Ali Bin Abi Tholib berkata: "Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada orang lain, karena orang yang membencimu tak mempercayainya dan yang menyukaimu tak perlu itu."
-Cerita Nadheera-Hari ini Nadheera kembali pada rutinitas seperti biasa menjadi mahasiswa kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang, hanya itu. Kalo tidak langsung pulang, paling hanya sebatas ke perpustakaan mencari novel baru atau buku tambahan untuk mengerjakan tugas.
Karena masih haid, Nadheera bangun kesiangan. Kebiasan buruk yang sedang berusaha dia ubah sejak menikah. Saat bangun, dia sudah tidak menemukan suaminya. Dia segera bersiap, hari pertama jam pertama, sangat luar biasa buat Nadheera keteteran.
Saat ingin ke dapur untuk membuat sarapan, Nadheera mencium aroma harum masakan. Seperti dugaannya, Akmal yang memasak untuk sarapan pagi ini. Nadheera langsung menyapa, "Assalamualaikum, selamat pagi, Mas!"
"Wa'alaikumussalam, pagi sayang!"
"Mas kok bandel, kan sudah Nad bilang. Biarin Nad aja yang buat sarapan."
"Nggak papa," ujar Akmal dengan santai. "Saya kasih tau, saya itu mau bantu istri saya biar dia nggak kecapekan. Nggak ada larangan juga untuk suami yang mau masakin istrinya."
"Tapi," baru akan membantah, Akmal lebih dulu meminta tolong Nadheera untuk membuatkan teh hangat. "Mas, minta tolong buatkan teh boleh?"
Nadheera mengangguk, dia segera membuatkan teh hangat untuk mereka. Sambil menunggu Nadheera selesai, Akmal menyajikan sayur bening dengan lauk ayam goreng dan sambal yang sudah dia masak.
Setelah selesai dengan tugas memasak untuk istrinya. Akmal beralih memperhatikan Nadheera yang sibuk membuat teh yang tadi dia minta.
"Udah?" tanya Akmal.
"Udah," Nadheera memberikannya pada Akmal satu dan satunya lagi untuk dirinya.
"Terima kasih."
"Sama-sama, Mas."
Akmal segera menyendokkan sarapan untuk Nadheera. "Nih cobain masakkan, Mas. Kamu kan belum pernah Mas masakin."
Nadheera mengambil sendok dan mulai memakannya tanpa rasa ragu, dilihat dari penyajian saja sudah menarik apa lagi rasanya. "Masyaallah, enak Mas. Besok kalo libur ajarin Nad masak ya, biar Nad tambah jago."
Akmal mengelus kelapa Nadheera, "Alhamdulillah kalo kamu suka. Habisin ya! Insyaallah, kalo libur kita belajar masak bareng," ucap Akmal dan Nadheera mengangguk.
"Mas nggak makan?" tanya Nadheera karena Akmal hanya memperhatikannya makan. Tapi tidak ikut makan, tanpa menunggu jawaban dari Akmal. Nadheera langsung menyuapi Akmal, "Ayo aaa Nad suapin!"
Akmal membuka mulut menerima suapan dari tangan mungil Nadheera. Mereka makan berdua dalam satu piring. Dan itu bukan kali pertama mereka lakukan. Hal ini adalah kebiasaan baru mereka sejak menikah, lebih tepatnya kebiasaan baru Akmal. Dia yang selalu ingin dimanja oleh istrinya yang cantik.
****
Jika biasanya Nadheera berangkat dengan motor sendiri, sekarang Akmal yang mengantar jemputnya mulai sekarang.
"Terima kasih, Mas."
"Sama-sama. Belajar jangan baca novel terus."
"Ish! Mas Akmal nih," kesal Nadheera. Akmal mengucap kepala Nadheera, "Mas kenapa? Hahahaha."
"Gak tau." Nadheera mendorong suaminya agar segera pergi. "Udah sana berangkat! Nanti telat."
"Loh kok ngusir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadheera [Terbit]
RomanceRoman - Mahasiswa - Guru . . . Nadheera Asyfa, gadis berusia duapuluh tahun. Dia merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di kotanya. Dia memiliki sahabat bernama Anindya Haifa dan Alicia Permata Putih. Serta teman masa kecilnya, Ray Arc...