25. sepercik kehangatan

5.9K 619 316
                                    

BAB 25. Sepercik kehangatan

 

Suara ricuh dan gemuruh mengisi seluruh penjuru kantin. Kini ruangan yang begitu luas itu sudah terisi penuh dengan banyaknya murid yang sudah duduk di tempatnya masing-masing dengan senampan makanan.

Sama seperti Al dan Kara, keduanya tengah asik menikmati jamuan yang sedari tadi menggugah seleranya.

Namun, entah karena apa Kara merasa risih dengan Al yang mengenakan hoodie di tengah hiruk piuknya udara panas.

Menatapnya saja membuatnya gerah.  “Ck, Al lo gak gerah? Ini lagi panas banget loh” keluhnya menatap Al yang santai memakan makanannya.

“Gak, gimana mau gerah, gw aja gak bisa ngerasain suhu” jawabnya di lanjut dalam hati.

“Copot aja gih, gw risih liatnya. Nih, lo gak liat pala gw aja udah keringetan. Bisa bisanya lo ngomong gak gerah” Kara mengusap peluhnya dan menunjukkannya pada Al.

“Jorok”

“Heheh,,, abis panas banget. Btw abis ini main yuk” ajaknya menatap Al penuh harap.

“Gak, gw capek”

“Ck, kalo gitu izinin gw main kerumah lo dong!”

“Gak”

“Ck, Al gw tuh pengen main sama lo,, ya ya kemana deh gak perlu di rumah lo” ucapnya lagi menautkan kedua telapak tangannya di depan dengan wajah yang memelas.

Al masih tetap tak menatap wajah Kara, sudah di pastikan ia akan kalah dengan itu.

Kara itu keras kepala semua yang dia inginkan harus terpenuhi, jika tidak anak itu akan terus terus mengganggunya dengan tatapan anak kucing yang minta di pungut.

Kalo dipikir lagi, ia memang jarang sekali menghabiskan waktu dengan sahabat satunya itu. Bahkan setelah Kara pulang dari luar kota pun ia masih sibuk dengan urusannya. Apalagi kalau bukan hukuman. Lagipula ia juga sudah memiliki apartemen sendiri, jadi ia bebas untuk kembali atau tidak.

Persetan dengan Sebasta, ia akan memberikan kejutan kepada mereka satu persatu.

Al mengangkat kepalanya dan menatap Kara yang masih dengan wajah memohonnya.

“Hm, brat gw kabarin”

“Ok, gw tunggu. Kalo lo boong gw bakal cecer lo terus ampe bisa main bareng hohohooo”

“Hm”

“Btw Al, lo udah denger kabar tentang si Cacanjing itu belum? Kalo belum parah sib, ini lagi panas banget weh,,, noh di mading banyak banget foto foto si Cacanjing yang keluar masuk club gila banget gak sih, mana sama om om lagi iyuh” ujarnya mulai serius menatap Al. Wajahnya menunjukkan ekspresi puas ples jijik sekaligus.

Ko ka Caca gitu yah, gak nyangka banget. Cewek yang keliatannya polos ternyata murahan banget.

“Nah nah, lo denger kan. Gw sebagai musuh bebuyutannya merasa cukup puas sih, karena tu kedok udah kebuka. Lo, gimana Al”

“Ini belum seberapa, masih ada hal menarik lainya yang belum lo ketahui” jawab Al menatap Kara dengan senyum misterius.

“Maksud lo? Tunggu tunggu, jangan bilang kalo ini semua ulah lo?”

Al mengangkat bahunya acuh, dan kembali memakan makanannya dengan nikmat. Ditambah kejutan hari ini berjalan dengan lancar, tunggu besok ketika target sudah pulang. Apa yang akan terjadi selanjutnya?.

Bukankah sudah ia katakan, bahwa ia akan mengakhirinya dengan cepat.

“Stt,, gimana caranya? Gw mau ikut andil dong” Kara berbisik di depan Al dengan suara yang di pelankan.

Tanah Tandus || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang