|25| Sounds of Heart

4.2K 436 125
                                    

Rival
By Rayhan Semesta

Malam ini, di tengah lapangan berumput, terdengar suara ricuh yang ditimbulkan oleh bentrok antara dua geng motor ternama di Bentala. Terlihat puluhan pemuda tengah melemparkan pukulan satu sama lain, menorehkan luka yang mungkin akan menyebabkan nyeri tak berujung kala usai nanti.

Cahaya lampu jalanan jadi satu-satunya penerangan di tempat itu, meski tetap remang-remang, namun tak perlu khawatir karena semuanya telah mengenal baik siluet kawan sendiri.

Di tengah pertarungan sengit itu, perkelahian antara dua pemuda jadi sorotan utama. Si pirang melawan si legam dengan perawakan tinggi di atas rata-rata, keduanya setara, sama-sama berhasil menorehkan luka pada paras masing-masing.

Siapapun yang melihatnya pasti akan bergidik ketakutan, hanya berani menyaksikan dari sudut kerumunan. Pada awalnya perkelahian ini seharusnya tak terjadi jika saja anak buah Ma Jinxiang tidak berulah. Grup pemuda legam itu sedari dulu memang sudah terkenal onarnya, apalagi kalau sudah menyangkut keroyokan, mereka itu ahlinya.

Pertarungan ini berawal dari salah satu anggota The Rizzness yang harus dirawat di rumah sakit karena pengeroyokan yang terjadi kemarin. Tentu saja Ricky dan Wonbin selaku pemegang kuasa geng bermotor itu tak bisa tinggal diam melihat temannya dilukai tanpa alasan.

Akhirnya disinilah mereka, melakukan pertarungan harga diri, yang kalah harus menanggung malu dan menyerahkan diri pada polisi.

"BRUK!!"

Suara gedebuk terdengar nyaring ketika tubuh Ricky dibanting ke tanah. Menggigit bibirnya menahan rasa sakit, ia menatap Ma Jinxiang nyalang, padahal dulu jelas sekali dia bukan lawan yang berarti baginya, namun entah mengapa kini tenaga pemuda yang jauh lebih besar itu terasa mustahil untuk ditaklukan.

Sebagai balasan ia kini melemparkan sebuah pukulan telak yang sukses mengenai pipi Ma Jinxiang, membuat pemuda itu terhuyung ke samping. Mengambil kesempatan itu, ia mendorong tubuh pemuda bongsor itu hingga terlentang, lalu tanpa ampun memukulinya hingga pingsan.

"Fuck!"

Umpat Ricky sambil menyeka darah di sudut bibirnya, entah mengapa namun kini ia merasa sedikit lega setelah menorehkan pukulan yang layak pada rivalnya yang satu ini.

"Good job Rick!"

Ujar beberapa anggota yang melihat kemenangan pemimpinnya. Wonbin yang merasa perkelahian telah usai segera membantu Ricky untuk bangkit.

"Kenapa? Sakit kaki lo?"

Tanya Wonbin heran ketika temannya tak kunjung berdiri. Pemuda itu terlihat memegangi perutnya yang lagi-lagi terasa nyeri.

"Ga-gapapa."

Jawab Ricky setelah kram perutnya mulai reda, entahlah namun akhir-akhir ini bayi dalam kandungannya seolah tak ingin bekerja sama. Seringkali di tengah kegiatan bermotornya, ia merasakan banyak hal mengganggu, seperti tiba-tiba mual atau nyeri seperti yang baru saja ia alami.

"Lo sakit?"

Tanya Wonbin, sebenarnya ia sadar bahwa ada yang aneh dengan tubuh Ricky. Pemuda itu seringkali terlihat pucat, melamun, atau sekedar memegangi perutnya. Sebagai teman yang telah lama kenal, Wonbin tau bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.

"Cuma kram perut gegara ditonjok tadi."

Ucap Ricky dengan wajah santai. Karena merasa bujukannya tak akan berhasil, Wonbin memutuskan untuk mengiyakan alasan si pirang yang jelas sekali merupakan sebuah kebohongan.

"Yaudah, Kalian beres-beres ya! Terserah mau balik kemana intinya jangan sampai ketangkep polisi!"

Teriak Wonbin sebagai aba-aba bahwa pertarungan kali ini telah usai. Terlihat satu per satu pemuda yang semulanya memenuhi lapangan melangkah pergi, menyisakan beberapa anggota inti yang harus menyerahkan lawan kepada polisi.

𝐑𝐢𝐯𝐚𝐥 [Gyuicky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang