Happy Reading
....Keesokan harinya, berita mengenai sifat asli dan kekejaman Putra Mahkota menyebar seperti angin di seluruh Kekaisaran.
Semua rakyat Kekaisaran yang mendengarnya, terkejut dan tidak percaya. Mereka bahkan sampai beberapa kali memastikan apakah berita itu memang benar. Dan sayangnya itu benar. Mereka bahkan diberi peringatan untuk tidak memprovokasi Putra Mahkota di masa depan jika masih sayang nyawa.
Mereka semua sangat ketakutan dan was-was dengan kekejaman Putra Mahkota yang terkenal lemah ternyata sangatlah kejam, dan selama ini hanya sedang memyembuyikan sifat aslinya saja.
Kekaisaran benar-benar heboh dengan berita tersebut, dan bahkan sampai tersebar ke Kuil.
Para Pendeta di Kuil asik bergosip setelah mendengar berita tersebut. Dimanapun mereka berada, mereka akan menggosipkan hal yang sama mengenai kekejaman Putra Mahkota yang baru terungkap.
Seorang laki-laki yang sedang berlutut di depan patung Dewa Euthenia dengan mata tertutup dan kedua tangan menyatu di depan dada, merasa terganggu mendengar gosip-gosip itu. Karena pendengaran telinganya yang tajam, ia ikut mendengar semua berita tersebut dari para Pendeta yang membahasnya di luar ruangan.
Laki-laki dengan rambut panjang berwarna perak dan netra emas itu adalah seorang Uskup Agung dan juga calon Paus berikutnya.
Menyelesaikan doanya, laki-laki itu menuruni tangga dan berjalan keluar dari ruangan tempatnya berdoa.
Melihat Uskup Agung sudah selesai berdoa dan keluar dari ruangan, para Pendeta yang sedang asik bergosip dengan cepat membungkuk dan menyapanya dengan sangat sopan, pipi mereka memerah melihat wajah tampan Uskup Agung.
"Jangan membicarakan keburukan Putra Mahkota di Kuil yang suci ini." Ujar pria itu dengan wajah serius.
Para Pendeta itu terkejut dan dengan cepat meminta maaf. "Maafkan kami, Uskup Agung. Kami tidak akan melakukan kesalahan ini lagi."
"Bubar dan jangan lagi bergosip. Pergi, bantu Pendeta baru di dalam Kuil." Perintahnya.
Para Pendeta perempuan itu kembali membungkuk, lalu pergi setelah berpamitan dengan sopan.
Menatap kepergian para Pendeta itu, Uskup Agung kembali memikirkan apa yang baru saja mereka gosipkan mengenai Putra Mahkota beberapa saat yang lalu.
"Sepertinya aku perlu mengunjungi Istana." Gumamnya.
....
Di ruang kerjanya, Kaisar sedang duduk sembari mengetuk-ngetuk meja di depannya.
Ajudan Kaisar berdiri di belakang Kaisar, Kepala Pelayan juga ada di sana dan berdiri di depan meja sang Kaisar dengan kepala menunduk sopan.
Menatap Kepala Pelayan, Kaisar akhirnya membuka suara setelah lama hening. "Katakan pendapatmu tentang Putra Mahkota."
Mendengar itu, Kepala Pelayan menjawab. "Baik, Yang Mulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Cruel Crown Prince
RandomGadis itu mati, saat kembali membuka matanya, ia menyadari bahwa dirinya telah masuk ke dalam sebuah novel dengan latar belakang abad pertengahan. Dia masuk ke dalam tubuh seorang putra mahkota yang di tinggalkan dan di abaikan oleh kaisar, ayah ka...