....

304 25 7
                                    

"Mending lo temenin, Aeri deh kak. Banyak banget daritadi cewek cowok yang deketin dia"

Ucap Ningning yang kini mulai kembali ke meja Bar, ia menegak liqournya dengan buru-buru, mungkin butuh asupan lebih untuk merayakan hari yang kian larut ini.

"Oh ya? Emang Winter kemana?" Tanya nya balik pada Ningning,

"Abis muntah-muntah, kebanyakan minum dia. Udah sana jagain Aeri, nanti di gondol orang, lo nya galau"

"Di gondol kucing kali, lo kira dia ikan"

Tapi sekesel-keselnya Karina, entah mengapa kaki nya tetap membawanya pergi, membelah lautan manusia yang asik menari dalam pengaruh alkohol.

Matanya memicingkan di balik keramaian, berusaha menemukan sosok Giselle yang ternyata benar saja, ada satu wanita lain yang berusaha mendekati gadisnya.

Dengan lantang Karina mendekati mereka, lalu mulai memeluk tubuh Giselle dari belakang, gak lupa tubuhnya ikut meliuk-liuk menikmati musik.

"Kamu kemana aja?" Ucapnya agak keras, bikin Giselle mentap nya dengan tatapan aneh.

"Kamu sih yang gamau ikut daritadi, bete ya aku ngobrol panjang sama Ningning?"

"Dikit"

Giselle tersenyum menanggapi, entah mengapa dia menangkap sisi cemburu dari gadis ini.

"Somi maaf ya, kayaknya pacar aku butuh di tenangi deh. Next time kita hangout bareng ya?"

Karina mendelik kaget mendengar ucapan barusan, entah perihal dia yang di sebut pacar atau perihal gadis tinggi berperawakan bule ini yang di janjikan hangout di kemudian hari.

Mungkin kedua nya.

"Oh udah punya gandengan, bye cantik. Next time kalau kesini lagi just call me!" Ucap wanita tinggi itu sembari melambaikan tangannya, sebelum benar-benar menghilang dari lautan manusia lainnya.

"Okay Karina Yu, apa yang pengen kamu tanyain ke aku, hmm?" Giselle cukup peka, dia tau sejak tadi kalau Karina menyimpan segudang pertanyaan perihal pertemuannya dengan Ninging yang terkesan tiba-tiba, mau gak mau dia harus menjelaskan semua nya kan?

Agak menggelikan memang, mereka bukan terbilang siapa-siapa tapi harus saling mengjelaskan secara suka rela tanpa di minta, bak sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan asmara.

"Apapun, telingaku siap mendengar"

Giselle kembali terkekeh geli, ia menyelipkan anakan rambut ke belakang telinga gadis di depannya, Cantik. Begitu pikirnya.

Wajah cemberut Karina kini mulai berubah menjadi ekspresi tersipu, meski ia coba tutupi.

Giselle selalu bisa menebak semuanya dengan jelas.

"Lo sadar gak sih kalo lo itu ekspresif?"

"Maksudnya?"

"Iyaa, kamu itu wajahnya ekspresif banget. Jadi wajar kalo dari awal kita papasan di kafe aku bisa notice kalo kamu memang ngeliatin aku, bahkan mungkin satu pengunjung kafe juga tau kalo kamu kadang natap aku segitunya, takut aja kamu di gebukin warga karena di kira cabul"

Kekehnya kuat, yang berhasil dihadiahin sebuah pukulan di perut.

"Gak lucu! Cepet ceritain soal sosok Aeri ini, kenapa Ningning manggil kamu Aeri, kayak spesial banget"

"Tututu ngambek nya lucu deh, jadi pengen nyium"

"Kayak berani aja"

"Kalo berani gimana?"

Karina masih diam, gak tau harus bereaksi gimana karena saat ini juga detak jantungnya berdetak tak karuan.

Mungkin Tuhan bakal mengutuk nya kalau sekarang dia jujur, kalau udah jatuh cinta sama sosok gadis Jepang satu ini.

"Jadi Aeri itu nama pemberian dari papi ku, lengkap sama marga dari papi, Aeri Uchinaga. Semenjak tinggal disana, aku pakai nama itu sebagai nama panggung, makanya mostly temen-temen sekolah tau nya Aeri, bukan Giselle"

Karina mengangguk mengerti, meski masih banyak pertanyaan yang masih mengganjal di hatinya.

Merasa Karina masih mendiamkannya, Giselle kembali menuturkan cerita-cerita yang mungkin aja saling berkaitan dengan pikiran gadis itu.

"Anyway, soal Ning Yi Zhou, itu temen satu sekolah ku, kita deket banget selama tiga tahun bareng, bisa di bilang dia cinta pertamaku sih. Tapi itu dulu banget, semenjak Ning pindah kesini, kita gak pernah kontakan lagi, udah masing-masing juga."

"Ning nya gak punya perasaan lebih, cuma sekedar hubungan kakak-adik, jadi yaa gitu. Kita udah berdamai juga. Aku juga seneng waktu tau dia udah punya pacar, dan ternyata sahabat kamu sendiri. Dunia sempit banget ya, Rin?" Ucapnya lagi sembari mendekat ke arah Karina. Ia mulai mengusap-usap punggung gadis itu, berharap penjelasannya mampu meredakan rasa bete gadis itu.

"Sesempit itu, aku masih gak nyangka aja diantara kita saling terkait"

Kedua nya kini saling berpandangan satu sama lain, entah apa yang saling mereka rasakan sekarang, tapi yang pasti, Karina sangat menahan hasratnya untuk mencumbu gadis yang jaraknya kini hanya dua jengkal dari mungilnya.

"Btw, makasih udah kasih penjelasan, walaupun gak perlu untuk ukuran orang asing kayak aku di hidup kamu, tapi aku menghargai itu"

Asing?

Efek alkohol mungkin baru terasa, Giselle mendadak benci mendengar satu kata tersebut.

Dalam satu hitungan detik, ia mulai mendekatkan kepala nya ke tubuh gadis itu, walau ia tau kalau kedepannya diantara mereka akan saling menyesali aksi ini.

Dan benar saja, kedua bibir itu saling bercumbu untuk satu sama lain. Gak ada perlawanan baik dari Karina, malah gadis itu kini merengkuhnya cukup erat dalam pelukan.

Berawal dari kecupan biasa yang kini beralih ke ciuman panas.

Giselle mulai menangkup kedua pipi gadis yang sedikit lebih tinggi darinya itu dengan mesra, gak lupa sesekali tangan nakal nya ikut turun untuk menjelajahi punggung gadis itu.

Namun semua nya gak bertahan lama, sebuah seruan tak asing berhasil memecahkan kegiatan mereka.

"Oh wow! Girls, kita mau balik deluan. Kalian masih mau disini atau?" Tanya Ningning dengan wajah yang sedikit memerah.

"Deluan aja, Ning. Titip Winter ya?" Ucap Karina sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sementara Winter yang di notice cuma bisa natap dia dengan senyuman nakal.

"Okaay, kalian juga harus hati-hati pulangnya. Hujannya belum juga reda, bye-bye Aeri, Kak Karin!"

Kedua nya kini menatap kepergian kedua sejoli itu sampai kedua nya benar-benar menghilang dari pandangan.

Lalu kini mulai menatap wajah satu sama lain yang sama merah nya bak tomat matang.

"So, kamu mau udahan atau mau lanjutin sisa malam ini ke hotel ku?" Tanya Giselle penuh harap, takut kalau gadis ini berubah pikiran dan meninggalkannya begitu saja.

Toh, itungan cewek kayak Karina bisa aja PHP, demennya suka gonta ganti cewek, mana bisa berharap banyak kan?

"Ketemu kamu cuma bisa sekali seumur hidup, gak mungkin aku sia-sia in, Selle. Aku yang pesen taksi nya ya?"

Giselle tersenyum penuh kemenangan, malam nya bakal lebih panjang nanti meski ia tahu kalau sang fajar akan bertengger dalam hitungan beberapa jam lagi.


Tbc.

When this rain stopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang