"Siapa Kau sebenarnya?"
Calvin menatap malas pria di depannya, mengabaikan pertanyaan yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Makan siang di tempat biasa untuk melepas penat sebelum kembali bekerja Calvin pikir adalah cara terbaik, tapi lagi-lagi dia kembali menghadapi gangguan. Padahal menyia-nyiakan jam istirahatnya untuk berbicara dengan Louis tidak ada dalam daftar aktivitasnya hari ini.
Sengaja Calvin datang di tempat dimana Nixie bekerja selain untuk makan siang, Calvin berharap mendapat sedikit informasi mengenai Nixie. Tadi Calvin sudah meminta Demian untuk menemuinya melalui salah satu waiters tapi sampai sekarang dia tak jua menampakkan batang hidungnya Calvin malah kedatangan Louis yang entah dari arah mana tiba-tiba muncul didepannya dan berkata, "Bisakah kita berbicara sebagai seorang laki-laki?" Tentu saja Calvin membiarkan Louis duduk di depannya sebab jika ia menolak pasti Louis mengira Calvin tidak cukup jantan.
Mereka duduk tenang namun keduanya tampak tegang, raut wajahnya sama-sama serius sampai-sampai waitres yang baru meletakkan buku menu tadi langsung pergi, merasa horor melihat kedua tamu yang tak bersahabat. Bahkan Stella yang jelas-jelas mengenal tamunya pun tidak menyapa, hanya merasa aneh dengan Louis yang biasanya datang di malam hari untuk bernyanyi kini datang di siang bolong. Itu tidak pernah dia lakukan apalagi tidak ada Nixie disana.
Calvin mengambil sesuatu dalam dompetnya, mendorong kartu nama dengan telunjuk di hadapan Louis.
"Apa itu cukup?"
"Calvin Matthew Davidson," Louis menyebut namanya, matanya masih terus bergerak membaca apa saja yang tertera disana hingga sebuah tulisan membuatnya manggut-manggut lalu bergumam "Kau pikir Kau cukup hebat sampai berani-beraninya ingin menikahi Nix-Ku?"
Kalimatnya cukup tenang, berbeda dengan tatapannya yang tajam bak pedang dan seolah siap menghunus Calvin kapan saja. Tapi jangan menganggap Calvin takut bahkan Calvin sempat ingin muntah saat mendengar Louis berkata kalau Nixie itu miliknya.
Dingin, itulah penilaian Calvin untuk Louis. Dilihat dari caranya berbicara dan bersikap, Louis juga tidak pandai berbasa-basi.
"Seharusnya Aku dan Nixie sudah bertunangan dua minggu lalu...."
"Benarkah?" Calvin menyela sebelum Louis sempat melanjutkan kalimatnya, "Bukankah Sofia dan Ibumu tidak merestui?" kedengarannya seperti ejekan.
Bola mata Louis melebar seolah tidak setuju, dan Calvin puas melihat itu.
"Ya, tapi itu terjadi setelah Nixie kecelakaan. Sebelumnya Ibuku sudah berjanji akan menerima siapapun gadis pilihanku. Namun setelah Nixie tidak datang malam itu, segalanya berubah."
Calvin memperbaiki posisi duduknya, "Harusnya Kau cukup cerdas untuk berpikir, bukankah itu berarti Nixie bukan untukmu?"
Entah dari mana Calvin bisa berkata seperti itu, dia seolah sedang mempertahankan miliknya dan tidak membiarkan seorang pun mengusik kepunyaannya.
"Tapi Kau tidak bisa bersamanya?"
What! Calvin tidak percaya, memangnya apa yang tidak bisa dia lakukan. Dia sang penakluk, buaya darat, pecinta wanita. Siapa saja bisa dia dapatkan apalagi kalau hanya gadis seperti Nixie, itu sangat mudah menurut Calvin. Louis seperti meremehkan dirinya, dia tidak tau siapa Calvin yang sebenarnya.
"Mengapa tidak bisa?" Calvin bertanya dengan mata memicing, Louis menilainya dengan sebelah mata.
"Karena dia tidak mencintaimu, sekalipun Kau bisa menikahinya dengan mudah. Mendapatkannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan," Louis meyakinkan. Membuat Calvin yang mendengar ucapannya jadi ketar-ketir, "Nixie adalah seseorang yang sulit jatuh cinta, jadi jangan berharap lebih padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S BRIDE
RomanceCincin permata yang melingkar di jari manis Nixie seolah telah membangunkannya dari tidur panjang. Cincin itu bukan sekedar pemberian semata melainkan tanda ikatan pertunangan dengan Calvin. Nixie tidak tau apa yang terjadi selama ia koma, dan meng...