"Ingat yang aku ajarkan, jangan ragu!"
Pip
Telepon genggam itu turun dari telinganya, ia berada di kamar luas dengan jendela yang menghadap ke pusat kota. Gemerlap lampu dari bangunan lain terlihat seperti bintang.
"Sssh, dadaku sakit sekali. Rasanya berdebar sampai ingin lepas dari tempat nya." Ucapnya sembari menekan bagian dadanya.
Telinga nya dengar suara pin yang di tekan, tak lama pintu terbuka. Masih setia diam walau angin malam semakin menusuk ke tulang, hingga ia berbalik temukan sosok tinggi dengan kemeja hitam yang di gulung hingga siku.
Matanya setajam elang, dengan mole kecil. Juga bibir bawah plum. Jika boleh jujur, pria di depannya begitu tampan. Dua menit ia terpana sejenak, tak sadar jika kini pinggangnya di rengkuh.
"Menunggu ku?"
Tangan besar itu menangkup pipi gembil yang sedari tadi ingin ia sentuh, mengusapnya pelan ia bawa wajah itu agar mendongak.
Hyunjin kecup singkat bibir dengan pelembab rasa strawberry itu, "manis."
Lixie bisa rasakan kedua pipinya memanas, persis seperti tomat yang siap untuk di panen. Buat yang lebih tinggi terkekeh kecil mengangumi figure cantik di depannya.
Tangan Lixie yang semula menahan dada bidang itu perlahan naik keatas, mengalung indah kali ini ia yang mengawali ciuman. Dengan sedikit berjinjit untuk raih bibir plum itu.
Kepala mereka bergerak berlainan arah, menikmati ciuman di bawah sinar rembulan. Hyunjin hisap bibir bawah atas itu bergantian, lidahnya terjulur balas lumatan si manis.
Saling menghisap lidah satu sama lain. Tangan Hyunjin yang semula bertengger di pinggang beralih pada dua bulat padat di bawah sana, meremasnya gemas seperti squishy.
Mmhh
Lenguhan tercipta kala ciuman itu terlepas, Lixie semakin menengadah kala lidah itu susuri cuping juga lehernya.
Tanpa melepas ciumannya, tubuh Lixie ia bawah ke atas ranjang. Matanya tatap wajah memerah malu itu, nafas keduanya memberat. Hyunjin tenggelam kan wajahnya pada ceruk leher Lixie, sesap kulit putih itu hingga memerah.
Lixie memejam, kala tangan hangat itu masuk membelai kulitnya, menyusuri dari perut hingga berhenti di dada. Bibirnya ia gigit kecil.
Sreet
Hyunjin diam di tempat nya, rasakan dingin di lehernya.
"Ja-jangan bergerak!"
Hyunjin tegak kan tubuhnya, masih dengan benda tajam yang menyapa leher.
Lixie menatap takut, ini bukan yang pertama kalinya. Namun, melihat pria di depannya yang telihat begitu tenang dengan senyum miring di bibirnya buat ia ragu.
Tubuh kecil itu berusaha bangkit, masih dengan menunjukkan pisau tajam ke arah pria di depannya.
Hyunjin hanya diam memperhatikan, sampai akhirnya pria manis itu tiba di pintu.
"Terimakasih untuk uangmu, Tuan." Ucap Lixie di akhiri senyuman lebar hingga menenggelamkan mata nya.
Brak
"Tipuan yang bagus, Kim Taehyung." Ucap Hyunjin, ia terkekeh lalu menyeka lehernya yang terasa perih.
Ada darah yang menetes kecil disana.
Tubuhnya ia bawa berlari, hingga tiba di ruang khusus staff.
"Hhaa hh.."
"Pria itu menyeramkan."
Lee Felix, atau mungkin lebih di kenal Lixie itu segera menghapus make up nya. Ia mengirim pesan singkat sebelum benar-benar pergi meninggalkan bar.
Bunny Hyung
Hyung, aku sudah selesai. Kabari kapan aku harus kembali lagi.
Masih dengan tubuh yang saling tertaut, getaran ponsel di nakas buat ia berhenti bergerak.
"Ssh, why Baby?"
Taehyung mengerang kesal kala tubuh itu berhenti bergerak, menyisakan sesak di bagian bawah sana.
"Sebentar, bayiku mengirim pesan."
Mengusak surainya ke atas, Jungkook tersenyum membaca isi pesan itu.
"Kau harus bayar Felix lebih banyak untuk ini." Ucapnya setelah melempar ponsel entah kemana.
"Yeaah, whatever all you want. Hhh.."
Lagi, kedua tubuh itu bergerak resah. Timbulkan bunyi nyaring kulit saling bertabrakan, mencari nikmat hingga tak kenal hari esok.
"Hyung, aku mencari mu." Jeongin yang sudah kelabakan takut di tinggalkan sendiri itu menghampiri Hyunjin.
"Ayo pulang!"
Tak ingin berdebat, Jeongin ikuti langkah kakaknya. Bisa ia lihat betapa suram nya wajah itu.
Sepertinya ada pekerjaan yang menganggu Hyunjin Hyung.
—
Mendorong pintu besi itu, Felix akhirnya merebahkan tubuhnya di kasur. Sesekali menggeliat kecil, besok ia sudah kembali masuk kampus setelah liburan musim panas.
Drrrt
Transfer dari rekening Kim Taehyung sebesar $8000
"Omo."
Felix menatap tak percaya, ini gaji pertama nya bekerja di bar itu. Dan pria tadi adalah pelanggan kedua nya, jika yang sebelumnya tanpa sengaja ia buat cedera sehingga berakhir bar mengganti kerugian. Kali ini ia dapat gaji yang di luar perkiraan.
"Jika begini, aku bisa ikut ujian juga kelas yang lain." Ucapnya senang.
"Yeeaay.."
Felix berjingkrak senang, berguling di atas kasurnya yang tipis.
"Hhaa, untuk sekarang aku harus membayar flat ini untuk 6 bulan ke depan."
Felix merebahkan tubuhnya dengan ponsel yang ia genggang di dada. Untuk pertama kalinya ia tidak usah memikirkan harus bekerja apa untuk cicilan bulan depan ataupun untuk kehidupan yang akan datang.
Bekerja di bar, tidak begitu buruk.
01-01-24
Don't forget support me🤍🤍 tap vote and comment 🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave (HiF Season II)
Fanfictionorang bilang, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi pria dengan surai hitam itu menyangkalnya. Hwang Hyunjin berusaha sekeras mungkin untuk menghindari perpisahan nya dengan pria manis dengan surai pirang yang hampir sebahu. Lee Felix.