|8| First Day

3.5K 368 16
                                    

Rival
By Rayhan Semesta

Hujan, itu sudah jadi hal familiar di kalangan penduduk kota Bogor. Pada dasarnya itu bukan sekedar kata, namun rangkaian fenomena. Ketika rintik air perlahan menetes dari angkasa, membasahi tanah di bawahnya begitu pula insan yang bernaung disana, itulah yang disebut hujan.

Hujan itu anugerah, dan terkadang jadi hal yang tak biasa di kawasan gersang. Namun di Bogor, hujan layaknya teman akrab. Seperti pagi ini, ketika jam menunjuk pada angka tujuh tepat, bel Bentala seolah diredam oleh suara air hujan. Tapi itupun tak bertahan lama, karena selanjutnya suara air hujan ditandingi oleh teriakan beberapa siswa.

Kini banyak siswi yang berkerumun menutupi akses kelas 12 IPS 1 Bentala. Semua ini berawal dari kedatangan dua musuh lelaki yang paling digandrungi seantero Bentala, namun yang mengejutkan bukan karena keduanya masuk sebelum jam delapan, melainkan pemandangan kedua lelaki itu menempati bangku yang sama untuk pertama kalinya.

"Eh ini beneran?! Kak Gavin sama kak Ricky duduk barengan?!"

"Gila, harus dokumentasi! Sejarah Bentala ini."

Itulah beberapa pekikan samar dari siswi di luar. Bukan karena apa, namun nyatanya sangat mustahil membayangkan Gyuvin maupun Ricky duduk berdekatan tanpa melayangkan pukulan. Pada dasarnya mereka itu musuh bebuyutan.

Gyuvin menghela nafas jengah mendengar suara orang-orang yang berkerumun di luar, ia menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Dalam hati  ia sebenarnya tak sudi untuk duduk di bangku yang sama dengan si Riski sialan, salahkan wajah lelaki itu yang terlihat seperti samsak tinju, ingin ia beri bogeman mentah. Namun sekali lagi ia teringat pesan mama dan papanya yang menyuruhnya untuk mulai belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak menimbulkan masalah, jadi tak ada pilihan lain selain menahan diri untuk beberapa saat, setidaknya hingga bel pulang.

'Tenang Gavin, cuma delapan jam.'

Ucapnya dalam hati berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Sementara itu si pirang hanya menyibukkan dirinya dengan ponsel, ia pun kini tengah memikirkan hal yang sama. Sama-sama menahan diri. Mungkin kini ia sudah pergi membolos ke ruang dance atau rumah Zhang Hao jika saja Leo tak memintanya untuk mengurangi aktifitas berlebihan karena kandungannya yang masih lemah. Mau tak mau ia harus duduk diam selama beberapa hari jika merasakan gejala morning sickness.

Tak hanya itu, alasannya kini tak segan untuk duduk di samping rivalnya sendiri adalah demi mengisi absen dan memperbaiki nilainya, bagaimanapun juga ia ingin memperbaiki hubungannya dengan sang ayah, oleh karena itu kini ia akan sedikit berusaha dalam bidang akademik.

Kerumunan murid di luar kelas berhasil dibubarkan ketika Bu Rina datang memasuki kelas. Setelahnya kelas dimulai, mata pelajaran hari ini adalah Sosiologi. Awalnya kelas berjalan lancar, baik Ricky maupun Gyuvin berusaha sebisa mungkin menyerap pelajaran dengan otak kecil mereka.

Pada akhirnya Ricky menyerah terlebih dahulu, ia berakhir bermain dengan penghapus dan mencoret-coret buku tulisnya. Ia tak bisa memahami dengan benar penjelasan Bu Rina mengingat skill bahasanya masih terbatas pada level dasar.

"Coba Ricky jawab apa arti penyimpangan sosial?"

Ketika namanya dipanggil untuk menjawab pertanyaan, si pirang hanya dapat diam. Ia mencoba membaca bukunya namun akhirnya kembali menyerah karena pusing dengan isi kalimat yang beruntutan. Gyuvin mendengus meremehkan ketika Ricky tak dapat melontarkan jawaban.

"Um.. Maaf bu saya tidak tau jawabannya."

Jawab Ricky jujur, sementara bu Rina hanya dapat menghela nafas.

𝐑𝐢𝐯𝐚𝐥 [Gyuicky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang