Nb :
Sebelum baca, aku mau mengingatkan kalau bab ini kalimatnya sedikit vulgar. Maklum guys, aku udah kasih tanda kalau cerita ini emang mengandung unsur dewasa.Seperti yang Adit katakan saat mengajak Maura berkeliling pulau, ia akan mengantar tamu tour-nya ke manapun. Termasuk mengantar perempuan itu kembali ke hotel. Terbukti kini keduanya tengah berjalan beriringan melewati lorong hotel yang tampak sepi. Hingga tak berapa lama kemudian mereka pun sampai di tempat tujuan.
Maura menghentikan langkahnya, begitupun juga dengan laki-laki itu. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, ia langsung membuka kunci kamarnya. Baru saja tungkai kakinya selangkah memasuki kamar bernuansa minimalis itu. Namun, sedetik kemudian ia malah membalikkan badannya. Hingga kini keduanya saling berhadapan.
"Kenapa?" tanya Adit saat mendapati raut wajah Maura yang tampak ingin mengatakan sesuatu.
"Makasih, untuk hari ini."
Adit menganggukkan kepalanya. Selanjutnya ia memberi kode supaya Maura cepat-cepat menutup pintu dan beristirahat. Namun sayang, sepertinya perempuan itu masih enggan beranjak pergi.
"Ada apa lagi?"
Lagi-lagi ekspresi penuh keraguan tergambar jelas di wajah perempuan bermata almond tersebut. Pintu kamar sengaja ia biarkan terbuka setengah, sehingga Adit bisa mengintip sedikit isi ruangan berukuran suite room itu dari luar. Kedua tangan Maura sibuk menggenggam erat daun pintu, sebelum akhirnya ia memantapkan diri.
"Kamu nggak nyadar kalau punya hutang ke aku?"
Pertanyaan Adit akhirnya dijawab dengan pertanyaan pula oleh perempuan itu.
"Apa?" jawab Adit dengan muka polosnya. Sebab yang ia tahu kalau dia tak pernah berhutang apapun pada perempuan itu.
Maura mendengkus sebal seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kamu belum jawab pertanyaanku!" seru perempuan itu seraya mengerucutkan bibirnya lucu.
Baru saja Adit ingin bertanya kembali perihal pertanyaan apa yang belum ia jawab, sehingga Maura menganggapnya sebagai hutang yang harus dibayar saat ini juga. Namun, sekelabat kejadian di pantai tadi akhirnya berhasil mengingatkannya.
Bukannya merasa bersalah, lelaki itu malah tertawa geli.
"Kenapa ketawa?" tanya Maura dengan menaikkan sebelah alisnya ke atas. Tampaknya ia merasa tersinggung karena Adit menganggap pertanyaannya sebagai lelucon. Padahal sepanjang perjalanan pulang, perempuan itu terus dibuat penasaran dengan jawaban yang akan Adit utarakan.
Oh, ayolah! Maura hanya ingin mendengar jawaban dari sudut pandang seorang laki-laki saja. Dia tak bermaksud penasaran dengan kehidupan pribadi laki-laki itu.
"Kamu anggap itu sebagai hutang yang harus dibayar sekarang?" tanya Adit balik sesaat setelah ia berhasil menghentikan suara tawanya.
"Tentu saja!"
Maura berseru karena tak terima jika kalau Adit mempermainkannya kali ini.
Di lain sisi, lelaki berponi panjang hampir menutupi mata namun ikal itu tiba-tiba menyunggingkan senyuman termanisnya. Bahkan saking manisnya, sampai-sampai perempuan manapun pasti langsung terpikat olehnya. Contohnya seperti yang dialami Maura sekarang.
"Aku bukan orang yang seperti itu," ungkap Adit terlihat sangat meyakinkan. Sebelah tangannya mengusap lembut puncak kepala si puan tanpa permisi.
Rasa kesal karena sedari tadi Adit hanya membuang banyak waktu berharganya, kini semua itu langsung sirna seketika. Hampir saja Maura terlena dengan rayuan maut lelaki itu. Namun, beruntung dia bisa cepat-cepat menguasai diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Slept with My Office Boy?! | Wonpil Day6
RomansaBagaimana jadinya jika seorang OB menghabiskan malam yang sangat panjang dan penuh gairah dengan bosnya? Itulah yang terjadi antara Adit dan Maura. Berawal dari pertemuan yang tak terduga di dalam pesawat menuju Pulau Lombok. Hingga takdir membuat m...