2. Bully

9.3K 664 18
                                    

BAB 2. Bully

 

Pagi hari telah tiba, Al sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dan sekarang ia sedang menatap pantulan dirinya di kaca.

"Al emang ganteng banget yah" Pujinya dengan senyuman yang termampang apik di wajah bulat dan tegasnya. Kemudian keluar dari kamar dengan tas yang sudah berada di belakang punggungnya.

Saat menuruni tangga, kedua matanya melihat semua keluarganya sudah berkumpul di ruang makan dan melakukan sarapan tanpa menunggu dirinya. Sudah biasa, namun entah kenapa Al masih belum bisa menerimanya.

Al di tinggal lagi?. Batinnya sedih. Dan tanpa menghiraukan perasaannya, Ia kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti.

"Pagi semuanya" Sapanya namun, tak ada satupun dari mereka yang menjawab.

Gak papa Al, kan udah biasa juga. Jadi, jangan kaget. Al sendiri duduk di samping kedua abang kembarnya. Yaitu Stevano Abigail Sebasta dan Stevino Gentala Sebasta. Sedangkan Ayahnya duduk di kursi tinggal di sampingnya ada Mama tirinya, Sonya Maharani Sebasta.

Mereka semua makan dengan tenang begitu juga dengan Al. Hingga salah satu abang Al berdiri dari duduknya.

"Vano udah selesai" Ucap abang pertama Al.

"Vino juga, hari ini ada rapat osis. Jadi, harus berangkat cepat" Di susul Vino, abang kedua Al. Mereka berdua berdiri dan pamit berangkat sekolah. Tapi sebelum itu, Al dengan cepat ikut berdiri dan mengejar kedua abangnya.

"Abang Al ikut, Soalnya Al juga piket hari ini” Vano menatap malas Al begitu juga yang lainya.

"Ck cepet" Decak Vino datar

"Yes, yaudah kalo gitu Al berangkat dulu ya Yah, Ma” Al menunduk sopan tapi tidak dihiraukan kedua orang tuanya. Tidak memperdulikan itu Al langsung benrlari keluar menuju mobil abang keduanya.

"Ck, Cepet" Kesal Vino menatap malas Al yang baru keluar dari rumah. Tak ingin membuat abangnya marah, Al langsung berlari dan masuk mobil. Saat Al sudah duduk di kursi belakang, Vino justru kembali berdecak.

"Ck, duduk depan gw bukan supir lo"

"A ahh iya hehe maaf" Al hanya terenyum kaku. Tak apa, bukankah secara tidak langsung abangnya memberikan akses untuk dia duduk dekat dengan abangnya bukan. Ah, Al berharap lagi ternyata. Tanpa menunggu, Al langsung pindah ke kursi depan samping Vino.

Setelah itu Vino melajukan mobilnya dengan kecepatan yang agak tinggi. Selama perjalanan Al akan selalu bercerita tentang hal yang menurut dirinya menarik. Ia bertanya tentang kenapa bumi itu bentuknya bulat?, logo apple di HP itu apelnya hijau atau merah? Dan sebagainya. Namun, tidak ada tanggapan dari orang yang diajak bicara. Sampai tiba di dekat sekolahan, mobil Vino berhenti membuat Al bingung.

"Kenapa berenti bang" Tanya Al polos menatap vino

"Turun" Satu kata dari Vino yang membuat Al kembali kebingungan. Bukankah sekolahnya masih ada di depan?.

"Tapi kan belum sampai sekolahan"

"Turun, lo bisa jalan"

"Tapi kenap" Belum sempat menjawab Vino sudah lebih dulu menatapnya dengan tajam.

"Turun" Ucap Vino kembali dengan nada dingin. Al yang merasa abangnya marah dengan berat hati turun dari mobil. Setelah itu mobil Vino kembali melaju.

"Hah,,padahal bentar lagi sampe, tapi kenapa diturunin sih" Kesalnya mengepalkan kedua tangannya.

Setelah sampai di sekolah, Al masuk ke kelasnya yaitu 10 B namun, baru membuka pintu sebuah ember berisi air kotor jatuh tepat mengenai dirinya.

Keadaan Al saat ini sudah basah kuyup karena Air yang membasahi tubuhnya. Tapi entah kenapa Al sama sekali tidak merasakan apapun, yang Ia lihat sebuah ember terjatuh di depannya dan melirik bajunya yang sudah basah.

Tanah Tandus || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang