"So, Giselle. Please ceritain tentang diri kamu"
Karina menggigit satu slice pizza yang masih panas itu dengan riang, maklum udah lama dia gak main ke kedai ini, tempat favorit dia hangout sejak SMA bersama Winter, sahabat karibnya hingga sekarang.
Giselle yang sejak sampai di tempat awal baru memberikan nama nya itu, kini ikut menikmati pizza nya, meski lidahnya sempat terbakar karena ternyata pizza itu masih sangat panas, agak menyesal mengikuti jejak Karina untuk menyantap langsung pizza yang masih di kepuli asap panggangan.
Karina tergelak tawa, agak lucu melihat ringgisan dari gadis di depannya.
"Sorry ya gara-gara ngikutin, lidah kamu jadi kebakar, aku lebih suka makan yang panas-panas secara langsung, sih"
"Lidah badak" ucap Giselle sembarang, bikin tawa Karina makin melebar.
"Anyway, aku pernah tinggal disini sampai umur sepuluh, ortu ku cerai dan setahun kemudian aku ikut mama buat tinggal di Tokyo, dan semenjak mama meninggal beberapa tahun lalu, papa nyuruh aku buat ngurus rumah lama mereka untuk di jual, itung-itung warisan dari beliau"
Karina meneguk beernya dengan cepat, agak gak nyangka sama cerita santai dari wanita itu soal kehancuran keluarga dan kematian ibunya, ada sedikit tatapan iba dari dirinya yang terpancar, dan Giselle cuma tertawa menanggapi, dia benci tatapan orang lain tentang kisah hidupnya.
"Yeah, udah berlalu kok. Santai aja, Rin"
"Aku turut berduka ya, Selle. Pasti berat banget untuk balik ke kota ini lagi setelah apa yang terjadi"
"Yaah, gitu deh, Rin. Aku juga udah bahagia di Tokyo, mamaku nikah lagi setelah empat tahun bercerai, syukurnya papi sayang aku dan mama. Kita jadi keluarga cemara lagi setelah bertahun-tahun mama di sakitin papa"
Karina tenggelam dalam lamunannya, ia masih saja terhipnotis dengan kecantikan gadis ini. Bagaimana bisa malaikat secantik dia bisa mengalami trauma sebesar itu. Maklum agak lebay, karena bagi Karina si anak dari keluarga cemara dari lahir, gak pernah mengalami kepahitan seperti itu.
Bahkan dia gak bisa bayangin gimana sakitnya di posisi Giselle saat tau ayahnya selingkuh dan suka ringan tangan ke ibu nya.
Dia mengutuk lelaki tua yang dia sendiri gak tau wujudnya, dalam hati ia ingin menghajar sosok ayah bajingan dari gadis ini.
"Jadi ya gitu, Rin. Aku balik ke kota ini lagi cuma buat ngurus surat buat balik nama kepemilikan"
"Jadi kamu gak ada niatan buat stay disini?" Tanya Karina lagi, berharap ada secercah harapan untuknya.
Namun semangat itu berhasil di patahkan dengan satu gelengan kepala yang di lengaki dengan satu senyuman manis.
"Aku gak tau, sejauh ini aku nyaman buat hidup di Tokyo"
Hening,
Karina mulai mengaduk-aduk cairan yang berisi beer itu di tangannya, seolah bulir-bulir karbonasi itu lebih indah dari ornamen di kedai ini.
Pikirannya jauh berkelana, bahkan sautan namanya dari Giselle gak kunjung sampai di telinga.
"Karin, aku panggil dari tadi loh"
Sebuah sentuhan lembut dari gadis itu di lengannya bikin dia berhasil kembali pada realita.
"Sorry tadi aku kepikiran kerjaan, sampai mana tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops
RomanceDi tengah guyuran hujan yang semakin deras, Karina mau tak mau harus merelakan malamnya yang panjang bersama gadis yang baru dia temui di sebuah kafe.