Heesung, pria itu menatap bingung. Satu-satunya toserba hanya ini, "tuan apa yang terjadi disini?"
"Ah, kasir sialan itu pergi entah kemana. Toko ku bahkan hancur lebur, sialan."
Pria tua itu terus berdecak, mulutnya tak henti mengumpati dengan kasar.
"Pak, cctv di toko mu. Bisa kami melihatnya?" Pria dengan seragam polisi mendekat, membuat pemilik toko itu mengusak kepala. "Tidak ada, cctv itu rusak."
Heesung pergi, menertawakan pria tua itu. Ia mengambil ponsel lalu mendial nomor Sunghoon, "brengsek tidak di angkat." Desis Heesung kesal.
"Yak kau mengerjai ku? Yang benar saja? Kasir yang kau maksud tidak ada. Tokonya sudah hancur."
Pria itu mengirim voice note, Sunghoon hanya membuang waktu berharga nya.
—
Jam menunjukkan pukul 3.40 dini hari.
Hyunjin memakai pakaian nya, serba hitam. Kali ini ia harus memakai pelindung peluru, karena lukanya belum benar-benar sembuh. "Kali ini seperti apa ya?"
Bibir tebal itu terkekeh kecil, keluarganya tak ada yang tahu jika Hyunjin bekerja sebagai pembunuh bayaran. Yang Rino juga Jeongin tahu, Hyunjin hanya menjadi bandar senjata tajam saja di pasar gelap.
Gedung-gedung pencakar langit sudah biasa, kali ini targetnya ada di dalam hutan.
Hyunjin menepikan motornya di bawah terowongan jalan, motor hitam yang menyatu dengan gelapnya terowongan begitu kontras.
Hyunjin memasang walkie talking nya, "halo. Dimana posisi mereka?""Sebelah barat daya, pabrik terbengkalai."
Hyunjin mengangguk paham, menyiapkan senjata nya. Sebuah Barrett M82 (USA) Senjata yang ia beli di pasar gelap AS.
Mampu menembak dengan jarak 1.800 m.
Hyunjin mulai memasuki hutan, tubuhnya begitu ringan berlari dengan hati-hati.
"Gelap sekali." Ucapnya, Hyunjin meraih kacamata inframerah. Agar bisa melihat sekitar dengan jelas.
Ssrak
Tubuhnya bersembunyi di balik pohon, suara patahan ranting yang di injak jelas memenuhi indra pendengarannya.
Hyunjin berjongkok, siap menarik senjatanya. Menyiapkan nya di antara bahu.
Kegelapan menjadi nilai plus untuk Hyunjin, ia lebih menjadi lebih peka terhadap lingkungan.
Hyunjin masih memperhatikan, sampai akhirnya ia lihat seseorang yang tengah berjalan terseok-seok.
Tangannya yang sudah siap dengan pelan menarik pelatuk.
"Mangsa pertama." Bisiknya sembari tersenyum miring.
Bruk
Dor
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave (HiF Season II)
Fanfictionorang bilang, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi pria dengan surai hitam itu menyangkalnya. Hwang Hyunjin berusaha sekeras mungkin untuk menghindari perpisahan nya dengan pria manis dengan surai pirang yang hampir sebahu. Lee Felix.