Seusai kepulangan Maura dari Lombok, ia memilih beraktivitas kembali seperti biasa. Pergi bekerja pada pagi hari dan pulang ke rumah pada larut malam. Perempuan itu memang sengaja menyibukkan diri dengan menyelesaikan beberapa desain baju yang memiliki tenggat waktu kurang dari satu bulan. Kebetulan musim panas sebentar lagi datang. Jadi, kali ini dia tidak mau ketinggalan untuk menyiapkan koleksi baju-baju musim panas yang kemungkinan terlihat trendy.
Sayangnya kalau boleh jujur, hal tersebut hanyalah alasan dia semata. Sebenarnya perempuan itu sedang ingin mencoba lari dari permasalahan. Setelah kembali ke Jakarta, Maura benar-benar bertekat untuk mengubur dalam-dalam kenangan manis maupun pahit selama di pulau tersebut.
Namun malang, bukannya lupa, perempuan itu malah merasa hampa. Seakan ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Ini aneh sekali, padahal sebelum berangkat ke pulau Lombok, Maura merasa baik-baik saja. Ada Papi dan Mami selalu memberinya dukungan penuh di setiap perjalanan karirnya. Ada Bu Dian yang selalu siaga membantu serta berdiri di samping perempuan itu. Namun, Maura tetap saja selalu terlihat murung.
Bayang-bayang Adit masih menghantuinya. Hingga tak dapat ia pungkiri kalau perempuan itu masih memikirkan cinta satu malamnya tersebut. Bahkan sampai saat detik ini. Setiap hal kecil yang terjadi di sekitarnya, entah mengapa selalu mengingatkan Maura pada laki-laki itu.
Contohnya saja sama seperti saat ini, ketika sedang berkeliling sembari melihat-lihat keadaan salah satu pusat pembelanjaan yang ia kelola. Maura tak sengaja melihat bayangan Adit yang sekilas lewat di depan matanya.
Awalnya perempuan itu ingin memastikan kalau laki-laki itu apakah benar-benar orang yang ia maksud atau bukan. Namun, buru-buru Muara menyadarkan diri jika hal tersebut tidak mungkin terjadi. Mungkin ia hanya berhalusinasi saja.
Oh, ayolah! Bukankah dunia ini begitu luas? Jadi, sangat tidak mungkin kalau semesta akan mempertemukan mereka kembali. Maura percaya kalau benang merah yang menghubungkannya dengan lelaki itu telah putus dan berakhir sebelum ia memutuskan kembali ke kota ini tanpa mengucap kata perpisahan.
"Jadi bagaimana, Nona?"
Suara halus dari sekertarisnya tersebut dalam sekejap membuyarkan lamunan panjang perempuan berambut panjang serta bergelombang itu. Beberapa detik kemudian, Maura menghela napas panjang saat sadar kalau mendapati dirinya tengah memikirkan lelaki itu untuk kesekian kalinya.
Sedangkan di hadapannya kali ini, telah berjajar Bu Dian beserta seluruh kepala supervisor toko yang tengah menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya. Maklum saja, baru pertama kali mereka menjumpai atasnya yang terlihat sedang tidak fokus ketika sedang bekerja.
"Ah! Maaf, kalau gitu begini saja, kita mulai perilisan koleksi musim panasnya minggu depan. Jadi, saya mau baju di manekin-manekin itu diganti dengan wajah dari koleksi utama kita," jawab Maura memberi perintah.
Setelah mendengar arahan dari atasannya, seluruh kepala supervisor tersebut lantas mengangguk secara berbarengan. Pada detik selanjutnya Maura memutuskan untuk mengakhiri rapat kecil pada siang hari itu.
Kini masing-masing dari mereka langsung membubarkan diri dengan teratur, hingga menyisakan Bu Dian yang masih menatapnya dengan ekspresi yang sama. Seakan tahu arti dari tatapan itu, Maura hanya membisikkan kalimat yang menerangkan bahwa ia baik-baik saja.
***
Sekembalinya Maura dari acara mengelilingi pusat pembelanjaan, ia memutuskan istirahat sejenak di dalam ruangannya. Baru beberapa detik perempuan itu mendaratkan pantat pada kursi putar, tiba-tiba ponselnya bergetar. Buru-buru ia meraih benda pipih yang sebelumnya ia geletakan begitu saja di atas meja. Namun ketika tahu siapa pelaku penelpon tersebut, dia langsung kehilangan mood-nya. Akhirnya tanpa basa-basi, Maura cepat-cepat menolak panggilan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Slept with My Office Boy?! | Wonpil Day6
RomansaBagaimana jadinya jika seorang OB menghabiskan malam yang sangat panjang dan penuh gairah dengan bosnya? Itulah yang terjadi antara Adit dan Maura. Berawal dari pertemuan yang tak terduga di dalam pesawat menuju Pulau Lombok. Hingga takdir membuat m...