Maura merebahkan badannya sesaat setelah ia mengunci kembali pintu kamar. Perempuan itu baru saja pulang dari butiknya. Tadi memang ada sedikit kendala di sana. Namun, sekarang semuanya sudah beres dan butik tersebut siap dibuka pada esok hari.
Baru saja Maura hendak beranjak turun untuk membersihkan diri. Namun, tiba-tiba satu panggilan masuk berasal dari ponselnya. Akhirnya dengan langkah gontai, perempuan itu lantas mendekati nakas yang letaknya di samping tempat tidur. Karena terlalu malas ia pun langsung mengangkat telepon tersebut, tanpa melihat siapa pelaku penelpon tersebut.
"Selamat malam, Nona Maura," sapa seseorang di seberang sana.
Maura mengernyit alisnya saat suara laki-laki asing menyapa rungunya. Lelaki itu seperti sengaja menirukan cara bicara Bu Dian. Namun, Maura tahu pasti kalau ini bukan suara sekertarisnya.
"Anda siapa?" tanya Maura dengan nada sedingin mungkin. Sebab dia tipikal orang yang tidak suka membuang-buang waktu untuk menerima telepon iseng.
Bukannya menjawab seseorang tersebut, malah terkikik geli. Hingga membuat perempuan itu merotasikan kedua bolanya malas.
"Kamu pasti sibuk sekali hari ini, sampai-sampai tidak sempat menyimpan nomorku."
Maura semakin penasaran siapa sebenarnya lelaki ini. Secepat mungkin otaknya berputar sembari mengingat-ingat kembali kejadian hari ini. Hingga sedetik kemudian perempuan itu akhirnya menyadari sesuatu.
"Kamu?" serunya setengah kaget. Maura tahu siapa yang menelponnya sekarang. Namun, ia baru menyadari kalau mereka belum sempat berkenalan tadi. Jadi, dia tidak tahu nama lelaki ini.
"Sudah ingat sekarang?"
Maura bergumam sekilas.
"Maaf, aku tidak tahu namamu. Aku baru sadar kalau kita belum sempat berkenalan tadi."
Lelaki itu kembali tertawa. Hingga membuat Maura mengerucutkan bibirnya. Dia tahu kalau orang ini pasti menertawakan kebodohannya.
"Jangan tertawa!" hardik perempuan itu. Namun, sepertinya percuma saja karena lelaki tersebut semakin gencar untuk menggodainya.
"Kenapa? Bukankah itu lucu?"
Maura mendengkus sebal. "Aku beneran lupa tadi, karena terlalu terburu-buru," jelasnya.
"Bagaimana dengan urusan pekerjaanmu? Apakah sudah beres?"
"Ya, tadi ada sedikit kendala. Tapi semuanya sudah teratasi."
"Bagus, berarti kita bisa jalan-jalan dengan tenang besok."
"Iya, mau jam berapa?" balas Maura terdengar antusias. Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi bersemangat ketika diajak berkeliling pulau dengan laki-laki itu. Padahal beberapa jam yang lalu dia sempat menjaga jarak karena mereka baru saja kenal.
"Sebisamu saja. Sepertinya jadwalmu lebih sibuk daripada aku."
"Bagaimana kalau siang?"
Maura menawarkan agar mereka bertemu di siang hari. Sebab pada pagi harinya, ia harus menghadiri acara pembukaan butik terbarunya.
"Baiklah, aku tunggu di lobby hotel, bagaimana?"
"Kamu menginap di mana?" tanya perempuan itu. Barangkali letak hotel mereka tidak terlalu jauh.
"Sunrise Hotel. Kamu sendiri?"
"Oh, sama dong!"
Tanpa disangka-sangka ternyata mereka menginap di hotel yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Slept with My Office Boy?! | Wonpil Day6
RomansaBagaimana jadinya jika seorang OB menghabiskan malam yang sangat panjang dan penuh gairah dengan bosnya? Itulah yang terjadi antara Adit dan Maura. Berawal dari pertemuan yang tak terduga di dalam pesawat menuju Pulau Lombok. Hingga takdir membuat m...