Entah sudah berapa kali Chanwick mondar-mandir di depan meja kerjanya, belum selesai urusan pekerjaan yang sejak tadi menumpuk kini sepeninggalan Sofia dari ruangannya membuat ia harus berpikir keras. Kepalanya serasa berasap, benar-benar panas dan sesak bahkan segelas minuman dingin yang baru saja ia teguk tidak mampu menenangkannya.
"Bos memanggil saya?" Suara supir pribadi Chanwick menghentikan langkahnya. Ia menoleh lalu buru-buru menutup pintu menghampiri Jeremy sembari menggiringnya menuju sofa.
"Ada hal penting yang ingin Ku bicarakan, Jer?" Chanwick berbicara dengan nada serius membuat supirnya mengerutkan kening.
"Ada apa, Bos?"
"Kau masih lajang, 'kan?"
Chanwick duduk dan memantapkan posisinya di samping Jeremy tanpa menyadari Jeremy tidak nyaman dengan tingkahnya yang aneh.
"Iya, tapi aku sudah bertunangan. Ada apa memangnya? Bos, tidak lupa akan memberiku pinjaman untuk menikah bulan depan, 'kan???" Jeremy mewanti-wanti takut arah pembicaraan bosnya kesana.
"Ya ampun," Jeremy menepuk jidat, "Aku lupa... bagaimana jika Kau batalkan saja pernikahanmu, dan menikahlah dengan gadis pilihanku. Aku berjanji akan membiayai semua pernikahannya dan apapun yang Kau minta Aku akan menurutinya. Setelah menikah kau butuh apa? Rumah, mobil, apapun Jer katakan?
Jeremy hanya terpaku, tangannya kemudian menggaruk tengkuk yang tak gatal, dia tidak mengerti maksud pembicaraan bosnya.
"Apa yang Kau katakan, Pak. Aku tidak mengerti?"
Chenwik menghempas tubuhnya di sofa, "Sudah Ku duga, Aku juga tidak tau mengapa hari itu begitu sial" Tatapannya menerawang jauh, tangannya bergerak memijat pelipis, kepalanya terasa mau pecah. Dalam otaknya seperti benang kusut, yang berbelit-belit tanpa ada ujung pangkalnya.
"Bos, Kau baik-baik saja?" tanya Jeremy, khawatir bosnya tampak begitu frustrasi.
Mata Chanwick memejam, "Mana mungkin Aku baik-baik saja, wanita itu minta tanggung jawab. Dia mengancamku akan menghancurkan nama baikku jika aku tidak melakukan apa yang dia inginkan. Aku harus bagaimana?" Dia memijat kepalanya lebih keras, seolah gelombang yang menyiksa di dalam sana sangat hebat.
"Lakukan saja apa yang dia minta" Jeremy menyahut enteng.
Dia tidak menyadari bahwa Sofia meminta hal itu karena pendapatnya. Jeremy pernah berkata bahwa Chanwick akan menuruti apapun permintaannya. Walaupun pernikahan terdengar konyol, siapa sangka akhirnya malah dia sendiri yang diminta untuk menjadi kambing hitam.
"Jadi Kau mau membantuku?" Chanwick mendapat sedikit ketenangan.
"Membantu bagaimana?"
"Menikah dengan putri wanita itu, dan setelah itu semua akan selesai, " Chanwick melentikkan jari, "Hanya itu Jeremy, bukankah mudah?"
Jeremy menggeleng cepat, "Tidak bos, Aku tidak berminat" bukan karena dia tau Sofia seperti macan betina lantas tidak mau, tapi Jeremy sudah bertunangan. Tidak mungkin dia mau mengorbankan gadis yang dia cintai dan memilih wanita lain. Sungguh itu adalah pilihan terbodoh. "Apa nanti kata orang tuaku, calon istriku dan calon mertuaku kalau sampai Aku batalkan pernikahan ini. Tidak mungkin Bos dan tidak akan pernah, bahkan jika Kau meminta aku resign tidak papa. Kau boleh meminta apapun asal jangan untuk hal ini, Kau sama saja menyuruhku masuk jurang.
Jeremy berkata sungguh-sungguh, lagipula siapa yang mau menikah dengan gadis tak dikenal. Belum lagi gadis itu koma, entah akan sadar atau tidak.
"Lagipula mengapa tidak Kau sendiri saja yang menikah, Kau kan duda?" Tunjuk Jeremy tanpa menimbang ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S BRIDE
RomanceCincin permata yang melingkar di jari manis Nixie seolah telah membangunkannya dari tidur panjang. Cincin itu bukan sekedar pemberian semata melainkan tanda ikatan pertunangan dengan Calvin. Nixie tidak tau apa yang terjadi selama ia koma, dan meng...