Rino pria itu menyimpan gitarnya setelah bernyanyi di depan anak-anak penyidap kanker, untuk menghibur nya.
Sebentar lagi ia akan memasuki fakultas kedokteran dan tentu atas keinginan nya sendiri.
Matanya melirik ke arah sang adik yang tak jauh dari nya, mata kelincinya membola kala melihat Hyunjin mencium anak di depannya, "yak apa-apaan bocah itu?"
"Hyunjin ayo cepat!" Teriaknya nya.
Rino bersidekap, menjewer telinga Hyunjin kala anak itu tiba di depannya. "A-akh Hyung!"
"Apa yang kau lakukan pada anak itu?"
"Huh? Hanya ciuman, Eomma bilang ciuman itu karena menyukai seseorang." Ucap Hyunjin dengan bibir mencucu, ia suka anak tadi. Lucu dan cantik.
Rino menarik Hyunjin pergi dari sana, matanya tak jelas melihat wajah anak tadi. "Tidak boleh, itu tidak sopan."
"Huh, baiklah. Maaf Hyung." Hyunjin memandang kakinya, merasa bersalah.
Mereka berdua pulang, bersama supir. Hyunjin kesana ikut di periksa karena sedikit flu, sekalian saja karena Rino yang berkunjung untuk sekedar bernyanyi.
Perjalanan begitu sunyi, Rino melirik sekilas keluar jendela.
"H-yung, HYUNG!"
Hyunjin dengan cepat memeluk Rino, kala mobil merah itu menghantam ke arah mobil mereka yang sedang diam karena lampu merah.
Tabrakan itu membuat sekitar riuh, apalagi melihat mobil yang di tumpangi Rino terbalik berulang kali.
Rino terpental keluar mobil, matanya mengerjap karena tak jelas. "Hyunjin, Hyun."
BRAK
Manik Rino bergetar, air mata turun begitu saja. "Tidak."
Sirine ambulance memecah keramaian, korban kecelakaan itu 5 orang. Di bawa menuju rumah sakit terdekat untuk di tangani.
Masih dengan mata berkunang-kunang, juga kepala yang sakit Rino terus memanggil nama adiknya.
Rino menggelengkan kepalanya kala mengingat kejadian waktu itu, ia masih mengendarai mobil.
Kantornya kosong, kali ini Rino harus menuju tempat yang paling tak ia suka. Ruang bawah tanah, tempat Hyunjin mengelola bisnis gelap nya.
"Tuan Rino?"
Itu Heesung, menatap bingung kakak Tuan Hyunjin. Tumben sekali datang ke tempat ini.
"Dimana adik ku?" Ucap Rino, pria itu berjalan semakin jauh kedalam bangunan itu.
Ruang bawah tanah yang di maksud Rino adalah sebuah kasino paling besar di Asia, matanya menatap remeh orang-orang yang sedang bersenang-senang, "sial. aku muak sekali." Bisiknya.
Heesung mengikuti dari belakang, tepat di depan pintu berpoles emas 24 karat. Dengan siaga Heesung membuka pintunya, "anda bisa menunggu. Akan saya hubungi tuan Hwang."
Rino mengangguk, ia duduk di singgasana sang adik, bersandar dengan santai. "Hahh, anak itu benar-benar di luar nalar setelah mengalami kecelakaan."
Rino membuka laptop yang ada di sana, alisnya menyatu kala melihat rekaman cctv yang menampilkan seorang pria yang sedang ia cari, Felix Bangh.
"Hyunjin, kau sakit." Ucap Rino memegang pangkal hidungnya.
Bagaimana tidak? Semua rekaman kegiatan Felix terekam. Mulai dari bangun tidur, lalu makan, mandi pun terlihat dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave (HiF Season II)
Fanficorang bilang, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi pria dengan surai hitam itu menyangkalnya. Hwang Hyunjin berusaha sekeras mungkin untuk menghindari perpisahan nya dengan pria manis dengan surai pirang yang hampir sebahu. Lee Felix.