Setelah memastikan semua barang tidak ada yang terlupakan, mulai dari seragam pramuka, olahraga, pakaian ganti, alat sholat dan alat mandi, bahkan peralatan makan dan juga beberapa camilan yang akan dibawa, Aghniya mengeluarkan semua tas bawaannya keluar kamar. Meletakkan semua tasnya di ruang tamu agar tidak ada yang terlupakan. Tidak lupa Ia membawa beberapa kantong plastik untuk pakaian kotor nantinya.
Hari ini Aghniya sangat senang, karena hari ini memanglah hari yang sangat ditunggu olehnya, yang dimana akan dilaksanakannya kemah satu angkatan dengan dibimbing para pembina Pramuka dan juga para anggota Dewan Ambalan yaitu organisasi tingkat Penegak yang akan membantu terkait dengan kegiatan Pramuka nantinya.
Ia juga akan diantarkan oleh Ayahnya ke sekolah.
Aghniya berangkat 30 menit sebelum keberangkatan Bus, karena Ia sangat tidak suka dengan keterlambatan, maka dari itu dirinya berangkat lebih awal. Setelah menyalami sang Ayah, Ia pun membawa semua tasnya sendiri. Bukan Ayahnya tidak mau membantu, tetapi memang Aghniya yang tidak mau dibantu Ayahnya karena Ia masih merasa sanggup membawanya sendiri.
Suasana sekolah masih sangat sepi, wajar saja ini masih sekitar pukul setengah enam pagi. Dia tetap berjalan ke arah kelasnya dengan membawa tentengan tasnya yang sangat berat ini. Ternyata di kelasnya sudah ada beberapa anak yang datang, bahkan Rujhan juga sudah berada di kelas.
"Aghni! Sini gabung sama kelompok kita, jangan sampai mencar ya," ajak Rujhan.
Aghniya berjalan menuju tempat kelompoknya. Rujhan membantu Aghniya membawa tas yang ada di tangannya karena dilihatnya Aghniya yang sudah sangat kesusahan.
"Makasih ya," ucap Aghniya.
"Oh ya, ini buat kamu. Yang lainnya tadi udah Aku kasih kok," Rujhan memberikan sebuah gelang yang ada gantungan Tunas kelapa khas Pramuka.
Aghniya melihat anak-anak lainnya juga menggunakan gelang tersebut, dan Ia pun memilih untuk ikut memakainya.
"Itu dari Pak Sidiq, nanti di sana gak cuma dari sekolah kita doang. Itu sebagai tanda kalau kita satu sekolah," ucap Rujhan.
Aghniya kemudian mengangguk paham mendengar penjelasan dari Rujhan.
Selang beberapa lama, kelas mulai ramai dan beberapa anak sudah bergabung dengan kelompoknya masing-masing untuk diabsen oleh ketua kelompok.
Rafi datang dan memberikan pengumuman untuk teman-temannya agar kumpul di lapangan. Aghniya sangat terkejut dengan penampilan Rafi saat ini, pakaian Pramuka yang lengkap serta baret yang berada di kepalanya membuat Rafi terlihat sangat gagah. Hingga dirinya tertangkap oleh Rafi. Dan Aghniya sedikit terkejut saat Rafi malah mendekat. Hampir saja terkecoh, ternyata Rafi hanya mau mengambil tas yang berada di sebelah kirinya.
"Ayo ke lapangan, kenapa malah bengong?" Ucap Rafi dengan ekspresi polos.
Ia membawa kembali tasnya dan berjalan di belakang Rafi dengan sangat lambat. Merasa jalan perempuan di belakangnya sangat lambat, Rafi menengok ke belakang dan dengan sigap membawa tas Aghniya.
YOU ARE READING
AQLAM
SpiritualAqlam mengisahkan perjalanan jiwa seorang remaja yang tengah berkelana di jalan pencarian identitas dan impian. Di bawah langit biru langit kota kecil yang damai, kita memasuki dunia Aghniya Maulida, seorang siswi SMA yang merindukan pengetahuan dan...