Bagian 14

53 7 0
                                    

Rino menarik dasi yang mencekik lehernya, rasanya ingin membanting semua yang ada di dalam kamarnya. "Argg, Hyunjin!"

Kepala nya sakit, sudah 1 minggu ia menghandle perusahan. Belum lagi job nya yang menjadi Dokter spesialis, "kepala ku." Bisiknya, Rino marebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

Pria itu mengambil remot tv, menekannya. Tampilan layar hitam itu menampilkan berita terkini.

Breaking News

Mayat kembali di temukan, di daerah Distrik 9. Di identifikasi seorang gadis berusia 24 tahun, berinisial MN seorang mahasiswi dari Fakultas JYP.

Rino meringis kala melihat gambar-gambar yang di tampilkan berita itu, "sial. Bajingan gila."

Rino mengambil laptop nya, mencari berita terbaru yang baru saja tampil di tv.

"Anak dari presdir perusahan SMou?" Bisiknya pelan.

Itu adalah perusahaan yang menjadi pesaing perusahaan keluarga nya, karena itu lah Rino begitu sibuk di kantor.

Rino mengetuk jarinya di bibir, apalagi mengingat Hyunjin yang sudah tidak ada pulang. "Bocah itu, jangan-jangan?"

Brak

Brak

Brak

"Hyung, Rino Hyung!"

Rino terperajat kaget, ia membuka pintunya yang di pukul brutal. "Apa-apanya Jeongin?!"

"Hyunjin Hyung, dia berdarah, banyak sekali." Ucap Jeongin dengan suara takut.

Rino keluar dengan tergesa-gesa, bisa ia lihat Hyunjin terduduk di ruang tamu. Tidak bisa di katakan baik, "ya Tuhan, Hyunjin apa yang terjadi?"

"Jeo bantu aku, pindahkan ke ruangan ku."

Jeongin juga Rino membopong tubuh itu memasuki ruangan lab yang memang ada di mansion.

Tubuh itu di baringkan dengan hati-hati.

"A-argh, Hyung pelan-pelan." Gumam Hyunjin pelan, kesadarannya masih ada walau setipis benang.

Rino menyuruh Jeongin menelpon dokter pribadi keluarga mereka, ia dengan sigap melakukan pertolongan pertama untuk sang adik.

"Kau berhutang banyak, Hwang Hyunjin." Desis Rino kesal.

Hyunjin hanya terkekeh samar, tahu sekali apa yang ada di pikiran sang Kakak.

—Hyunjin berdecak kesal, "jangan katakan apapun, tutup saja mulut mu!"

Sambungan telepon itu sengaja ia putus sepihak, Hyunjin kembali memeluk Felix dari belakang.

Sedangkan yang di peluk hanya diam seribu bahasa, antara takut dan bingung.  Felix menatap hamparan pohon pinus yang menjulang dari jendela, mereka kini duduk menghadap ke depan jendela.

"Hmm.. Lixie, Lixie.."

Hyunjin terus bergumam kecil, menggerakkan tubuhnya ke kanan juga kiri dengan riang.

"T-tuan?"

Felix mencicit, ia sungguh sudah tidak nyaman.

Hyunjin melepaskan pelukan nya, menarik Felix hingga menghadap ke arahnya. "Felix, Hyunjin." Ucapnya setelah menunjuk ke arah Felix lalu kearahnya sendiri.

"Kau bisa memanggilku dengan nama saja, Hyunjin. Itu terdengar lebih manis." Ucapnya dengan senyum, mata itu melengkung sipit.

Felix menelan ludah gugup, "Hyunjin, b-boleh aku pulang?"

Leave (HiF Season II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang