BERLIN

2K 222 29
                                    

---

(Y/n) Nathael Louis, Gadis itu bekerja di kementrian sihir bagian Departemen Kerjasama Sihir Internasional. Ia buru-buru masuk kedalam ruang kantornya, teman satu ruangnya mengatakan ada orang yang ingin bertemu dengannya.

Tangannya mendorong knop pintu kantornya, Langkah kakinya terhenti. (Y/n) membulatkan matanya ketika melihat siapa yang tengah duduk di dalam ruangannya, Harry Potter dan Draco Malfoy.

"Oh (Y/n)" Harry tersenyum tipis melihat temannya itu.

"Apa yang membawamu kesini?" Tanya (Y/n) kemudian duduk bersebrangan dengan Harry dan Draco.

Draco menatap gadis yang 1 bulan lalu mengajaknya untuk menikah, Ia menatap dengan tatapan teduhnya.

"Aku mendapat laporan dari kepala departemen mu, Kudengar kau akan berdinas ke Jerman" Harry sedikit melirik kearah Draco.

"Benar, untuk kesepakatan antara Inggris raya dan Jerman"

"Auror yang akan bertugas untuk membantumu kini tengah dirawat, Tak ada yang bisa menggantikannya. Kebetulan Draco akan bertugas di jerman selama beberapa hari dan waktunya sama denganmu, jadi aku meminta Draco untuk menemanimu selama di Jerman"

Draco menatap (Y/n), sang gadis yang mendengar perkataan Harry hanya menatap bingung.

"Direktur Eksekutif Gringotts punya waktu untuk menemani ku bertugas?"

Harry menatap Draco, Draco yang sadar akan tatapan Harry ia terbatuk pelan. "Tempat tujuanku hanya berbeda beberapa jalan dengan tujuanmu, Harry memintaku" Draco tak berekspresi sama sekali.

"Baiklah jika keputusan Auror seperti itu" (Y/n) mengangguk.

Draco dan Harry berjalan keluar dari kementrian, "Kau benar-benar Draco" Harry rasanya ingin tertawa. Ia menyalahgunakan kekuasaannya hanya untuk Draco, Yah lagian Draco jauh lebih hebat jika dibandingkan dengan Auror yang akan menemani (Y/n).

"Shut up Potter" Draco menatap Harry datar, "Terimakasih" Draco berjalan pergi meninggalkan Harry yang tersenyum.

---

Stasiun Kereta King's Cross merupakan stasiun terpenting milik inggris, Draco Malfoy tengah berdiri peron tujuan mereka. Ia melirik jam di lengan kirinya, Perjalanan mereka 47 menit lagi dan (Y/n) belum datang.

Ia sedikit melirik kesamping dan mendapati dua gadis muda melihat ke arahnya dengan tersenyum, Draco tak membalas senyum tersebut ia menatap datar dan melihat kearah lain.

"Maaf sudah menunggu" (Y/n) datang, gadis itu berpakain sama formalnya dengan Draco.

"Tak apa" Draco mengepalkan tangannya, jantungnya mulai berdebar.

"Oh kau mau kopi?" (Y/n) menyodorkan satu cup kopi pada Draco.

"Terimakasih" Draco mengambilnya.

(Y/n) menatap dua gadis muggle yang tengah melihat Draco, (Y/n) tersenyum tipis sepertinya Malfoy muda disampingnya tak nyaman.

(Y/n) meminum kopinya sambil menunggu kereta mereka yang akan datang sebentar lagi, Ia memandang stasiun yang dulu sering mereka gunakan ketika akan menuju Hogwarts.

"Kau masih tak menyukai muggle?" Tanya (Y/n) pada Draco.

"Hanya tak peduli" Draco menoleh, tangannya bergerak menuju wajah (Y/n). Ibu jarinya mengusap sisa kopi yang ada di atas bibir gadis disampingnya.

(Y/n) terdiam, ia berusaha tak goyah. "Terimakasih, ayo masuk" Ajak (Y/n) ketika kereta mereka baru saja tiba.

"Maaf tuan bisakah saya mendapat nomor telfon anda" Tanya salah satu dari dua gadis muggle tersebut.

Draco yang baru saja akan menyusul (Y/n), langkah kakinya terhenti.

"Maaf, Istri saya sudah menunggu" Draco mengabaikan gadis muggle tersebut.

"Sial, dia sangat sexy" Kata gadis tersebut.

"Kita tak seberuntung istrinya"

---

12 jam perjalanan dengan menggunakan transportasi muggle hingga sampai di berlin, dan ini adalah ide Harry.

"Hari sudah malam, sebaiknya kita segera mencari penginapan" Kata Draco.

(Y/n) mengangguk setuju, mereka berdua berjalan beriringan. Sepanjang perjalan menuju tempat penginapan keduanya sama-sama bungkam tak ada yang memulai percakapan.

Draco membawa masuk (Y/n) kedalam sebuah hotel yang terletak di pusat kota Berlin, Mereka berdua memesan kamar bersebelahan.

"Terimakasih untuk hari ini Mr. Malfoy, selamat malam" Kata (Y/n) dan segera memasuki kamarnya.

Draco bahkan belum mengatakan sepatah kata pun, ia menghela napas pelan.

"Sialan" Draco frustasi.

Baru saja Draco akan berjalan memasuki kamarnya sebuah teriakan dari kamar (Y/n) membuatnya seketika merapalkan mantra tanpa tongkat sihir pada pintu tersebut.

"(Y/n)!" Panggil Draco.

Draco menatap sang gadis yang tengah berdiri di atas meja, "Kau tak apa?" Tanya Draco.

"Bisakah kau menyingkirkan Niffler ini?" Terlihat Niffler tengah memasukkan benda berkilauan yang ada di kamar hotel.

Niffler itu melihat benda berkilauan di leher (Y/n), (Y/n) kembali berteriak ketika Niffler itu akan melompat ke arahnya.

"Petrificus Totalus"

Draco menghela napas lega, ia segera mengambil Niffler yang menjadi kaku di atas lantai.

Pintu kamar terketuk, Draco berjalan sambil membawa Niffler yang tak bisa bergerak.

"Scamander" Draco menyerahkan Niffler pada sang pemilik, dan menutup pintu kamar tanpa mendengarkan perkataan Rolf Scamander.

"Kau tak apa?" Draco menghampiri (Y/n) yang masih berdiri di atas meja.

"Apa hewan itu sudah tak disini?" Tanya (Y/n).

Draco terkekeh, menurutnya sangat lucu. Seorang Hufflepuff takut dengan hewan seperti Niffler.

"KAU TERTAWA!" Teriak (Y/n).

Draco terdiam menghentikan tawa kecilnya, ia melihat sang gadis yang wajahnya merah padam.

"Maaf" Draco mengangkat (Y/n) dari atas meja, (Y/n) yang panik segera memeluk Draco terkejut diangkat secara tiba-tiba.

Draco menelan ludahnya, gadis ini membuat jantungnya tak aman.

.

.

.

see you

RED OCEAN : 𝐃.𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang