03 : A Bond

34 25 2
                                    

Hello!
Don't forget coment and vote, Loves!


✦ .  ⁺   . ✦ .  ⁺   . ✦

"Kau benar-benar sudah sehat, kan, Ian?" tanya Hannah entah sudah berapa kali.

Keluarga Wright sedang menuju sebuah tempat rutin mereka kunjungi. Mhmm, mungkin Killian belum ... Maksudnya Azarath. John menyetir dengan santai, setelah meminum banyak wine, pria itu tetap lihai menyetir. Padahal Axel sudah terkapar tak berdaya.

"Iya, Mama. Sangat-sangat baik." Killian tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit, Hannah tak menyadari tanda kesal di dahinya.

"Kenapa harus tempat itu terus, Sayang? Kan banyak pan--,"

"Aku ingin Ian melihat dan bermain dengan mereka."

.𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚

Panti asuhan yang dikelola oleh Steph pagi-pagi terlihat sangat ramai. Banyak suara jejak kaki, teriakan Steph, juga beberapa senyum di bibir anak-anak. Irena tak mengerti apa yang terjadi dan akan terjadi. Ia hanya mengikuti alur yang ada.

"Ayo, ayo! Cepat mandi dan berdandan dengan rapi. Gunakan baju seperti biasa!" teriakan Steph menggelegar.

Semua anak-anak berkumpul dan mengantri untuk mandi, kejamnya hanya ada 3 kamar mandi dan ada 20 anak. Cassie yang memiliki jiwa 'dewasa' menggelengkan kepalanya miris, hatinya tertawa melihat kemalangan anak-anak, dirinya tak terkecuali.

Cassie masuk kekamar mandi, membasuh tubuhnya dengan perlahan. Terkadang bibirnya meringis saat luka basahnya terkena sabun, perih. "Shhh, kulitku jelek sekali," gumamnya.

"Cepat, Cassie! Yang lain menunggu!" teriak Steph, membuatnya cepat-cepat membilas tubuh dan berganti pakaian.

Selesai dengan kegiatan mandinya, Cassie keluar dengan wajah lebih segar. Steph berdecak melihat kantung mata Cassie, wanita itu menarik tangan Cassie dan memasuki ruang rias. Menutupi kantung mata itu dengan foundation, mengeringkan rambut coklat Cassie.

"Menurut itu pilihan paling tepat, Cassie," tekan Steph dengan sedikit menjambak rambutnya. Sang empu meringis merasakan rambutnya seperti ditarik paksa, kepalanya pening. "L-lepashh," rintihnya.

Steph tertawa bak orang gila, kemudian meraih dagu Cassey dan menjepitnya. "Aku benci dengan wajahmu."

Sekali sentakan tangan Steph terlepas. Cassie menatapnya berani, "Tunggu karmamu datang," bisiknya memperingati.

Tangan Steph mengambang diudara, tidak jadi menampar Cassie. "Wright, Steph," bisik Roy yang datang entah kapan, menahan tangan Steph.

"Arghh! Sialan!" teriak Steph menendang kursi yang diduduki Cassie, membuatnya terjatuh. Wanita itu pergi dengan raut marah.

Roy mensejajarkan diri dengan Cassie, kemudian mengangkat tubuhnya. Menempatkannya pada kursi lain. Menggantikan kegiatan Steph, mengeringkan rambut dan menyisirnya.

"Aku sudah memperingatimu, Cassie. Jangan memancing amarah Steph," bisik Roy, tangannya berhenti menyisir setelah dirasa selesai. Tangannya turun pada pundak Cassey, menatap pantulan cermin.

"Jangan membangkang." Tangan Roy semakin turun menuju dada datar Cassey. Usia Cassey sekitar 10 tahun, belum ada pertumbuhan spesifik pada bagian tubuh tertentu.

Redemption and FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang