan merobek-robek.

"Mana nih, jemputan?" keluh Tata bersabar.

-tbc

Jangan sampe kelewatan buat nge-follow Instagramnya Keluarga Dino, ya!

Keluarga DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang