Meskimatahari terik terik, namun tempat di bawah naungan pohon itu sejukmenyegarkan. Leyla duduk terbungkus selimut dengan tangan melingkari lutut.Sementara itu, Bill dan tukang kebun lainnya sibuk menggali pohon mawar yangsudah layu.
Bungamawar di taman belakang mansion sepertinya bermacam-macam jenisnya. Mawardikatakan sebagai bunga nasional Kerajaan Berg, serta favorit ibu dan nenekDuke.
Leylakecil berkeliaran di sekitar pondok dengan gugup setelah mendengar suaratembakan lagi dari dalam hutan. Paman Bill menyadari kegugupannya dan inginmembawanya ke taman bersamanya.
Pikirannyaakhirnya tenang hanya ketika suara tembakan menghilang.
'Bolehkahaku tidur siang sementara Paman Bill bekerja keras di bawah terik matahari?'
PamanBill mendapat tatapan gelisah dari Leyla. Dia menghela nafas sedikit sambilperlahan menutup matanya.
PamanBill telah mengancamnya bahwa dia akan marah jika dia membantunya. Dia jugamengatakan padanya bahwa dia membenci anak-anak yang menolak untukmendengarkan. Jadi, Leyla memilih untuk menunggunya hingga pekerjaannyaselesai, meski hatinya sedang tidak tenang.
Ketikadia membuka matanya lagi dengan enggan, Leyla tiba-tiba dikejutkan oleh sosokyang tidak dikenalnya. Di depannya berdiri seorang remaja laki-laki berpakaianbagus yang tampaknya seusia dengannya.
"Halo."
Saattatapan mereka bertemu, anak laki-laki tampan dengan rambut pirang platinummenyambutnya dengan senyuman manis.
"Kamutinggal disini?"
Rekanlaki-laki itu mengamati sekelilingnya dan bertanya dengan rendah hati.
"Ya.Aku tinggal bersama paman Bill."
Leylamenjawab dengan mata menyipit.
"Tn.Bill? Maksudmu pria tukang kebun yang menakutkan itu?"
"Diatidak menakutkan."
"Benarkah?Dia tampak seperti orang yang menakutkan bagiku."
Anaklaki-laki itu duduk di samping Leyla dengan kepala miring.
"Dankamu? Apakah kamu juga tinggal di sini?"
Anaklaki-laki itu terkekeh dan menggelengkan kepalanya ketika Leyla bertanya denganhati-hati.
"TIDAK."Dia berkata. "Aku hanya mengikuti ayahku. Dia adalah dokter keluarga di rumahHerhardt. Dia datang menemui Nyonya Norma untuk pemeriksaan kesehatan.Kadang-kadang aku datang ke sini bersama ayahku. Nyonya Norma bilang diabaik-baik saja."
"Jadibegitu."
"Berapausiamu?"
"Duabelas."
"Sama.Tapi kamu agak kecil."
Anaklaki-laki yang melihat ke arah Leyla mulai tertawa dan pipi Leyla mulai memerahkarena marah.
"Kamujuga kecil."
"Yah,aku siswa tertinggi di kelasku."