Dibalik kesedihan pasti ada sebuah kebahagian
-Cerita Nadheera-
Akmal Hattala Arkana, nama laki-laki kelahiran Jawa yang kerap kali dipanggil Akmal. Laki-laki berusia 25 tahun, yang berprofesi menjadi guru. Suatu pekerjaan yang dianggap mudah bahkan remeh, tapi nyatanya tidak semudah yang orang lain lihat. Ada banyak hal yang orang awan tidak tau tentang apa saja yang harus guru kerjakan. Jika biasanya orang awan hanya tau sebatas, datang ke sekolah mengajar lalu pulang. Sesimpel itu, yang terlihat.
Dia baru saja pindah dari kota kelahirannya, Jogyakarta. Saat ini dia menjadi pengajar di SMK Nusa 2 di Jakarta. Selama di sini, Akmal tinggal sendiri di rumahnya, rumah peninggalan kedua orang tuanya dulu. Namun, dia tetap sering mengunjungi Tante Mala, adik dari ibu yang merupakan keluarga yang dia miliki di sini.
"Hari ini kita mau sarapan apa?" tanya Akmal, dia mengacak rambutnya bingung saat membuka kulkas, hanya tersisa roti dan selai rasa coklat. "Makan aja yang ada, Mal. Roti sama selai juga makanan kok, nanti pulang ngajar baru belanja," ujarnya.
Karena sudah terbiasa tinggal sendiri, hal ini bukan masalah besar baginya. Akmal sudah dituntut mandiri sejak kedua orang tunya meninggal. Saat itu, dia baru masuk sekolah menengah. Dan sejak itu, dia hanya tinggal berdua dengan Nenek dari ibu.
Dan kini, dia kembali sendiri karena Neneknya sudah meninggal. Hal itu juga yang membuat Akmal memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Tinggal di Jogyakarta sendiri kurang nyaman, karena di sana banyak kenangan indah yang saat diingat terasa menyesakkan. Karena itu, dengan pindah Akmal berharap kenangan itu akan terus ada.
Akmal juga bukan tipe orang yang berlarut dalam kesedihan, karena dia yakin. Dibalik kesedihan pasti ada sebuah kebahagian yang tak pernah disangka-sangka sudah menanti.
Seperti saat ini, senyum bahagia terlihat jelas di wajah Akmal. Bahkan sejak semalam, senyum terus terpatri di wajah tampannya. Gadis yang diam-diam dia kagumi kini sudah menjadi calon istrinya, walau masih calon. Rasa syukur tak henti-hentinya dia ucapkan dalam hati, sejak hari itu. Dia berdoa semoga apa yang dia pilih adalah jalan yang benar dan Allah beridhoinya.
"Astaghfirullah, sudah jam setengah tujuh ternyata. Harus berangkat sekarang biar nggak telat." Akmal kaget saat melihat jam yang melingkar di tangannya. Dia langsung bergegas berangkat ke sekolah. Akibat melamun di pagi hari, membuatnya lupa waktu. Dzikir terus Akmal ucapkan lirih sepanjang jalan. Dia berharap dapat datang tepat waktu, karena hari ini memiliki tugas piket.
"Assalamualaikum," salam Akmal pada Pak Tono, satpam sekolah. Mereka sudah akur sejak hari pertama Akmal mengajar. Akmal yang ramah dan mudah bergaul, membuatnya mudah akrab dengan pekerja yang ada di sekolah tersebut.
"Wa'alaikumussalam, pagi Pak Akmal. Tumben baru sampe?" tanya Pak Tono.
Biasanya Akmal adalah guru yang selalu datang awal atau yang pertama, berbeda dengan guru lain yang datangnya tepat waktu. Namun, hari ini Akmal yang mendapat gelar guru teladan dalam waktu singkat itu nyaris terlambat.
"Iya, Pak. Tadi ada masalah dikit," jawab Akmal.
Tidak mungkin dia cerita alasan telatnya karena melamunkan calon istrinya. Itu sangat tidak lucu, pikir Akmal.
"Oualah."
"Iya Pak. Saya masuk dulu Pak," pamit Akmal yang langsung melajukan motornya kembali.
"Mari Pak."
Sampai di tempat parkir guru, Akmal langsung masuk dan absen lebih dulu. Dia langsung menyiapkan bahan ajar untuk hari ini. Tak lama Akmal sampai, bel masuk berbunyi.
"Nggak ngajar Pak?" tanya seorang guru perempuan, dia juga teman Akmal namanya Laras.
"Eh! Bu Laras," sapa Akmal. "Ini mau masuk kelas, Bu," jawab Akmal. Lalu dengan buru-buru Akmal langsung pamit. "Kalo gitu saya ke kelas dulu. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam, semangat Pak Akmal."
