Bagian 11

74 17 3
                                    

Jeongin menatap serius layar laptop nya, giginya menggigit bibir bawahnya. "Hmmn.."

Brak

"Ah, anjing!" Jeongin tersentak kaget, menutup bagian bawahnya dengan kaos.

"Hyung!" Teriak Jeongin kesal, ia tengah berada di ruang game. Dan bodoh nya lupa mengunci pintu.

Jeongin itu sudah besar 20 tahun, jadi wajar saja kalo sesekali ia sangat berhasrat dan ingin menuntaskan nya sendiri.

Hyunjin menatap bingung, "kenapa kau emosi sekali?" Mata nya turun ke arah bawah. Hyunjin tersenyum miring, "apa yang kau lakukan Jeo?"

"Ah Hyung, pergi sana!"

Jeongin kembali menarik celana nya, sebelah tangannya yang sudah licin ia sembunyikan di belakang tubuh.

"Apa yang kau lihat, kenapa panik sekali sih?"

Bukannya pergi, Hyunjin semakin mendekat. Menatap penasaran laptop yang Jeongin tutup dengan kasar.

Jeongin memutar otak, kakaknya yang satu ini tidak boleh mengenal hal mesum. Cukup bekerja saja seperti orang gila.

Hyunjin memicing, alisnya terangkat menatap bagian bawah Jeongin yang mengembung.

"Ah baiklah, Hyung. Tapi jangan ceritakan pada Rino Hyung, nanti aku di pukuli sampai mati." Ucap Jeongin, tak tahan melihat wajah Hyunjin yang begitu penasaran.

Jeongin mengunci pintu, kakak tertua mereka belum pulang. Berarti masih ada waktu, "Hyung duduk disini!"

Di ruang game hanya ada satu sofa panjang dengan meja, Jeongin mengambil tisu lalu mengelap tangannya lebih dulu.

Hyunjin hanya diam, memperhatikan si adik.

"Ini pelajaran kedokteran Hyung—intinya kau hanya bisa melakukan ini saat istri mu nanti sedang hamil, trimester pertama." Ucap Jeongin gugup.

Jeongin menyimpan laptop nya di meja, kembali menyetel ulang video porn yang ia tonton.

"Lalu kenapa kau melakukannya sekarang? Kau belum menikah Jeongin." Ucap Hyunjin bingung.

Jeongin ikut duduk, memberikan satu earphone pada Hyunjin. "Aku hanya sedang praktek saja, harus membuat jurnal. Ssh dengarkan ini Hyung!"

"Jangan banyak bertanya!" Potong Jeongin melihat bibir itu hampir terbuka lagi.

Jeongin bersandar, sedangkan Hyunjin duduk dengan penasaran. Melihat sepasang pria yang sedang bercumbu, di dalam sebuah hotel.

"Apa pria itu jahat? Kenapa tidak di pukul saja. Bagaimana jika dia di makan hidup-hidup?" Ucap Hyunjin, wajahnya menahan gemas. Jika dia yang ada disana, ia akan memukul pria itu.

"Hh itu ciuman Hyung, bukan memakan orang hidup-hidup." Nafas Jeongin memberat, ia kembali mengeluarkan miliknya yang sudah berdiri, mengurutnya dengan pelan.

Hyunjin menatap Jeongin, ciuman apa? Bukankah ciuman hanya dua bibir yang menempel?

"Hh-ahh.."

Hyunjin kembali melihat Film, "Jeongin?"

"Lakukan seperti yang aku lakukan Hyung, ahh.. diam dan dengarkan saja suara di earphone."

Hyunjin merasa berdebar, bagian bawahnya menjadi sesak dan sakit. Ia menarik gesper nya lalu menurunkan celana dalam.

Ini pertama kalinya Hyunjin melihat miliknya jadi panjang dan sebesar ini, ia menyentuh nya. Mengikuti Jeongin, "H—hha.."

Hyunjin mengurutnya, kepalanya mendongak. Rasakan sesuatu yang baru, sensasi nikmat juga panas yang bersamaan.

Nafas keduanya bersahutan, Hyunjin masih melihat Film. Bibirnya ia gigit keras, apalagi melihat kedua pria itu sudah sama-sama telanjang juga saling mencubu.

