Hello!
Don't forget coment and vote, Loves!✦ . ⁺ . ✦ . ⁺ . ✦
Steph memasuki rumah dengan keadaan mabuk, Roy berkata ada urusan dan tidak bisa ikut pulang terlebih dahulu. Melihat keadaan sepi, ia merasa aneh. Biasanya Naomi akan datang dan memeluknya. Merecokinya dengan berbagai macam pertanyaan.
Ketika memutar knop pintu, pintu tidak bisa dibuka. Steph mengernyitkan dahinya, ada apa? Ia menggelengkan kepalanya, pusingnya kian menjadi. Steph membuka tas, mencari kunci cadangan.
Pintu terbuka, belum sempat terkejut tubuhnya sudah ambruk.
Oh, Steph, ketika bangun kau akan meraung seperti orang gila karena hartamu hilang.
.𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚
Cassie terus menarik tangan Lily untuk berlari. Kondisi keduanya jauh dari kata baik-baik saja. Mereka berlari tanpa henti, tanpa melihat ke belakang. Belakang Panti merupakan hutan rimbun. Sesekali kaki keduanya terantuk akar pohon besar.
"C-Cassie ... Hah, hah ... Aku tak sanggup lagi," ungkap Lily terputus-putus.
Cassie menoleh pada Lily. "Kita beristirahat sebentar."
Lily menjatuhkan bokongnya pada tanah, tidak peduli kotor atau basah. Napasnya terputus-putus, bagaimana jika benar-benar putus? Ugh, tidak, tidak. Berlebihan sekali.
"Kau tak takut?" tanya Cassie.
"Hn?"
"Hutannya gelap."
"Ti--, tunggu! Apa?"
"Gelap, seram, dingin, hantu, hewan?"
"Lariiiiii!" teriak Lily, kini malah Lily yang memimpin jalan. Sedikit merugikan, sih, gadis itu melangkah dengan mata tertutup. Bagaimana jika menabrak pohon!?
Cassie meringis merasakan punggungnya seperti diremukan oleh brankas. Iya, ia yang menggendongnya! Lily membawa obatnya. Entah dimana Lily mendapatkan tas karakter anak berbentuk kuda poni. Sewaktu ditanya, malah malu-malu anjing, sih. Eh? Maksudnya kucing.
"Buka matamu, Lily!" teriak Cassie, ia melihat cahaya.
Lily membuka matanya, menghentikan langkahnya tiba-tiba. Cassie yang tidak siap pun menubruknya, keduanya terjatuh dengan tidak elite.
"B-berat," rintih Lily.
Cassie menyingkir, mengerang ketika merasakan perih pada punggungnya. Lukanya baru sembuh, sulit jika menghilangkan bekas tanpa kekuatan Killian, apalagi uangnya tidak sebanyak itu untuk operasi kulit. Sepertinya ia harus memutar otak lagi demi kesejahteraan hidupnya.
"Ini dimana, ya, Cass?" tanya Lily memandang jalanan ramai, ini belum terlalu larut.
"Masih di Bumi," jawab Cassie asal. Ia segera berdiri, mengulurkan tangan untuk Lily yang langsung disambut oleh sang empu. Pemandangan malam ini lebih indah, didepan mereka ada jembatan besar dan lampu-lampu menerangi. Di seberang ada bangunan-bangunan tinggi.
Keduanya kembali berjalan, penampilan mereka seperti bocah gembel. Yah, mungkin jika dilihat lebih dekat lebih mirip pengemis, cemong sekali. Apalagi wajah Lily, setiap merasa lelah, ia akan mengusap wajahnya. Tangannya terkena tanah lho!
Cassie merasa tidak asing dengan jalan ini. Setelah melihat-lihat, ini merupakan tempatnya jatuh. Jembatan ini, ia ingat sekali!
Merasakan genggamannya terlepas, Cassie merasa aneh dengan sikap Lily. Lily berjalan, menyebrang jalan dengan baik. Cassie terus memperhatikan di tempat tidak ikut menyebrang, tubuhnya terasa kaku. Mata Cassie membulat melihat Lily menaiki pembatas dan--,
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption and Fate
خيال (فانتازيا)[warn: mature, harsh word, kissing scene, etc] Jiwanya diturunkan untuk menebus kesalahan, namun bukannya melakukan hal baik untuk kembali, ia malah melakukan hal sebaliknya. Hidupnya seperti opera tak berujung. Setiap kehidupan, ia gagal. Bagaima...