Happy Reading
....Sampai di istananya, Arcell menyerahkan pangeran kelima yang dibawanya kepada pelayan dan memerintahkan mereka untuk memandikan dan memakaikan pakaian baru untuknya.
Sembari menunggu pangeran kelima mandi dan bersiap, Arcell memerintahkan seorang pelayan laki-laki untuk membawa obat-obatan yang dapat menyembuhkan luka luar.
Tak lama setelahnya, pelayan laki-laki itu kembali datang ke kamar putra mahkota dan menyerahkan kotak kecil yang berisi obat-obatan yang diperintahkan oleh pemuda itu untuk dibawa ke sana beberapa saat yang lalu.
Setelah menyuruh pelayan itu untuk keluar, Arcell duduk santai di sofa seraya menyilangkan kakinya dan menunggu pangeran kelima yang dibawanya selesai dimandikan dan bersiap di kamar lain.
Beberapa saat kemudian, pangeran kelima sudah selesai dimandikan dan dipakaikan pakaian lain. Anak itu dibawa ke kamar putra mahkota.
Arcell memperhatikan penampilan pangeran kelima. Anak itu hanya memakai kemeja putih polos. Karena di sana tidak ada pakaian yang cocok untuk ukuran tubuhnya, para pelayan hanya memakaikan kemeja putih itu saja padanya.
Setelah wajahnya yang kotor dibersihkan, Arcell dapat melihat dengan jelas bahwa anak itu memiliki wajah yang sangat tampan dan sedikit menggemaskan.
Melirik pelayan yang baru saja membawa pangeran kelima ke kamarnya, Arcell mengusir mereka. "Kalian boleh pergi."
Pelayan itu segera pergi dari sana setelah membungkuk dengan sopan kepada putra mahkota.
"Kemarilah." Ujar Arcell kemudian pada pangeran kelima yang masih berdiri diam di depan pintu kamarnya.
Anak itu kemudian berjalan mendekatinya yang duduk di sofa.
"Duduk." Arcell kembali menyuruh pangeran kelima untuk duduk di sampingnya.
Anak itu kembali menurut dan duduk di samping Arcell.
Mengambil kotak obat di atas meja, Arcell berbicara. "Aku akan mengobati luka di wajahmu."
Anak itu lagi-lagi tidak membalas dan hanya menatap Arcell dengan datar.
Arcell tidak mempermasalahkan pangeran kelima tidak membalas ucapannya. Ia kemudian hanya fokus mengobati luka di tulang pipi bocah tersebut dengan kapas yang sudah diolesi obat.
Pangeran kelima menatap lekat wajah Arcell yang begitu dekat dengan wajahnya.
Sadar bocah di depannya sedang menatapnya, Arcell membalas tatapan anak itu dan bertanya. "Berapa umurmu?"
"11 tahun." Jawab pangeran kelima singkat.
Arcell mengangguk. "Lalu siapa namamu?" Tanyanya lagi, masih fokus mengobati luka di pipi anak tersebut.
"Dexon." Lagi-lagi pangeran kelima hanya menjawab singkat.
Arcell tidak lagi membalas. Pemuda itu sudah selesai mengobati luka di wajah Dexon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Cruel Crown Prince
CasualeGadis itu mati, saat kembali membuka matanya, ia menyadari bahwa dirinya telah masuk ke dalam sebuah novel dengan latar belakang abad pertengahan. Dia masuk ke dalam tubuh seorang putra mahkota yang di tinggalkan dan di abaikan oleh kaisar, ayah ka...