1O : :〻

2.4K 287 29
                                    

∘┈˃̶✾˂̶┈∘

"Tuan Duke."

Pintu berlapiskan perak itu diketuk sehingga menimbulkan suara. Sang empu yang berada di dalam ruangan menghentikan aktivitas menulis, lalu sorot matanya menatap asal muasal dari ketukan pintu.

Karena tak kunjung diberi interupsi, aku mencibir pelan. Sekali lagi kuketuk pintu yang begitu tebal ini, kalau saja Duke Rin tidak segera menyuruhku masuk aku akan menendang pintu ini supaya bisa membuat trend 'MAH PENGEN AEROK'.

Tok tok tok

Kali ini sumber suara terdengar lebih brutal dan kasar dibanding sebelumnya. Mungkin ia sudah lelah karena berdiri cukup lama di depan pintu. Sedangkan Duke Rin terlihat menikmati kejahilan kecil yang ia lakukan, biarlah. Anggap saja sebuah hukuman karena telah melanggar perintah untuk tetap berdiam diri di kamar, bukannya diam istrinya malah membuat kekacauan bersama dengan para rakyat jelata di luar sana, sampai-sampai terdengar oleh Kaisar. Maka dari itu Duke Rin harus turun tangan sendiri menjemput istri nakalnya kembali pulang.

"TUAN DUKE, ANDA DI DALAM?"

Sialan.

Aku tahu kalau Duke Rin membenciku, tapi ini kelewatan tahu. Setidaknya aku sudah berdiri sekitar 10 menit di depan pintu, apakah ini pertanda agar menendang pintu?

Yah, kalau dipikir-pikir sepeda motor Aerok boleh juga. Tapi karena di sini berlatarkan kerajaan, seekor unicorn sudah bisa menggantikan posisi Aerok.

Aku sudah berancang-ancang untuk mengangkat gaun guna memudahkan aksi dalam menendang pintu. Toh, Duke Rin itu kaya raya, tambang emas nya tersebar di mana-mana. Merusak satu pintu seperti ini tidak akan merugikannya sama sekali.

"Hiyat-"

Ceklek

"E-eh, eh...."

Brak

Demi Tuhan. Pria satu ini sama sekali tidak bisa terbaca pikirannya. Bagaimana bisa dia keluar hanya dengan menggunakan pakaian seperti jubah khas orang Arab, hanya saja bagian dada lebih terbuka. Aku terjatuh karena terpanah melihat penampilannya yang tampan. Sampai-sampai pipi ini akan meledak sangking mendidihnya.

Aku langsung terbangun.

"Tuan Duke," Cicitku menundukkan pandangan. "Anda memanggil saya?"

Duke Rin mengangguk, kemudian ia berjalan memasuki ruangan sembari menginterupsi dengan jari telunjuknya agar istrinya mengikuti langkahnya selaras tertutupnya pintu dengan sendirinya.

"Wah, ajaib sekali."

Tidak dapat dipungkiri bahwa sihir masih ada di zaman kerajaan. Aku menyangka bahwa itu hanyalah cerita khayalan yang dibuat-buat oleh warga setempat. Bahkan waktu dulu, bagiku sebuah naga juga merupakan legenda yang hanya muncul setiap 100 tahun sekali. Namun, kalau saja sihir masih terlihat nyata bisa jadi seekor naga terbang di langit juga sebuah kenyataan.

"Duduklah!"

Haish, pria ini. Masih saja dingin seperti biasanya. Tutur kata yang ia lontarkan tidak lebih dari kata-kata perintah, nada kasar, ataupun ejekan.

JADI ISTRI DUKE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang