"Itu... tidak begitu penting," Calvin kemudian mendekat kearah beberapa tumpukan kasur dan berkata, "Joe, bukankah seharusnya Kau mengambil ini? Oh ya, anakmu laki-laki atau perempuan? Bagaimana kita bisa memilih warna yang tepat untukmu kalau kau tidak memberitahu Kami. Benarkan Monic?" Calvin mengalihkan perhatian, dia berharap itu berhasil tapi bukannya menjawab Jordan dan Monic malah beradu pandang membuat Calvin merasa kikuk.
"Kau benar, Cal" Jordan lalu buru-buru mendekatinya, ikut memilih motif terbaik untuk calon buah hatinya, "astaga mengapa aku sampai melupakannya" Dia terlihat bersyukur Calvin mengingatkan hal itu.
"Jadi bayimu laki-laki atau perempuan, Kak?" Monic bertanya pada Jordan dan itu berarti keduanya telah melupakan topik pembicaraan sebelumnya.
Jordan terlihat berpikir, "Marisa berkata Aku harus mencari warna netral karena hasil USG tidak selalu akurat. Mungkin kita bisa memilih warna biru, hijau atau merah sebagai solusi."
"Baiklah," Monic mengangguk mengerti dan mulai memilih keperluan yang lain.
Jordan memutuskan untuk mengambil troli mengingat barang yang dia pilih sudah terlalu banyak. Monic yang paling antusias memilih baju, selimut dan sepatu ikut menumpuk belanjaannya menjadi satu.
Lagi, Jordan di buat berbinar oleh Calvin saat pria yang masih menggunakan setelan jas itu meletakkan gendongan bayi serta perlengkapan ayunan seperti kawat gantung, kain dan selambu.
"Itu sangat brilian Calvin," Jordan kegirangan tidak mengira kehadiran temannya sangat membantu, "Rupanya Kau bisa di andalkan."
Calvin mengangguk bangga dengan diri sendiri, "Aku melihatnya di sini? Semuanya sudah ada, kita tinggal memilih, " dia menunjuk ponsel di tangannya. Wajar saja Calvin begitu mengerti, ternyata dia browsing di internet.
"Benarkah? Coba lihat, apa saja yang belum kita cari," Jordan meraih ponsel temannya sementara Monic membantu memeriksa satu-persatu.
Melihat Jordan dan Monica asik berkutat pada ponsel dan belanjaannya Calvin memisahkan diri melewati beberapa lorong yang terletak agak jauh dari temannya. Suasana toko yang sepi memudahkan Calvin bergerak kesana-kemari. Matanya terus mencari sesuatu yang kurang dan mengingat apa saja yang wajib di beli.
Calvin menghela napas, kemudian tangannya meraih beberapa sarung tangan dan kaki untuk bayi Jordan.
"Pilihan yang tepat Calvin, Aku baru akan mengambilnya," tak di sangka Jordan sudah di sampingnya. "Sepertinya Kau sudah saatnya menjadi seorang ayah, tidakkah kau ingin segera menikah?" Jordan menggodanya.
Calvin mengendikkan bahu, "Entahlah." Dia agak berbisik. "Mana Monic?"
"Tenang saja, tadi dia sedang menerima telepon, entah kemana perginya" Jordan sambil melihat-lihat beberapa mainan di depannya.
"Dia sudah pergi?" Calvin memanjangkan lehernya menilik Monic di tempat sebelumnya tapi gadis itu benar-benar tidak ada. "Sukurlah."
"Jadi kau sudah menemukannya Cal?" Jordan kembali pada topik semula, tangannya terulur mengembalikan ponsel temannya.
"Sedang Ku pikirkan," Calvin menerima ponsel miliknya lalu menyimpannya dalam saku.
Jordan manggut-manggut, "Jangan sungkan untuk menceritakan apapun padaku," setelah berkata seperti itu Jordan beralih mendorong trolinya menuju rak botol susu dan terlihat memilih disana.
Calvin mengikutinya, mengambil satu set perlengkapan makan untuk bayi lalu memasukan dalam troli.
"Apa itu dibutuhkan?" Tanya Jordan.
"Untuk berjaga-jaga," Calvin menjawab santai.
Tampaknya Jordan terlalu menikmati kesibukannya sampai tidak menyadari kalau Calvin sedang gelisah di belakangnya. Sebenarnya Calvin ingin menceritakan apa yang sedang terjadi tapi dia tidak tau harus memulai dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S BRIDE
RomansaCincin permata yang melingkar di jari manis Nixie seolah telah membangunkannya dari tidur panjang. Cincin itu bukan sekedar pemberian semata melainkan tanda ikatan pertunangan dengan Calvin. Nixie tidak tau apa yang terjadi selama ia koma, dan meng...