Mendengar teriak Laras, Akmal langsung bergidik ngeri. "Kenapa ada perempuan seberani itu?"
***
Nadheera berjalan dengan kepala menduduk, sampai di kelas dia langsung masuk tanpa menyapa seperti biasa. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Beruntungnya hari ini tidak memiliki tugas. Dan hanya dua kelas saja untuk hari ini.
"Kenapa Nad?" tanya Anin yang melihat sahabatnya lesu dengan katung mata yang sedikit menghitam.
Nadheera menggeleng pelan, "Nggak papa."
"Nggak papa versi cewe itu ada apa-apanya," sambung Dony yang baru datang bersama Dion. Di belakang mereka ada Archie yang juga baru datang.
"Sok tau banget lo. Eh! Tapi ada benernya juga," ucap Cia ngegas, tapi pada akhirnya dia juga setuju dengan ucapan Dony.
"Lo kenapa, Nad?" Cia langsung duduk di samping Nadheera. "Cerita sini sama gua atau Anin!" ucap Cia dan Anin mengangguk setuju.
"Iya. Cerita ke kita aja nggak papa. Kita berdua siap mendengarkan." Mereka berusaha membujuk Nadheera agar mau bercerita.
"Aku nggak papa. Beneran," jawab Nadheera tenang. Dengan senyum andalan agar kedua sahabatnya percaya.
"Bener ya?" Anin bertanya lagi.
"Bener," dengan sabar Nadheera kembali menjawab.
Sejujurnya Nadheera belum siap untuk bercerita. Dia masih bingung untuk memulainya dari mana. Dia melirik pada Archie yang sedari tadi diam. Dia sedikit bersyukur untuk sikap diam Archie kali ini. Karena Nadheera yakin, Archie tau penyebab galaunya saat ini.
Kedua sahabat perempuannya memang belum tau. Dia juga yakin, hanya Archie yang tau tentang acara semalam. "Dia sepupunya, Nad. Jelas pasti tau, Arsya aja keliatan deket banget sama dia. Pasti mereka akrab banget." Ujar Nadheera pada dirinya sendiri.
"Akrab apa Nad?" tanya Anin yang hanya mendengar ucapan pelan Nadheeera.
"Apa sih Nin?" tanya Cia yang juga kepo. "Itu tadi Nad, bilang 'akrab banget'. Siapa yang akrab banget, Nad?"
"Salah denger kamu. Cia aja nggak denger apa-apa kok. Aku juga dari tadi diem," jawab Nadheera dengan tenang.
"Iya paling. Lo salah denger Nin. Kalo Nadheera ngomong sesuatu, pasti gue juga denger." ucap Cia yang setuju dengan ucapan Nadheera, membuat Anin jadi berfikir ulang.
"Masa salah denger? Jelas-jelas tadi Nad bilang gitu kok," Anin yakin dia tadi mendengar Nadheera yang sedang berbisik sesuatu. Hanya saja, dia mendengar bagian akhir kalimatnya saja.
"Dosen masuk, diem!" titah Archie yang sejak tadi memilih diam. Dia tidak mau ikut campur dengan perdebatan perempuan, ribet menurutnya.
"Iya," jawab mereka dengan kompak. Diam-diam, Nadheera merasa lega. Dia melirik Archie dan mengucapkan terima kasih tanpa suara.
Setelah itu, Nadheera kembali fokus pada dosen. Karena kelas sudah dimulai. Dia tak mau tertinggal pelajaran hanya karena masalah pribadi. Ditambah mata kuliah ini adalah sekian dari mata kuliah yang menurut Nadheera sulit. Tambah sulit, karena dosennya juga pelit nilai.
Tak terasa kelas akhirnya selesai, Nadheera merenggangkan tubuhnya sesaat setelah dosen keluar. "Alhamdulillah, selesai juga akhirnya."
"Bener, Nad. Dah laper banget gua." Ujar Cia yang langsung mengajar mereka ke kantin. "Langsung kantin yuk, nggak tahan laper gua."
🌼🌼🌼
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat Pagi!
Semangat pagi!
Cie! Hari ini udah sekolah lagi, libur panjang telah usai....
Jangan lupa vote+komen+share!
Panda, 2 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadheera [Terbit]
RomanceRoman - Mahasiswa - Guru . . . Nadheera Asyfa, gadis berusia duapuluh tahun. Dia merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di kotanya. Dia memiliki sahabat bernama Anindya Haifa dan Alicia Permata Putih. Serta teman masa kecilnya, Ray Arc...