Bagian 16

60 12 0
                                    

Cookies-cookies itu berserakan di atas menja pantry, Felix yang memang suka baking akhirnya kembali melanjutkan hobby nya.

Sunghoon yang melihat kue mengenaskan itu merapihkan nya, menata di dalam toples.

"Kenapa kau beberapa hari ini?" Ucapnya bingung.

Felix hanya melirik lewat sudut matanya, suasana hatinya sedang tidak baik. "Kemana dia? Apa sudah mendapatkan laki-laki lain, atau mungkin perempuan yang tinggi, cantik juga bertubuh ideal?" Ucapnya ketus.

Felix menekan adonan kue itu kesal, sesekali melempar nya ke atas meja pantry dengan penuh tenaga.

Sunghoon hanya meringis pelan, sepasang kekasih ini akan sangat mengerikan jika marah.

Total ada 10 toples yang sudah terisi penuh, oleh berbagai macam rasa. Sunghoon masih duduk memperhatikan Felix, jika di lihat pantas saja sang bos menginginkannya.

Walau tidak tinggi seperti Heesung, Felix terlihat kecil, pinggang nya mungkin hanya sejengkal jari saja. Sunghoon menyuap kembali cookies ke dalam mulutnya.

Matanya berkeliaran menatap tubuh Felix dari atas hingga bawah, apalagi di bagian bokong nya yang cukup berisi.

Sunghoon berjalan mendekat, menarik surai pirang itu untuk ia kuncir.

"Apa—" Ucapan Felix terhenti, kala merasakan ikatan di rambutnya.

Sunghoon menarik pelan rambut itu agar berkumpul untuk di ikat, "kau mau potong rambut?"

Felix menggeleng, "aku suka seperti ini."

Sunghoon hanya mengangguk, ia berjalan menjauh. Meninggalkan Felix sendiri di dapur.

"Ah sial, dia memang benar-benar punya daya tarik tersendiri. Hampir saja aku kehilangan akal sehat." Ucap Sunghoon memukul kepala sendiri.

Bibir itu tersenyum kecil, Felix suka. Sepertinya jika Hyunjin tak datang lagi, pria bernama Sunghoon itu bisa ia manfaatkan dengan baik.

.
.

"Hyung, kau belum sembuh!"

Jeongin mencoba untuk kembali membuat sang Kakak terbaring lagi, namun apa daya? Hyunjin itu keras kepala.

"Aku sudah sembuh, kau tidak lihat? Gunakan mata mu dengan benar!" Hyunjin melirik sinis, ia sudah berganti pakaian dengan Hoodie.

Jeongin memutar bola mata malas, "akan aku laporkan pada Rino Hyung."

Langkah Hyunjin terdiam di depan pintu, ia berbalik kesal. "Katakan sekali lagi!"

Jeongin balas menatap tajam, "akan aku laporkan pada Rino Hyung."

Batu bertemu batu, mereka berdua sulit untuk mengalah.

"Ak—hh.. S-sial."

"Apa yang kau lakukan? Kembali berbaring!"

Itu Rino datang sembari memukul punggung Hyunjin tanpa perasaan. "Hyung~"

Bisa di bilang, Rino itu pawang untuk Hyunjin. Anak itu hanya bisa mendengarkan perkataan Rino, "Hyung, aku sudah bosan di rumah sakit."

"Besok, bersabar sampai besok." Ucap Rino, ia mengambil sampel darah di tangan Hyunjin.

Jeongin yang merasa menang pun mengejek, "wlee.. Rino Hyung aku sudah harus ke kampus."

"Hmm pergilah, bayi ini aku akan mengurusnya sendiri."

"Hyung!"

"Hahaha, uuu aegi—yaa.." Ejek Jeongin sebelum benar-benar keluar.

Leave (HiF Season II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang