Seminggu berlalu, setelah menghadapi masa-masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang lumayan cukup menambah pengalaman baru di kehidupan SMA Aghniya. Banyaknya pengujian-pengujian dari para OSIS yang hampir membuat para peserta MPLS merasa frustasi, dan di temani penampilan dari beberapa ekskul.
Hari ini, tepatnya di kelas 10, masih belum memulai pelajaran. Kelas Aghniya akan ditemani wali kelas sampai jam pulang sekolah. Hanya berbincang-bincang sederhana untuk lebih mengenal murid-murid. Mulai dari pertanyaan asal sekolah sebelumnya, dan tempat tinggal mereka. Ada beberapa anak yang memang dulunya satu sekolah tetapi berbeda kelas, ada pula yang dulunya satu sekolah dan satu kelas, contohnya Ikrimah dan Deva.
Mata Bu Anita lebih menyorot ke arah Aghniya, beliau merasakan ada suatu keistimewaan dari Aghniya.
"Kamu yang lagi megang pensil," panggil Bu Anita.
Merasa sedang memegang pensil, Aghniya mengangkat kepalanya dan melihat Bu Anita. "Saya Bu?"
"Yang pegang pensil cuma kamu cantik,"
"M–maaf Bu,"
"Lagi buat apasih? Kayaknya asik banget,"
Aghniya dengan semangat mengangkat kertasnya dan menunjukkan pada Bu Anita, "Saya buat ini Bu,"
"Coba bawa sini biar Ibu bisa lihat,"
Aghniya berdiri dan keluar dari bangkunya membawa buku yang seukuran buku tulis tetapi tidak memiliki garis pembatas seperti buku tulis. Lalu diberikannya buku itu pada Bu Anita. Bu Anita menatap kagum akan lukisan yang berupa arsiran yang dibuat oleh Aghniya.
"Kamu yang buat ini?" Aghniya mengangguk sebagai jawaban.
"Pintarnya murid Ibu, kembangkan bakatmu ya nak,"
"Baik Bu."
Bu Anita memerintahkan Aghniya untuk kembali ke tempat, dan dengan hati bahagia karena pujian yang diberikan dari sang wali kelas, Aghniya tersenyum terus. Hingga matanya tak sengaja menatap Rafi.
***
"Waktu 15 menit harus kita habiskan dengan baik, jangan sampai jadi sia-sia," ucap Sarah dengan penuh semangat.
"Iya iya Sar, 15 menit juga cukup kok untuk jajan. Jangan kayak orang gak sabaran deh,"
"Ini memang gak sabaran, soalnya pertama kali jajan di sekolah baru!"
Aghniya dan Sarah berjalan ke kantin sama-sama, Sarah terus menarik tangan Aghniya karena jalannya Aghniya terlalu santai menurut Sarah.
Ditengah perjalanan menuju kantin, tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki memanggil mereka atau lebih tepatnya tertuju pada Aghniya, "Aghni!"
Aghniya dan Sarah pun menoleh, dan yang memanggil namanya adalah teman semasa SMP nya dulu, namanya Fahri. Fahri melambaikan tangannya dan berlari ke arah mereka.
YOU ARE READING
AQLAM
EspiritualAqlam mengisahkan perjalanan jiwa seorang remaja yang tengah berkelana di jalan pencarian identitas dan impian. Di bawah langit biru langit kota kecil yang damai, kita memasuki dunia Aghniya Maulida, seorang siswi SMA yang merindukan pengetahuan dan...