"Ahh.. K-kak Ji—" Jeongin meracau, membayangkan si pelayan bar.

Hyunjin menatap kagum, suara kecipak kulit yang bersahutan juga milik pria itu yang keluar masuk lubang yang menampung batangnya. Bagaimana jika ia bersama Felix seperti itu?

Si kecil itu pasti tenggelam dalam pelukannya, menjerit-jerit keenakan seperti aktor di dalam film.

"Nghh .. ahh .."

Tubuh kakak beradik itu bergetar, sebelum akhirnya putih mereka menyemprot basahi celana juga baju.

Jeongin menoleh, "Hyung, ingat jangan ceritakan pada Rino Hyung!"

Hyunjin hanya mengangguk, rasanya enak sekali.

Bibirnya tersenyum kecil, membayangkan Felix.

Jeongin membersihkan miliknya yang sudah layu, melempar tisu kearah Hyunjin yang masih memainkan cairan kentalnya. "Hyung, itu jorok!"

"Aku penasaran dengan rasanya." Ucapnya sembari menyesap jari.

"Yak!"

Jeongin tahu, kakaknya itu istimewa. Semenjak kecelakaan beberapa tahun yang lalu, Hyunjin di bawa ke rumah sakit untuk terapi. Karena kelebihan obat yang di konsumsi bertahun-tahun membuat Hyunjin menjadi seperti ini.

Ia akan terlihat sangat baik, periang juga manis. Tapi, jika suasana hati nya buruk pria itu akan menjadi sangat pemarah, agresif juga tak segan untuk melakukan tindakan gila.

Alasan mereka tak melarang Hyunjin untuk berkeliaran di dunia bawah tanah adalah agar anak itu bisa mengendalikan emosi nya.

Hyunjin tak pernah di biarkan untuk dekat dengan lawan jenisnya. Tak membiarkan Hyunjin mengenal cinta dan rasa ingin memiliki. Hyunjin itu berbahaya, Rino pun mengakuinya.

"Hyung, Lixie itu siapa?" Ucap Jeongin penasaran.

Hyunjin menoleh, ia tersenyum kecil. "Seseorang."

Manik Hyunjin itu berwarna cokelat terang tapi ketika marah akan segelap hitam, wajah nya memerah malu ditatap intens oleh sang adik.

Jeongin mengangguk kecil, "Hyung yang dilakukan dua pria itu karena saling mencintai. Kau tidak boleh melakukan nya pada orang lain."

"Cinta?"

"Ya, seperti ibu dan ayah yang saling mencintai. Kau tidak boleh melakukan nya tanpa cinta." Jeongin menjelaskan dengan penuh penekanan.

"Jika aku mencintai dia, itu boleh?"

"Tidak, kalian harus saling mencintai." Tekan nya sekali lagi.

Hyunjin hanya beroh ria, ia merapikan pakaiannya lalu pergi begitu saja.

"Hasil pemeriksaan, Tuan Hyunjin."

Map cokelat itu Rino terima, ini ke tiga kalinya Hyunjin di bawa ke rumah sakit dalam sebulan.

"Tidak ada yang serius, traumatik nya sudah mulai stabil."

Rino mengangguk paham, "data anak yang ku minta waktu itu?"

"Oh, ada." Pria itu meraih tasnya, "ini."

Rino membuka nya, membaca riwayat kesehatan itu dengan teliti.

"Koma selama 3 tahun? Apa itu mungkin?" Ucapnya kaget.

Dokter itu mengangguk, "terdengar mustahil, tapi itu benar terjadi, saat itu ayah yang menangani nya."

Felix Bangh

22 tahun

Berarti sekarang usianya hampir sama dengan Jeongin, Apa Hyunjin mengingat anak ini?

Tapi melihat Hyunjin dan keadaan mentalnya sekarang, itu hal yang mustahil. Adiknya tak mungkin mengingat hal di masa lalu.

Rino takut, bagaimana yang dirasakan Hyunjin itu malah akan menyakiti anak malang ini?

"Aku harus pulang, firasat ku tidak enak." Ucapnya kecil.



Tobecontinue🍓

Leave (HiF Season II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang