Seorang perempuan berpenampilan modis turun dari mobil Range Rover. Terlihat sebuah kacamata hitam tengah bertengger cantik pada hidung mancungnya. Sedangkan rambut coklatnya berkibar bak model iklan shampo ketika tak sengaja tertiup angin. Tanpa memedulikan seluruh pasang mata yang tengah memandangnya dengan ekspresi kagum, perempuan itu lantas melenggang cantik memasuki pintu keberangkatan bandara Seokarno-Hatta.
Saat ini sudah tidak ada waktu lagi baginya untuk menyapa balik orang-orang tersebut. Sebab dirinya harus bergegas karena tak mau ketinggalan pesawat untuk kedua kali. Kini di depan pintu keberangkatan sudah berdiri seorang wanita dengan mengenakan setelan jas layaknya seorang sekertaris pada umumnya. Ya, dia bisa dikategorikan seperti itu. Sebab orang itu sedikit banyak telah membantunya dalam segala urusan pekerjaan, termasuk memesan ulang tiket pesawatnya.
"Nona Maura," sapa wanita itu seraya menundukan kepala dengan hormat.
Perempuan yang disapa 'Nona Maura' itu lantas melepas kacamata hitamnya.
"Sudah pesan ulang tiketnya?" tanya perempuan muda tersebut dengan nada bicara terdengar tenang sekali. Padahal sejam yang lalu dia terpaksa ketinggalan pesawat karena harus melakukan negosiasi dengan salah satu client-nya. Mungkin apabila pria tua dengan perut buncit itu tidak terlalu lama membuang waktunya untuk sekedar membahas desain gaun pernikahan keduanya dengan seorang gadis muda yang amat sangat manja dan cerewet, maka dia pasti sekarang sudah berada di Lombok.
"Sudah, Nona. Tapi maafkan saya."
Perempuan muda itu menaikan sebelah alisnya ke atas. Sepertinya ia merasa heran karena sekretaris pribadinya itu tiba-tiba meminta maaf.
"Ada apa?"
"Sebenarnya saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, tiket yang tersisa hanya untuk kelas ekonomi."
Maura tersenyum pada wanita yang ada di hadapannya ini. Dia bisa memaklumi kalau sekretarisnya itu pasti kalang kabut ketika dimintai tolong untuk mencarikan tiket pesawat dalam waktu kurang dari satu jam sebelum keberangkatan.
"Tidak apa-apa, Bu Dian. Kita masuk sekarang?"
Wanita yang dipanggil 'Bu Dian' itu lantas menganggukkan kepalanya. Dengan sigap ia pun memimpin jalan.
Maura Kalista Harioko, begitulah perempuan muda itu dipanggil. Dia merupakan putri satu-satunya sekaligus pewaris tunggal keluarga Harioko. Di mata publik, keluarganya dikenal sangat terpandang karena memiliki lima pusat perbelanjaan terbesar di negeri ini. Selain mengurus kelima pusat perbelanjaan itu dalam sekaligus, dia juga berprofesi sebagai desainer. Bahkan desain baju miliknya banyak yang telah diakui dunia. Salah satunya adalah desain gaun malam yang dipakai oleh Miss Universe tahun ini.
Saat ini Maura sedang dalam perjalan menuju Mataram, yang mana di sana dia akan mengadakan acara peragaan busana miliknya. Namun karena masih ada waktu sekitar satu jam lagi, maka dia harus menunggu di ruang boarding pesawat. Di sana tidak hanya ada dirinya dan Bu Dian saja. Melainkan ada banyak penumpang yang sama sepertinya. Sebut saja salah satunya adalah seorang laki-laki dengan perawakan sedang, tidak kurus tapi juga tidak gemuk, yang baru saja duduk tepat di hadapannya.
Dari rupanya, Maura bisa menilai kalau lelaki itu sama sekali bukan tipe idealnya. Namun, entah mengapa segala gerak-gerik yang ia lakukan tampak begitu menarik di matanya. Apalagi ketika poni panjang yang hampir menutupi mata itu, ia sibakkan ke belakang. Err-sungguh amatlah sexy!
Maura sontak terkesiap saat laki-laki beralis tajam itu menangkap basah dirinya. Buru-buru perempuan tersebut membuang muka dan berpura-pura melihat ke arah lain. Di luar dugaan, tanpa Maura sadari ternyata lelaki itu tersenyum miring kepadanya.
Selang beberapa detik kemudian, pengumuman bahwa penumpang pesawat Indonesian Air dengan tujuan Jakarta-Mataram diharapkan mempersiapkan diri. Maka dari itu, Maura tak mau membuang kesempatan ini untuk melarikan diri.
***
Di dalam pesawat, Maura terpaksa duduk terpisah dengan Bu Dian. Padahal perempuan itu tidak terlalu nyaman apabila duduk berdekatan dengan orang yang tidak ia kenal. Meskipun begitu Maura masih bersyukur karena dia duduk di dekat jendela. Setidaknya ia bisa menikmati pemandangan awan putih bak tumpukan kapas yang menari-nari di atas langit.
Baru saja Maura menyandarkan punggungnya ke kursi penumpang, tetapi sedetik kemudian kenyamanannya harus terganggu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, seseorang tiba-tiba datang dan langsung duduk di sampingnya.
Perempuan muda itu sontak melirik sekilas orang tersebut melalui ujung matanya. Namun betapa terkejutnya dia ketika mengetahui kalau laki-laki yang sempat menarik perhatiannya beberapa menit yang lalu itu, kini telah duduk manis di sampingnya.
Maura mengangguk kikuk ketika laki-laki itu tiba-tiba tersenyum manis padanya. Sedetik kemudian, Maura rasanya ingin menghilangkan saat itu juga.
Biasanya perjalanan Jakarta-Mataram melalui udara bisa memakan waktu sekitar tiga jam. Maka selama itu, Maura memutuskan untuk mengistirahatkan sejenak badan serta pikirannya. Perlahan tapi pasti mata almondnya mulai terpejam. Tak butuh waktu lama perempuan itu akhirnya larut dalam mimpi.
Maura akhirnya terbangun ketika tak sengaja merasakan sedikit goncangan. Ternyata pesawat yang ia tumpangi berhasil mendarat di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Namun, ternyata ada satu hal lain yang membuatnya terkejut yakni sejak kapan kepalanya bersandar pada bahu lebar milik lelaki itu?
Maura kini sibuk meruntuki kebodohannya. Apalagi saat dia menyadari kalau kaos putih laki-laki itu terdapat sedikit noda air liurnya yang tertinggal. Tiba-tiba lelaki yang menjadi pusat perhatiannya tersebut mengerang seraya meregangkan otot-ototnya. Maka sontak saja Maura berpura-pura menyibukkan diri. Beberapa detik kemudian, lelaki itu akhirnya bangkit lalu seperti di awal, ia pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah katapun.
Kepergian lelaki itu membuat Maura akhirnya dapat bernapas dengan lega. Kini pesawat yang ia tumpangi sudah terparkir dengan sempurna. Maka segera mungkin perempuan itu bersiap meninggalkan tempat duduknya. Baru saja Maura hendak bangkit, tetapi tak sengaja netranya menangkap ada sebuah sketchbook yang tertinggal di bangku sampingnya.
Maura memang senang membuat sketsa desain baju karena memang itu adalah bagian dari pekerjaannya. Namun, ia berani bertaruh kalau buku itu bukan miliknya. Dipungutnya buku itu. Namun sayang, ia tak menemukan satu pun nama identitas pemilik buku tersebut.
"Nona, kita sudah sampai," kata Bu Dian kepadanya.
Maura terkesiap, lalu segera menyimpan sketchbook itu secara diam-diam. Perempuan itu yakin sekali kalau buku tersebut adalah milik laki-laki yang duduk di sampingnya tadi. Jadi, ia pikir mungkin Maura masih sempat mengejarnya. Hitung-hitung hal ini sebagai bentuk permintaan maafnya atas sikapnya yang kurang sopan ketika di pesawat tadi.
"Ayo," ajak Maura pada sekertaris pribadinya itu. Maka dengan sigap Bu Dian segera mengikuti langkah kaki atasannya.
Ketika Maura berhasil turun dari pesawat, ternyata keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya. Dirinya ternyata telah kehilangan jejak laki-laki itu. Akhirnya mau tak mau Maura harus menunda untuk mengembalikan buku itu.
=TBC=
Author's Note:
Hai, semua pembaca setiaku! Aku kembali lagi dengan cerita baru. Sesuai janjiku kemarin, aku bakal posting cerita baru di tahun baru ini. Semoga kalian senang dan menikmati ceritanya ya.Oh, ya. Bicara soal tahun baru, Selamat Tahun Baru ya semua! Semoga di tahun ini kesehatan dan keberuntungan tetap berpihak pada kita. Amiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Slept with My Office Boy?! | Wonpil Day6
RomanceBagaimana jadinya jika seorang OB menghabiskan malam yang sangat panjang dan penuh gairah dengan bosnya? Itulah yang terjadi antara Adit dan Maura. Berawal dari pertemuan yang tak terduga di dalam pesawat menuju Pulau Lombok. Hingga takdir membuat m...