|7| Take The Blame

3.6K 334 21
                                    

Rival
By Rayhan Semesta

Di dalam apartemen khas orang berada itu, kini Ricky masih setia berbaring di ranjangnya, tiga hari telah berlalu sejak ia kabur dari kejaran pak Budi sekaligus pembicaraan yang gagal total. Matanya terbuka menatap pemandangan dari jendela masif di depannya, namun raganya seolah terdiam, hanya pupil yang bergerak kesana kemari. Samar-samar 'All By Myself' diputar dari pengeras suara, jadi latar belakang pagi yang terlihat sunyi.

Ketika suara notifikasi berbunyi, Ricky segera meraih ponselnya di sudut ranjang, di layar persegi itu nampak sebuah pesan yang baru saja dikirimkan oleh ibunya.

'Rui, Mama udah ngomong sama Papa. Kata Papa sabtu besok bawa cowok kamu ke rumah, Papa mau bicara sama dia.'

Ricky menghela nafas putus asa kala membaca pesan tersebut, alih-alih membawa Gyuvin ke rumahnya, bicara tanpa baku hantam saja tidak bisa.

'Kayaknya Rui gabisa Ma.'

'Harus bisa Rui, Papa kamu ngancam kalo dia ga dateng nemuin Papa, kamu bakal dikeluarin dari keluarga. mama gamau Rui.'

Ia segera meletakkan ponselnya di bawah selimut, tak berniat untuk mengetikkan jawaban. Lagipula sejak awal sudah jelas ini akan jadi akhir bagi hubungannya dengan sang ayah. Ia tak akan pernah diampuni.

Suara dering panggilan terdengar, awalnya Ricky berniat untuk mengabaikannya, itu pasti ibunya. Rasanya jika ia megangkat panggilan itu ia akan banjir air mata saat ini juga. Namun nama 'Gunuk' berhasil mengusir keraguannya, tanpa ragu ia segera mengangkat panggilan itu.

'Woy, jangan bolos lagi, dicariin kak Jiwoong, katanya lo belom ngumpulin pr vidio bulan kemarin.'

"Oh."

Ucapnya singkat ketika menyadari tugas yang belum ia tuntaskan. Jika dipikir-pikir ia terlalu banyak membolos beberapa hari belakangan.

'Lo sakit? Mau nebeng berangkatnya?'

"Gausah, nanti gue berangkat agak siangan."

'Oke.'

Panggilan diakhiri, Ricky segera beranjak menuju kamar mandi. Ia harus masuk sekolah sebelum dapat surat panggilan orang tua.

___

Disisi lain kini Gyuvin tengah melamun sambil menyeruput es milo di kantin. Beberapa hari yang lalu ia telah mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya, tentang kehamilan Ricky. Sesuai espektasinya ia dicerca habis-habisan oleh ayahnya, namun setelah merenung beberapa saat, kedua orang tuanya hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan putra sulungnya yang terkenal banyak tingkah. Namun Gyuvin sangat bersyukur tak sampai dicoret dari kartu keluarga.

"Siapa yang kamu hamilin Gavin?"

Ucap mamanya malam itu. Ketika Gyuvin menyebutkan nama 'Ricky.' otomatis orang tuanya kembali memasang wajah terkejut, tentu saja mama dan papanya tau siapa Ricky, berkali-kali mereka dipanggil ke ruang bimbingan konseling karena Gyuvin yang berbuat ulah dengan pemuda itu.

Pada akhirnya mama papanya meminta Gyuvin untuk membawa Ricky ke rumah, mereka ingin berbicara secara langsung dengan pemuda itu, namun sampai saat ini ia tak kunjung melihat batang hidung si pirang. Meski bertemu Gyuvin tak yakin Ricky akan mau mempercayainya, mengingat perkataan menyakitkan yang telah ia ucapkan tempo hari.

𝐑𝐢𝐯𝐚𝐥 [Gyuicky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang