Bab 2 | Sunrise and Her

81 7 0
                                    

Hari pertama di Mataram, Maura sibuk mempersiapkan peragaan busananya. Perempuan itu selalu turun tangan dalam menangani segala urusan pekerjaannya. Baik itu mengabsen satu persatu model yang akan dipakai untuk peragaan kali ini, mengecek kembali kondisi kostum satu persatu, hingga mengarahkan beberapa staff lain apabila ada sesuatu yang menurutnya kurang.

Menjelang malam, acara peragaan busana itu akhirnya dimulai. Sebagai permulaan, seorang model perempuan muncul dengan mengenakan dress selutut bercorak bunga warna-warni melenggang cantik di atas catwalk. Maka sontak saja cahaya dari jepretan kamera langsung mengabadikan momen tersebut. Bahkan seluruh pasang mata tamu undangan kini juga ikut melihat desain baju itu dengan tatapan penuh rasa kagum.

Acara berlangsung tak hanya sampai di situ saja. Di belakang model tersebut juga disusul model-model lain yang mengenakan busana dengan tema yang sama. Jika kita perhatikan secara keseluruhan warna busana yang mereka kenakan terlihat cerah. Hal tersebut sesuai dengan tujuan diadakan peragaan busana kali ini adalah untuk menunjukkan koleksi musim panas terbaru dari brand fashion milik Maura sendiri.

Acara kemudian ditutup dengan sambutan dari Maura selaku desainer utama pada malam itu. Setelah semua rangkaian acara berakhir, Bu Dian menawarkan diri untuk menemaninya jalan-jalan. Sebab wanita itu sempat memergoki sang atasan yang tampak tertarik dengan kerlap-kerlip lampu di pinggir Pantai Senggigi.

"Tidak, Bu. Saya lelah, kita istirahat saja di hotel," tolak perempuan itu dengan nada lesu. Bu Dian bisa memaklumi, karena setelah menempuh perjalanan jauh, atasannya itu langsung terjun mempersiapkan acara peragaan busananya. Jadi, tak heran kalau dia terlihat lelah sekali.

Setelah tiba di kamar, Maura tak langsung merebahkan tubuhnya. Melainkan kini dia sibuk mengeluarkan barang-barangnya. Niat hati ingin mencari pakaian tidur yang nyaman. Namun, entah mengapa dia malah menemukan sketchbook milik laki-laki tadi.

"Kenapa aku menyimpan ini? Padahal belum tentu aku bisa mengembalikan buku ini pada pemiliknya," gumam Maura.

Sedetik kemudian perempuan itu mengedikan kedua bahunya. Segera ia meraih setelan baju tidur, lalu bergegas pergi mandi.

***

Setengah jam kemudian, Maura akhirnya bisa menyelesaikan ritual bebersihnya. Kini saatnya perempuan itu pergi tidur. Namun baru satu jam ia terlelap, tiba-tiba tubuhnya tampak menggeliat dengan gelisah. Titik-titik keringat dingin juga mulai bercucuran di dahinya.

"Tidak.. jangan.. jangan lakukan itu.. TIDAK!"

Maura terlonjak kaget. Sekarang posisi berubah menjadi duduk di atas kasur. Setelah menyadari kalau barusan dia hanya bermimpi buruk, perempuan lantas menghela napas panjang. Disibakkannya poni itu ke belakang seraya mendesah panjang.

Saat ini Maura tampak bergetar ketakutan. Namun, perempuan itu mencoba berusaha untuk menenangkan pikiran dan membuang jauh-jauh bayangan mimpi buruk itu. Sedetik kemudian tatapan tak sengaja mengarah pada segelas air putih yang selalu ia taruh di atas meja nakas dekat tempat tidurnya.

"Nggak papa, Maura. Itu hanya mimpi buruk," ucapnya menenangkan diri sesaat setelah menegak air putih itu. Sebelah tangannya kini sibuk menepuk pelan dadanya yang masih berdebar dengan keras.

Setelah dirasa mulai membaik, Maura lantas merebahkan tubuhnya di atas kasur kembali. Matanya kini ia paksakan terpejam. Namun, entah mengapa rasa kantuk itu tak kunjung datang.

Maura menatap jam yang tertera di layar ponselnya. Ternyata waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi. Perempuan itu tampak sedang menimang-nimang sesuatu. Hingga pada akhirnya ia memutuskan turun dari tempat tidur.

Sebelum Maura keluar dari kamarnya, tak lupa dia meraih swaeter tipis berwarna putih untuk ia kenakan. Maura tahu kalau udara pantai pada dinihari seperti ini cukup dingin. Namun, entah mengapa dia malah memilih sweater tipis itu untuk melindungi tubuh yang kurusnya.

Setelah berhasil mengunci pintu kamar, Maura lantas berjalan setenang mungkin. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara apapun. Sebab perempuan itu juga tidak mau menganggu waktu istirahat orang lain.

Maura keluar dari hotel, lalu berjalan menuju bibir pantai. Entah mengapa angin pantai membuatnya tertarik dan mengundang perempuan itu untuk duduk di atas pasir. Selagi ia menikmati angin pantai yang menampar pelan wajahnya, pikiran perempuan itu tengah sibuk berkelana entah ke mana. Kini Maura melamun sembari menunggu matahari terbit dari ufuk timur.

***

Di sisi lain, seorang laki-laki tampak tengah sibuk memasukkan alat perangnya ke dalam tas. Biar kita jelaskan lebih rinci. Alat perang yang dimaksud di sini adalah bukan senjata tajam seperti pistol, peluru, atau semacamnya. Melainkan dia membawa serta kuas, cat, serta kanvas.

Sebut saja dia seorang pelukis. Kali ini target lukisannya adalah pemandangan sunrise di pinggir pantai. Sebenarnya si pelukis itu sudah lama jatuh cinta dengan pulau ini. Namun karena kesibukannya, ia baru bisa menikmati liburan di pulau yang terkenal dengan mutiara cantiknya ini.

Setelah dirasa tidak ada barang yang tertinggal, pelukis itu lantas bergegas keluar dari kamar hotel. Ia lalu berjalan menuju bibir pantai. Setelah menemukan tempat yang pas untuk menggelar alat perangnya, lelaki itu lantas melirik jam yang terpasang di tangannya. Ternyata masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi.

Demi membunuh waktu, pelukis itu mengedarkan pandangannya. Hingga sedetik kemudian netranya tak sengaja menangkap sosok perempuan cantik yang tengah duduk termenung sendirian di bibir pantai. Awalnya dia dibuat merinding karena sempat mengira kalau sosok itu adalah perempuan jadi-jadian, alias hantu perempuan berambut panjang. Apalagi perempuan itu juga mengenakan pakaian serba putih. Namun ketika tahu kalau dia benar-benar menapakkan kakinya di atas tanah, maka si pelukis merasa lega.

Tanpa sadar tangan pelukis itu bergerak menorehkan cat di atas kanvas putih. Bukan pemandangan matahari terbit yang ia harapkan. Melainkan kini ia malah punggung perempuan itu yang menjadi objek utama dari lukisannya.

Pelukis itu terus melakukan kegiatannya dalam diam. Hingga ia akhirnya tersenyum bangga saat berhasil memberikan goresan terakhir pada lukisannya. Namun, pada detik itu juga pelukis tersebut lantas terbangun dan tampak sedang mencari-cari seseorang. Ternyata perempuan tadi tiba-tiba menghilang entah ke mana. Akhirnya pelukis tersebut memutuskan untuk berkemas dan mengakhiri kegiatannya.

=TBC=

I Slept with My Office Boy?! | Wonpil Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang